Refleksi Belajar Lagi
Karya Mr.Poem
Belajar itu butuh refleksi
Agar materi bisa dipahami
Agar bisa mengukur diri
Sampai dimana akan potensi sendiri
Jangan puas lebih dini
Tetapi lebih banyak melihat akan diri
Bermuhasabahlah diri setiap hari
Kita hanya hamba Illahi
Sejak lahir hingga mati
Tidak ada yang melekat di tubuh ini
Sadarlah akan hal ini
Sebelum djemput pulang kembali
Karimun,261218
Pukul 06.58 wib
Aliran Mistis-Psikologisme
Rindu Ku Adalah Rindu
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Rindu tanpa bisa berbuat apa-apa
seperti pukulan cemeti tanpa kata
Sakitnya merobek mata
Melihat mereka bisa berdua
Dalam hangat dekap mesra
Tapi diri terhunjam sepi ditinggal sukma
Rindu adalah mata yang gelisah di dada
Jiwa meronta parah merana
Melolong hingga tenggorok tersekat semprong
Tak punya tempat berjejak dihati yang bolong
Kasur sepi melompong hingga dingin sampai ke kolong
Hidup terkatung-katung dari pagi siang petang
Terkejut kuatir hidup malang melintang
Ah kalo malam sekarang
Ah kalo siang sekarang
Seperti seorang budak menunggu naungan
Seperti seorang buruh menantikan upahan
Seperti seorang pengelana mencari tumpangan
Seperti rusa merindukan air kubangan
Demikianlah jiwa ku merindukan firman
Sabda Mu yang menyejukkan
Hingga kalbu ku merasa tenang
Dalam dekap kasih Mu ku pandang
Tenggelam ku dalam naungan
Tabib jiwa ku yang heran
Tumpang, 20 Desember 2018
Ibu
Puisi : ASIH DEWAYANTI
Satu ucapmu Selangit doa Satu tatapmu Selaut ridhomu Menjelang batas usiaku Ke mana lagi kucari Sela
Penyempurnaan :
Selarik ucapmu
Melangitkan doa
Sejurus tatapmu
Melautkan rindu
Di tapal batas hidupku
Ke mana lagi kutemukan ridho
Selain darimu
Ibu
Bangkalan, 20.12.2018
HARTINI DEWI SPd
Aliran Neo Naturalisme
Rindu
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Kemana jejak kau tinggalkan
Ku cari gaung mu ke arah selatan
Sunyi sepi tak berbintang
Sejak kau pamer rembulan
Dan memaki diri dengan hunusan
Kau menghilang plaaas !!! Tanpa pijakan
Hingga dalam buta ku raba
Mencari rindu yang sirna
Dalam peredaran ku panjat baca
Tapi memang jejak musnah
Kandas dilema
Aku mencari mu
Merindui cumbu rayu
Lewat kata yang mendayu
Barisan kalimat yang mencandu
Rasa apa mu yang menghablur pilu?
Ingin ku baca ulang tapi tak ketemu
Samar bayang rasa kelu
Saat kau tulis hina kalbu
Mengapa meracau palsu ?
Kapan hina dina terlayang sendu
Tak pernah ku kata begitu
Kini aku membela jiwa ku
Rasa sesal tak guna bagi mu
Karena dingin hati telah membeku
Usah risau panah jiwa bertalu
Memanggil dirimu dengan lidah kelu
Lepaskan kaca hitam mu
Biar ku tahu bulu lentik itu
Terjuntai merisau kalbu
Dalam detak jantung petinju
Tumpang, 20 Desember 2018
Tengku Nazariah:
Tugas Simbolisme
Kupu-kupu Malam
Lentera di balik cakrawala
Mengirim semburat jingga meniti mega-mega
Biasnya berarak menebar semesta
Aku terlarut dalam hasrat asmara durjana
Yang tenggelam dalam gemuruh rancu yang mencumbu rindu
Duhai sang pemilik rasa
Inilah candu yang kau tabur atas nama cinta
Gelegaknya membuaiku dalam aroma mabukkan
Melenakanku dalam asmara tanpa kata
Tanpa ikatan asa
Lentera di balik cakrawala mulai meredup
Kembali ke peraduan malam sepi sunyi
Semilir angin dingin menghantarkan gigil tak bertepi
Menghentakkan ku pada kenyataan kelam
Tentang cinta semalam
20-12-2018
Aliran Dikdaktisme – Determinis
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Jaman pencerahan
Ketika fajar hikmat berkembang pengertian
Berpijak pada rasio pengetahuan
Manusia mendewakan akal kecerdasan
Sebagai titian penemuan
Tehnologi dan norma tatanan peradaban
Aneka penemuan kedokteran
Kesehatan rupa bermunculan
Sejarah dunia mengalami perubahan
Renaissance sebagai peremajaan pikiran
Maka aufklarung adalah kelanjutan
Masa manusia berlomba bentangkan
Sayap kekuasaan
Lewat derajad peradaban
Dengan fakta ragam instrumen kehidupan
Yang glamour penuh pesona sentuhan
Inggris, Perancis , dan Jerman
Beradu gagasan
Temukan gaya hidup hedonian
Akal budi sebagai penekanan
Dewa Molokh sesembahan
Religi tak lagi punya arti
Ketika otak menjadi dewa abadi
Hati tak lagi menjadi samawi
Karena logika menjadi filsafat sejati
Karenanya melahirkan aliran-aliran hati
Rasionalis, empiris, kantianis, idealis, positivis, pragmatis, fenomenologis, eksistensialis diri
Lalu manusia tergelepar dalam daratan frustrasi
Kala target diri tak terpenuhi
Perang menjadi alternatif kini
Saat krisis sisi manusiawi
Mendera perangkap jeruji religi
Nyawa tak berharga lagi
Karena nurani dibutakan duniawi
Ingat kekejaman Hittler genosida Yahudi
Di sini…dijaman masa Aufklarung ini
Tumpang, mengenang 20 Desember 2018
Judul : malaikat bersayap cinta
Oleh : Tri Lestari
Tahun demi tahun terus berganti
Waktu demi waktu terus bergulir
Detik demi detik ku lalui
Menikmati kesendirian hati
Sepucuk harapan jiwa…..
Bertabur, rasa demi rasa
Mencoba…..untuk menepis kesendirian
Mencari cinta yang abadi
Wahai malaikat cinta…..
Kini kau telah datang kan seorang belahan jiwa
Mengusir kesendirian jiwa
Membuka hati penuh bahagia…..
Terimakasih, kau telah kirim kan cinta untuk ku
Menjadikan tempat sandaran jiwa ku
Pelipur lara nan sejati
Pengobat luka di sanubari
Jakarta, 10 Desember 2018
Tugas 2
Oleh : Tri lestari
Judul : Cinta merobek hati
Langit berselimut awan tebal
Menebar pesona di angkasa
Berlalu bersama hembusan angin
Menyapa cinta yang telah robek
Terbuai kenangan cinta abadi…
Terhempas merobek hati
Mengenang cinta yg pernah bersemi….
Hati ku terasa perih…..
Perih bagai tersayat sembilu
Cinta yang kian membara….
Berlalu bagai untaian kata
Merobek rasa yang telah ada….
Bersemi di dalam relung jiwa
Gelap semakin gelap awan berselimut…..
Sunyi bagai hempasan malam
Kunang2 menari di antara robekan hati….
Menyapa aku yang sedang termenung
Cinta kini telah merobek hati ku
Merengkut rasa yang telah berlalu
Meninggalkan sejuta kenangan
Saat indah kenangan bersama mu
Jakarta, 7 desember 2018
Tugas 3
Judul : jiwa terpaut rindu
Oleh : Tri Lestari
Kala senja berwarna jingga
Menghiasai cakrawala ….
Suara burung berkicauan di hamparan langit yang jingga
Menyapa diri ini yang sedang terpaut rindu……
Duhai….jiwa yang terundung oleh rindu
Rindu yang tak tertepis oleh waktu
Menyiksa antara relung-relung jiwa ku….
Akan kah….rindu ku bisa terpaut pada cinta ku ?
Senja seakan telah berlalu….
Meninggalkan ku yang terpaut rindu
Rindu padamu yang jauh di sana
Jauh meninggalkan kenangan bersama bersama mu….
Duhai jiwa ku…..rindu ku yang tak bertepi
Biarkan aku melangkah…..
Bersama derita jiwa….
Walau ku tahu….engkau pun rindu padaku
Tapi apa lah daya….jiwa kita tak bersatu
Namun rindu ini seakan menyatu
Jiwa yang terpaut rindu
Menggemgam erat nama mu
Menusuk relung jiwa ku
Menemani setiap langkah ku
Sampai akhir hayat ku
Jakarta, 16 Desember 2018
Tugas 4
Judul : kasih tak sampai
Oleh : Tri Lestari
Semilir angin di tepi pantai
Menyisir ombak di lautan luas
Deburan ombak saling berkejaran
Menghampiri diriku yang di sini
Kasih….kemana kini rimba mu….
Siang dan malam selalu ku impikan….
Bagaikan puguk yang merindukan rembulan
Kasih….tau kah kau isi hatiku ?
Hanya dirimu yang tertanam di sanubari ku…
Namun kini kau telah pergi berlalu….
Meninggalkan kisah yang telah layu
Kasih…pada siapa cinta ini ku bawa
Kasih…harus kemana aku berlabuh
Membawa cinta yang selalu tumbuh….
Jakarta, 11 Desember 2018
Tugas 5
Judul : menepis segala rasa
Oleh : Tri Lestari
Lelah hati berlabuh
Lelah jiwa berkelana
Mencari cinta yang sejati
Di antara ribuan belahan jiwa
Ku tepis segala rasa…..
Merangkai kata cinta
Cinta yang bergelok di dalam jiwa….
Ku tepis segala rasa….
Agar cinta dan rindu ini hilang
Bagai burung yang singgah hanya sesaat
Hati dan cinta ku mulai goyah
Menepis segala rasa yang ada…
Kasih….biar kan aku melangkah
Meninggalkan semua kenangan
Kasih…..maaf kan lah diri ini….
Sekian lama aku menanti mu…
Kini aku pergi dari hidup mu…
Tak akan ada lagi canda seperti dlu
Namun cinta mu selalu ada di hatiku
Jakarta, 12 desember 2018
Sam
Ohh
Iki cerita nyata ga
Tri
TriDec 20, 2018 2:04:07 PM
Tugas 5
Judul : menepis segala rasa
Oleh : Tri Lestari
Lelah hati berlabuh
Lelah jiwa berkelana
Mencari cinta yang sejati
Di antara ribuan belahan jiwa
Ku tepis segala rasa…..
Merangkai kata cinta
Cinta yang bergelok di dalam jiwa….
Ku tepis segala rasa….
Agar cinta dan rindu ini hilang
Bagai burung yang singgah hanya sesaat
Hati dan cinta ku mulai goyah
Menepis segala rasa yang ada…
Kasih….biar kan aku melangkah
Meninggalkan semua kenangan
Kasih…..maaf kan lah diri ini….
Sekian lama aku menanti mu…
Kini aku pergi dari hidup mu…
Tak akan ada lagi canda seperti dlu
Namun cinta mu selalu ada di hatiku
Jakarta, 12 desember 2018
Tugas 6
Judul : pujangga cinta abadi
Oleh : Tri lestari
Bagai bunga yang semerbak
Indah menghiasi taman cinta
Kupu-kupu kian berterbangan
Menghampiri jiwa yang penuh cinta
Sang pujangga cinta kembali…
Menabur cinta pada hati
Namun tak seperti cinta yang dulu….
Menebar cinta yang tulus
Pujangga cinta yang abadi….
Selalu ada di dalam jiwa dan raga….
Senantiasa menyejukkan raga…
Mengalir bagai aliran sungai….
Jernih….sejernih cinta yang bersemi
Kumbang-kumbang berterbangan
Menyapa suasana hati….
Mencuri pandang pada sebuah cinta
Tersenyum melambai di jiwa
Jakarta, 13 desember 2018
1.menjadi udara
karya : Min Rosmini
aku tak ingin serupa garis edar rembulan
kadang waktu dengan bumi berdekatan
sebelum kelak tiba waktu berjauhan
aku tak ingin serupa musim dan cuaca
membadai dan deras di waktu tertentu saja
sebelum akhirnya berlalu berganti kerontang
mendatangkan kekeringan dan kemarau panjang
aku tak ingin menjadi wajah bintang di pelayaranmu
karena tak bisa kuikuti selalu ke mana arahmu
ketika kapalmu makin jauh ke mana entah
sedang aku kian kecil dan lemah
aku tak ingin menjadi air apapun itu
meski katanya air bisa menyesuaikan selalu
bisa membasuh segala duka dan pilu
bisa menyirami segala tawa dan haru
namun, sesekali aku bisa menguap
meninggalkanmu dalam dahaga senyap
aku ingin dan lebih memilih jadi udara
hidup dalam setiap sela dan rongga
menghidupi juga menjaga
tiada berbatas apa-apa
maka engkau pun takkan berpikir meninggalkanku
pun aku, tak pernah beranjak dari setiap denyutmu
mendoakanmu dalam setiap hela ke lain hirup
mendekapmu dalam setiap jejak ke lain degup
Jakarta, 3 Desember 2018
2. Seluruh Rinduku
Oleh:Pujarsono
Tanpa hadirmu
Awan menggumpal kelabu
Tersapu angin menggigilkan kalbu
Air kesepian mulai berjatuhan satu per satu
Menyerupaa hujan yang kian membelenggu
Rindu padamu semakin menderaku
Menyiksaku dalam ruang pilu
Gelap sepi tanpa lampu
Air mata membasahi relung hati
Merindumu setengah mati
Seluruh rinduku tersimpan di sini
Menunggu hadirmu hingga hujan berhenti
Kulon Progo, 3 Desember 2018
3. Putri Benua
Oleh : Bariudin Talib
Putri Benua
Begitulah aku menyapamu
Tutur katamu amat mempesona
Cahaya merona menghias wajahmu
Kita tak pernah jumpa
Kita hanya ada di dunia maya
Namun sapamu amat mengena
Seolah menusuk ragaku
Membuat sejuk peraduan hatiku
Putri Benua
Ini adalah panggilan sayang untukmu
Untukmu yang jauh di sana
Yang selalu menyemangatiku
Mengalihkan suasana hati
Melintasi pancarona dunia
Putri Benua
Sapamu menuntunku
Memberi harapan dan energi
Hadirmu terngiang di pikiranku
Engkaulah yang selama ini kunanti
Tanjung Selor, 3 Des 2018
4. Sedap Malam
Oleh: Pujarsono
Hari merangkak bersama senja
Malam menyapa menyandang gulita
Mentari menyepi menyendiri
Meninggalkan hiruk pikuk urusan duniawi
Rembulan enggan menampakkan diri
Menunggu giliran kapan harus menghampiri
Erat kupeluk harap
Tertawan resah dalam penantian
Gulana mendera tiada tara
Gemuruh rindu kian menderu
Tak tahan hati menanggung beban
Kapan kau datang menguntai sayang?
Angin juga belum menghembus beritamu
Awan juga belum mengabarkan keberadaanmu
Hanya bintang selalu berkedip manja
Menghalau rindu yang meraja
Sementara gelisah mulai meresah
Terus menanti kapan kau kembali?
Kekasih, bunga sedap malam darimu
Mulai kuyu dan layu
Dalam jambangan rindu yang berpadu
Setangkup asaku mulai memudar
Bersama aroma yang mulai samar
Apakah cintamu masih setia berpendar?
Kulon Progo, 3 Desember 2018
5.Cinta Pudar di Myanmar
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Pedang memburu pedang
Saat kepahitan datang
Deru geru sangkakala perang
Mereka kaki telanjang
Susuri sepanjang siang
Berjalan para pengungsi hilang
Hindari pembinasa keji datang
Kelam wajah Rohingya
Gelap kulit renta
Larilah ! Selamatkan nyawa
Sebar jiwa kepenjuru raya
Ungsi diri ke Filipina
Ungsi diri ke Singapura
Ungsi diri ke Malaysia
Ungsi diri ke Indonesia
Jokowi tangan terbuka
Hindari genosida
Dua ribu tujuh belas tiba
Jejak kaki di daratan Sumatra
Mencari suaka nyawa
Dalam pedih, lara dan derita
Kapan Myanmar berhenti mencari mangsa
Berhenti memburu saudaranya
Tebar cinta kasihnya
Hentikan bunyi sangkakala
Ganti sorak gembira
Rangkul perbedaan sara
Dalam dekap peluk mesra
Cinta ya cinta
Tebarkan di dada
Agar kau bisa ungkap rasa
Bahwa keragaman itu indah
Tumpang ketiak Semeru, 4 Desember 2018
6.*Pesan untuk Dik Narti*
Karya: Heru Sukamto
Duh Dik Narti,
Ingatkah pesanku padamu ?
Yang kita rasakan saat ini
Tentang carut marut negeri
Saling hujat, saling caci
Tiada lagi toleransi
Dari jelata hingga elit negeri
Dari tukang sapu hingga politisi
Ada apa negeri ini ?
Begitu kronisnya penyakit hati
Duh Dik Narti,
Haruskah terus kita ratapi?
Gaduhnya bangsa ini
Rakyat bingung setengah mati
Sungguh pilu rasa hati
Duh Dik Narti,
Inikah tuntunan para politisi?
Saling lapor pada polisi
Mana yang benar kutak mengerti
Bukankah mereka telah berjanji
Kan selalu jaga NKRI
Duh Dik Narti,
Kuatkan batinmu
Sabarkan hatimu
Urusi anak-anakmu
Didiklah mereka
Dengan ilmu agama
Agar punya ahlak mulia
Cinta pada sesama
Agar kelak pimpin bangsa dan negara
Duh Dik Narti,
Sampai di sini dulu
Curhatku padamu
Doakan mereka agar bersatu
Bangun negeri demi anak cucu.
Tebo, 04-12-2018.08:16
(Romantisme)
7. BIAR
Oleh: Ika Kayun
Kalau kamu menjelma
menjadi kabut
Maka kurelakan kacamataku berembun karenamu
Tak kan kuhapus
Hingga kubuta karenamu
Lalu mereka akan menghakimi
Seenak mereka sendiri
Katanya ‘itu bukan cinta, itu derita’
Aku katakan pada mereka
Sekalipun derita
Cinta tetap cinta
Bukan pula urusanmu
Sejati atau semu
Mereka itu tetap sikukuh
Mengejar bahkan mungkin
Rela bersimpuh-simpuh
‘cintamu itu buta’
Ah biarlah
Terserah mereka
Terserah aku
Terserah kamu
Terserah kita
(Geblog, 04122018, 10:43)
8. Membelah Laut Bimbang
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Bimbang dan kekuatiran
Menggelora hempas kemenangan
Menggulung kesuksesan
Dalam deru debu masa depan
Kala bangun kesombongan
Dan kau menjadi budak bagian
Berjalan dipimpin siang
Dalam Tangan yang dinaikkan
Dikejar oleh pasukan petang
Sengaja baal beri rintangan
Agar kau tak keluar kandang
Mereka leluasa hancurkan
Harkat martabat pecundang
Gapai segala ketamakan
Raup kerakusan tak berimbang
Atas nama ambisi perang
Himpit tekan kemanusiaan tak bimbang
Dalam berani
Ada keselamatan diri
Bimbang hancurkan masa depan
Tuhan akan berperang
Kita hanya diam
Dan beroleh kemenangan
Tumpang ketiak Semeru, 4 Desember 2018
9.BERBINGKAI RASA
Oleh : Sri Yuliati
Telaga hati kian tak sempurna..
Sarat dengan arah yang tak mampu terlukis
Rasa kian lunglai tanpa tegur sapamu..
Kemana kau…diamana kau..
Hati merenda rindu
Kau tak lagi nyanyikan kidung asmaramu
Hati kian gelisah..
Rasa tak lagi mampu menapak
Bayang dirimu kian sempurna
Namun kau tak lagi ada
Sirna ditelan masa
Kau tak lagi peduli…
Hilang kontakmu
Hilang juga rasa hatiku..
Tak lagi berpaut membayang asa
Dunia kita maya
Seiring waktu kau torehkan cerita
Dari sepucuk harap
Walau tak tersemat dalam lukisan kanvas
Setidaknya memori berbingkai rasa.
Purbalingga, 5 November 2018
Asri WidjayaDec 4, 2018 6:08:38 PM
Puisi 4,romantisme
Kekasih
Hamparan selimut elusan tanganmu
Selalu ku rindu
Bagiku kau yang tercantik
Secangkir kopi dan seulas senyummu
Penghangat pagiku
Kekasih
Maafkan diri yg tak pandai buatmu bahagia
Selalu egois,menuntut hal rupa rupa
Kekasih
Inginku rebahkan diri ini
Dalam hangat pangkuanmu
Bermimpi dalam belaian manjamu
Kau hal terhebat dan terindah
Yang hadir dalam hidupku
Kekasih
Kau
Tiada yang lain dalam hidupku
Asri wijaya
Banyuwangi,4 des 18
10.Menolak Rindu
Oleh Usman
Masih melekat kuat dalam rasa
Bagaimana rindu pernah meliputi hati yang terpaut
Masih teringat kuat bagaimana rindu menguncang
Jiwa yang satu dari dua raga yang berjarak
Kamu dan aku tahu bagaimana rindu pernah menyiksa
Kamu dan aku bukan lah Qais dan Layla
Kamu dan aku bukan Qais dan Layla yang jatuh cinta pada rindu
Kamu dan aku bukan Qais dan Layla yang menyatu dengan rindu
Aku tak mau cahaya matamu meredup
Aku tak mau rona pipimu memudar
Aku tak mau dirimu diliputi resah
Tatap mataku
Dan kau pun kan tahu
Arti sendu, kelabu, dan merindu
Masih melekat kuat dalam rasa
Di tepi telaga itu, tanpa harta janji hati terpatri
Di tepi telaga itu, tanpa tahta janji hati terukir
Lalu, kita bersama berlayar di samudra kehidupan
Bukan harta, apalagi tahta pengikat hati kita
Bukan harta, apalagi tahta yang melebur rindu
Jadi, abaikan saja tahta itu bila ia membuat kita berjarak
Aku tak mau tahta itu kembali merenda rindu
Jujur kuakui
Memang aku lemah tanpamu
Berau, 2018
Yosra DiniDec 5, 2018 12:05:04 AM
11. Pusara Rindu
Oleh Yosra Dini
Ingin kukejar bayanganmu
Tetapi kau semakin menjauh
Ingin kudengar suaramu
Namun terdengar begitu sayup
Kangen akan candaanmu, senyumanmu, belaianmu, dan nasehatmu yang bijak
Namun kemana harus kucari semua itu..
Rindu ini semakin mencekam dan tak berujung
Masih jelas terlintas dalam ingatanku betapa hadirmu begitu terasa dekat
Namun kini rindu ini tak tahu mau ku alamatkan..
Rindu ini terasa begitu berat ketika ku sadar bahwa dirimu sudah tiada
wahai angin haruskah kupusarakan rindu ini, agar hati ini tidak lagi dicekam kerinduan akanmu..
Sijunjung, Sumbar, 2018
HARTINI DEWI SPd:
12. Rasa Hidup Ku
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Pena bisa berukir kata
Mulai hari ini aku akan terus bahagia
Karena aku memiliki karsa
Untuk terus bersuka
Tak peduli apa kata dunia
Bahwa aku harus pertahankan rasa
Bahagia itu indah
Bahagia limit mendekati Surga
Sedih duka lara nestapa
Adalah sebuah pilihan semata
Tapi ku pilih bahagia
Jalani hidup di dunia
Bersama bayu awan mentari
Ku ajak kelilingi negri
Terus menikmati
Anugrah diri
Berseri bersama jalani janji
Jika kau tak mau serta
Aku akan beri mu ulasan kata
Lewat pena ungkapkan sukma
Ku kan terus beria
Lepas penat lelah diri
Bergulir hilangkan sepi
Tepis semua sedih hati
Ganti tawa rupa berseri
Kan ku nikmati mentari
Hangat kuliti raga ini
Buai sejuk semiliri
Angin hembusi
Raga jelita diri
ketika ku kembali
Kan ku labuhkan hati
Di dermaga cinta suci
Bersama nikmati
Indah surgawi
Di sisi sebelah nadi
Tumpang lembah Semeru,
5 Desember 2018
Romantisme
13. Cahya Di Ufuk Senja
Berbinar tatapmu kala itu
Menyingkap sendu
Hati bertalu-talu
Jantung berdegup
Tak menentu
Tak mampu kuasai diri
Resah melanda
Gelisah menerpa
Menggunung Rasa
Nyaris tumpah
Tanpa arah
Jarak berlalu lari
Lama sudah kudendam sunyi
Kupeluk hari tiada henti
Menunggu sepi
Menjauh pergi
Onak duri kulalui
Ku junjung tinggi
Singasana hati
Tak perduli
Gejolak menghantui
datang dan pergi
Tapi aku tetap sendiri
Bergelut mimpi
Penantian dalam selimut rindu
Menepi di bibir senja merona
Kusibakkan khayalan semu
Fatamorgana
Pesonamu gagah perkasa
kalahkan asa
Merontah-ronta
Jemu rasa bersalah
Terus ku pegang teguh
Janji pertaruhkan nyawa
Demi kasih-Mu
Menuju Ilahi Robi.
Diana Yuwinda
Tengku Nazariah
14. Rindu
Lama tak kujumpai rautmu
Hingga kerap melepuhkan hasratku
Pada senyum hangatmu yang mampu menenangkan jiwaku atas gelisah semu yang tak kutahu asbabnya
Lama kunantikan hadirmu
Yang kuharap kan membawa sejuta rindu untukku
Hingga mampu mengeringkan luka asmara
Dari kembara panjang pada lembah duka
Laranya menganak sungai
Lelahku tiada tara
Lama kutorehkan impiku
Pada hembusan angin lalu
Yang membelai daun-daun layu,
melepasnya terbang menuju tanah basah
Meruarkan aroma yang mencumbu rindu
Kau masih jauh
Lama kutitipkan rindu
Pada awan-awan putih yang kerap menemani
Kuharap geraknya kan menyampaikan asaku padamu
Hingga membawamu segera berlabuh dalam kabut rinduku
Dan mengurai keluh kesahku
Lama ku disini
Menanti dalam asa diri
*Warung Mbok Ijem, 28-04-2018*
15. Kasih
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Kasih di mana kau gerangan
Sedang apa kau di angan
Mengapa kau selalu terbayang
Dalam pola rupa mu yang menawan
Kasih ke arah mana bayu menggelayut
Sedang aku di sini masih tersangkut
Bersama deras sungai terhanyut
Dalam rindu dendam yang kian memagut
Kasih tau kah diri mu
Bahwa aku selalu menggapai mu
Dalam hayal dan angan sendu
Berharap kau datang bawa setangkup rindu
Untuk ku kala bayu mendayu
Kasih aku masih inginkan diri mu
Memadu rasa cinta nan merdu
Bersama menggelepar dekat tumbuhan perdu
Saat mentari temaram di lembah Semeru
Tempat pertama kita beradu
Dalam dingin derai hujan di Ranu Kumbolo kala itu
Kau selimuti hatiku dengan senyum mu
Hangati cinta ini dengan alunan merdu
Semilir bayu gugah rasa tuk menyatu
Dalam mahligai kupu-kupu
Di sana angan kita menyatu
Dalam biduk cinta penuh rayu
Sampai nafas tersengal memburu kalbu
Menanti menit detik lelehan salju
Dalam erangan jerit sembilu
Dan kita berhenti sampai di situ
Tumpang bentang selimut awan,
5 Desember 2018
16. Dara Jelita
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Bulu mata lentik
Pesona elegan nan cantik
Rambut lembut tergerai antik
Dengan satu tanda berbintik
Jelita mu tawan hati rupawan
Berharap dapat satu ciuman
Dalih sebuah persahabatan
Panggang hati bentrok kawan
Ada hati yang arogan
Inginkan cinta gulingkan lawan
Hasrat berkasih malah tertawan
Jelita di antara wanita
Kemana kan kau bawa sukma
Ketika tertikam cinta di dada
Jangan hanya diam terpanah
Hapus sendu pilu terarah
Pada batin yang terluka mengangah
Usap derita perih bernanah
Ganti dengan wajah bersuka
Nikmati rupa anugrah
Sebagai tanda
Kau jatuh cinta
Tumpang lembah Semeru, 5 Desember 2018
17. Wanita Misteri
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Mata sipit
Rambut lurus terjepit
Cermin belakang terapit
Jubah putih berjuntai apik
Foto terpampang
Di hotel tugu kota Malang
Dingin aroma ruang
Berbau wangi kembang
Oui Quilan asal Semarang
Putri pemilik pabrik gula
Roh mu hidup bergentayang
Entah kau masih cinta dunia
Hingga sukma mu melayang
Harusnya kau ke alam baka
Tapi kenapa kau tak mau pulang
Hawa dingin cekam ruangan
Kau masuki mimpi wisatawan
Komunikasi terbatas ilusi
Dalam percakapan abstraksi
Penuh aksi gelisah diri
Apa yang kau nanti
Dalam keabadian mu kini
Tenanglah kau menghadap Ilahi
Tidurlah kini dalam abadi
Tumpang Splendid in, 5 Desember 2018
18. Kenangan Sejarah Suatu Bangsa
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Aku merancang kedurjanaan
Merencanakan kejahatan
Eksekusi tak ragu ku lakukan
Ku rampas ladang-ladang milik orang tak berdaya
Ku serobot rumah-rumah saat aku menginginkannya
Ku tindas manusia dan milik pusakanya
Dan aku berkuasa atas kejahatan yang merajalela
Kala tiba waktuNya
Tak kusangka-sangka
Aku di timpa kemalangan besar
Banyak sindiran yang terlontar
Banyak ratapan yang ku dengar
Semua yang ku dapat dihancurluluhkan
Warisan bangsa diserobot orang
Ladang-ladang dikembalikan ulang
Aku ditawan, diperbudak jahanam
Aku tak dapat berjalan dengan pongah
Leher ku dililit tali dan aku digelandang
Aku tak punya tempat perhentian
Karena kedegilan, kebebalan dan kenajisan
Maka aku dibinasakan dan tak terpulihkan
Kengerian dan kehinaan
Kebencian dan cercaan
Sepanjang sejarah sampai sekarang
Tapi kemurahanNya masih berlimpah
Belas kasihannya masih ku rasa
Dilimpahkan pada generasi yang tersisa
Seribu sembilan ratus empat puluh delapan merdeka
Di tengah himpitan bangsa
Yang membenci luar biasa
Dengan kuasaNya
Aku masih berada
Hingga kini sampai selamanya
Tumpang terkenang,
6 Desember 2018
19. Jaman Tri Milenial
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Tri milenium menanti
Gunung rumah Ilahi
Akan terpuncak menjulang tinggi
Dari sana akan ada pengajaran bijaksana
Akan ada hakim diantara banyak bangsa
Muncul wasit diantara suku besar dunia
Mereka tak belajar perang lagi
Mata pedang ditempa menjadi bajak bergigi
Tombak menjadi pisau belati
Mereka akan duduk di bawah pohon anggur berdahan
Dengan perasaan damai tanpa kejutan
Yang pincang akan menjadi pangkal keturunan
Yang terpencar akan dihimpunkan
Bangkit dan iriklah tuaiannya
Tanduk mu akan dibuat seperti baja
Kuku mu seperti tembaga
Mampu hancurkan banyak bangsa
Rampasan kau khususkan untuk Raja
Bilamanakah ini terlaksana
Nanti dijaman tri milenial asa
Tumpang, 6 Desember 2018
20.Sejarah Mungkin Berulang
Karya: Yosra Dini
Dulu kita hidup dijaman penjajah
Yang semua kita harus ikut perintah
Dan menerima titah
Rasa takut terkungkung dalam jeruji
Enggan tuk melawan karena didepan siksa akan menanti
Namun kini masa itu telah berlalu
Hidup bukan lagi dalam era penjajahan yang selalu diliputi rasa takut
Mulut tidak lagi terkunci dalam diam
Suara tidak lagi harus bungkam
Semua kita berhak untuk berbicara
Semua kita berhak tuk berpendapat
Lalu kenapa, mengapa, apa yg bermasalah
Justru pada saat kita boleh bebas berpendapat, kenapa justru ditindas
Bukankah di era ini kita bebas bersuara, lalu kenapa kami harus dibungkam dan diperlakukan tak berdaya..
Sijunjung, 9 Desember 2018
Heru SukamtoDec 6, 2018 10:30:01 PM
*Sepenggal Rindu*
Karya: Heru Sukamto
Rindu ini kulayangkan
Bersama derasnya bayu malam
Walau hanya sepenggal
rindu ini jadi sepanjang kanal
yang melintas hingga ke ujung dunia
Pesona cintamu hampir tak kulupakan
semakin erat kasihmu indah bak gurindam
Butiran rindunya menular pada hati yang mendalam
Bahkan tak kuhirau prasangka orang
Yang bilang kugila alang kepayang
Barangkali mereka lupa
Cinta ini anugerah dari Yang Kuasa
Bukan aku merekayasa
Tetapi pinjaman Yang punya sukma
Rindu kan selalu menjelma
Bagai rindunya Adam dan Hawa
Yang menaburkan cinta serasi bak gurindam
Menyemai kasih sayang dalan cobaan
Ku yakin saat ini rindu itu pasti bertamu di relung hatimu, seperti aku
Walau cintaku belum sempurna
Tentu kusadari semua
kita manusia bukannya batu permata
Namun kuyakin masih ada karomah cinta mandraguna yang kan kuraih hakikatnya
Biarlah kini hanya upaya sebesar hama
Jelang esok kan bahagia
Saat ini hanya kuntai doa yang kupanjatkan dengan segenggam harapan
Semoga rambat rinduku datang padamu tanpa halangan
Demi impian semerbaknya kerinduan.
Tebo, 06-12-2018.22:24
Fitria LindaDec 7, 2018 11:39:53 AM
GEGURITAN ASRI
Oleh : Fitria Linda K.
Tetembangan titi wanti segara asmara
Menyebar sesaji suci sang dewa
Memetik pucuk seroja
Yaitu cinta
Duh gusti…
Hati membara menahan diri
Tertahan dalam bait-bait sunyi
Mengembara kosong tak berarti
Mengejawantah sukma kokoh sejati
Duh gusti…
Senyummu damaikan hati
Terperangkap birahi ikatan suci
Bergelayut rumbai-rumbai selendang dewi
Ingin kuusap raga disegara nirwana
Mencuci bersih jelaga asmara
Giwangkara cinta disukma
Senyap yang ada
Blitar, 07-12-2018
Joko SusiloDec 8, 2018 11:02:51 AM
Malam terindah
(Romantisme)
Oleh: Joko Susilo
Malam itu…
Penuh kegembiraan
Ketika mempelai berdua
Duduk di kursi sofa
Malam itu…
Penuh berkah
Ketika mempelai berdua
Duduk berdampingan
Malam itu…
Malam penuh kenangan
Ketika para tamu
Dah pada pulang
Malam itu…
Malam belaian tak terlupakan
Ketika mempelai berdua
Tidur dengan nyenyak
Solo, 8 Desember 2018
Heru SukamtoDec 8, 2018 11:37:09 AM
*Perempuan Lereng Semeru*
Karya: Heru Sukamto
Paras ayu pipi merona
Rambut terurai bak gerimis senja
Mata sipit alis mempesona
Hadir dalam pelukan mesra
Penentran jiwa raga
Penyejuk kala sukma dahaga
Pelipur dalam duka
Pelepas letih jiwa
Dikau perempuan itu
Lembah Semeru tanah leluhurmu
Di sana kita bertemu
Labuhkan kasih di bawah perdu
Bentangkan asa tuk bersatu
Duhai perempuanku !
Terimalah suntinganku
Kusanggup jadi sanggurdimu
Dengarlah !
Gemercik indah
Menambah kuat tekadku
Menambatkan sekeping hatiku
Pada kokoh hati kecilmu
Lihatlah !
Pucuk-pucuk perdu itu
Indah diterpa sinar mentari
Menambah rona ayu wajahmu
Duhai perempuanku…!
Tebo, 08-12-2018.11:25
Sam
Dedi GdnOct 22, 2018 7:16:23 AM
Biarlah
Biarlah aku dipuji
Biarlah aku dicaci maki
Aku tak peduli
Aku terus menulis puisi
Sebagai eksistensi diri
Buat mawas diri
Agar tak lupa diri
Karena hidup hanya sekali
Jadikan ia menjadi lebih berarti
Itu pasti
Karimun,22102018
Pukul 07.05 wib
Rochani HandayaniOct 22, 2018 8:25:23 PM
Ini tentang hujan
Titik-titik air yang membasahi bumi
Mengisi sumber-sumber kehidupan kami
Menghidupi pepohonan layu yang hampir mati
Menggembirakan hati para petani menunggu sawah mereka teraliri
Cara Tuhan merahmati
Rintik-rintik yang mendamaikan
Kala jiwa dilanda kerisauan
Melantunkan nada beraturan
Irama gerimis pelan hingga deras menghentakkan
Kadang disertai gemuruh petir berkilatan
Lalu jiwa-jiwa berdoa
Menyerukan pinta
Pada apa yang tersimpan di dada
Dan hujan yang menyertai mereka
Lirih memuja Sang MahaPencipta
Diiringi derai air mata
Hilang resah melanda
Hujan telah reda
Rcnani 2018
Onyah JhOct 22, 2018 8:43:39 PM
Piatu Ku Disebut
Delapan bulan usiaku
Saat ibu menjemput takdirnya
Rengekan tangisku melepasmu
Piatu ku disebut
Empat tahun usiaku
Ayah menjemput jodohnya
Ibu sambung kurengkuh
Tapi tak berikan kasih sayang utuh
Piatu semakin ringkih
Di dera tangis kesepian
Kasih sayang pelipur lara
Tak berpihak pada nasib
Hanau, 22 Oktober 2018
Yayah KOct 22, 2018 9:32:07 PM
HUJAN PERDANA DI MUSIM INI
Ini Kali pertama hujan di kampungku
Gemerentak suara air rahmat tersebar
Dihantar juga semliwir nikmatnya angin dingin
Mengobati rindu aroma tanah basah
Gemerentak suara air tersebar
Hujan perdana di musim ini
Walau sebentar
Isyaratkan perdamaian dengan penduduk bumi
Bahwa musim akan segera berganti
ROSEOct 22, 2018 9:50:24 PM
Pahlawan hati
Oleh: Rubaidarose
Wajar saja
Kau kujuluki pahlawan hati
Wajahmu mampu
Mengobati lirih hati
Senyummu mampu
Menyirami negeri yang mati
Sapaanmu mampu
Menghangatkan dinginnya hati
Kharismamu mampu
Membesarkan mimpi-mimpi kami
Tapi ……hari ini
kau tak lagi bisa
kuberi julukan pahlawan hati
Saat anak kecil kehilangan puting susu di siang hari
Ibu-ibu kehilangan tangan untuk mencuci
Suami kehilangan kaki ketika berdiri
Guru-guru kehilangan murid setiap hari
Petani kehilangan cangkul untuk mengali
Ustadz kehilangan suara untuk mengaji
Pengamen kehilangan gitar untuk menyanyi
Pemulung kehilangan pengais kardus berkali-kali
Halai balai negeriku ini
Satu persatu hilang
Sampai menghilangkan
Harga diri bangsa ini!
Hanya kertas hitam
Dan
Sebilah korek api
Kamarku,20102018
Min RosminiOct 23, 2018 7:33:30 PM
SENTILAN DARI ASEAN PARA GAMES 2018
lihatlah sahabatku….
saat perhelatan asean para games
di arena itulah mereka berlaga
mereka bukanlah orang-orang
yang memiliki kesempurnaan fisik seperti kita
tapi semangat juangnya menggelora
gigih dan tekun
ketidaksempurnaan fisik
bukanlah hambatan baginya
untuk menorehkan prestasi
yang membanggakan bangsa dan negara
lantas… bagaimana dengan diri ini?
sungguh, aku merasa sangat kecil
aku malu pada diri sendiri
yang masih suka berkeluh kesah
bahkan lalai bersyukur kepada Sang Khalik
SHAFIYYAHOct 24, 2018 9:09:06 AM
Ya Allah
Mengingat, mengingat, mengingat
Mantra itu betengger di kepala
Mulai menyusun puzel puzel
Kurabah pipiku, panas, panas
Pantasan saja dia menghilang
Aku lupa
Ternyata aku sendiri yang membuangnya
Kucari ke sana ke mari
Ternyata dia bersembunyi dipembuagan
Mau tertawa, tapi malu
Hanya bisa tersenyum
Karena terlupa pada hal yang penting
Samarinda, 20181024.
Ifat SitiOct 24, 2018 7:10:33 PM
Hanya Tinggal Nama
Aduhai dimanakah ini?
Nyanyian merdu itu kudengar lagi
Tersebar di seluruh penjuru mata angin
Merata di seluruh pelosok negeri
Dari manakah asalnya?
Untaian dusta beraroma surga
Menyeruak mengisi jiwa yang hampa
Hingga mereka pun percaya
Padahal semua tak nyata
Hanya sekedar janji mulut manis belaka
Bagaikan fatamorgana…
Menyilap mata yang bergelora
Seolah gemerlap itu ada
Menari-nari dengan indahnya
Di atas langit dunia
Hingga tiba pada waktunya
Semua lenyap tanpa sisa….
Maukah anda? Anda? Anda?
Merasa nelangsa tiada tara…
Saat negeri ini hanya tinggal nama…
Sumedang, 241018
ROSEOct 26, 2018 5:33:23 PM
Rintihan bidadari kecil
Oleh: Rubaidarose
Kudengarkan rintihan pilu
Terbata-bata.
Menyebut nama-Nya
” ya Allah tolong Maisya ya Allah, sembuhkan Maisya ya Allah.”
Dia terbaring lemah
Hanya ada suara lembut mendesah
Memecah keheningan
Ibu tua, pak dokter dan perawat ikut hanyut dalam lautan air mata.
Saat desah lembutmu
Berdialog lugu dengan-Nya
Mematahkan rasa kantuk yang tadi menyerta
Sepanjang malam mata penjaga dan seisi ruang icu
Terus berkaca-kaca
Dan air jatuh semakin deras membasahi bulu mata.
Dia bergumam lagi
Penuh tanya dan tanya
Selang-selang bermacam rupa berjejer di sekujur badannya
” Ya Allah, kenapa Maisya harus merasakan sakit ini?, Maisya tak kuat lagi ya Allah, Maisya ini akan matikah ya Allah, kasian ibu, ibu tidak bisa tidur sepanjang malam, ibu tak lagi bisa jual gorengan,…ibu ibu…ibu …Sakit buuuuu, Maisya sudah tak Kuat Ibuuuuu,,,,……”
” Maisya, dua hari lagi udah bisa pulang, sabar ya sayang”.
Dokter menyapanya.
” Pak dokter, jangan bohong, kalo bohong itu dosa!.” Dengan lugu membalas ucapan dokter.
Dokter hanya bisa menahan rasa harunya.
Dan terhenyak mendengar jawaban lugu pasien kecilnya.
Mata- mata lain ikut terkesima dan membisu tanpa kata-kata.
Mentari muncul,
Pinta anak kecil tak berdosa
Tak lagi ada, dia didekap mesra oleh bius total yang akan segera membelah perutnya.
Darah segar memuntrat
Menetes, mengaliri kain kain putih tak bernoda
Bidadari kecil berjuang
Antara hidup dan mati
Melawan kesakitan nyata.
Ruang icu,24102018
Prapto Pujo YuwonoOct 26, 2018 6:34:46 PM
Sederet Pinta
Saat tembok tak lagi kokoh
Ketika cicak tak mampu bersuara
Selagi waktu belum beranjak malam
Sore itu sebuah berita terdengar
Daun daun layu berguguran
Wajah ayu semakin sayu
Batinnya dirundung pilu
Dirinya di dera badai keraguan
Masih adakah cerita buah hatinya
Tuhan, dengarkanlah pintaku
Alunan kidung suci kulantunkan
Salam terindah tiada terlupa
Berikan aku mukjizat
Untuk buah hatiku
Pohon kering di tengah kemarau
Ranting patah terhujam ke tanah
Suaraku biarlah parau
Namun semangat hidupku tak boleh lemah
Berjuanglah manisku
Sederet pinta selalu ada untukmu
Dariku sepanjang takdirmu
#di bawah langit, 26102018
Fitria LindaOct 26, 2018 9:26:27 PM
WANITA DIRINDUKAN SURGA
Oleh : Fitria Linda K.
W_ajah ayu terbalut hijab ungu
A_ngin bersemilir mengibas juntaian busana
N_anar berbuih arum cempaka kalbu
I_ndah bermahkota tiara musahabah
T_itian langkah berharap cinta Allah
A_nggun lentik jemari terlingkar untaian tasbih
D_iri terbuai godaan balur iman
I_’tibarnya megah berjubah surga
R_inai doa menghujani sujud malam
I_ri hati ini akan ikhsan yang senantiasa gemercik dijiwanya
N_uasa hati seteduh langit jingga
D_inaungi selendang pelangi keikhlasan
U_khrawi terpancar terjaga sebening banyu wudhu
K_inanthi sholawatnya menjamu khalam merindu
A_langkah syahdu syair-syair Allah tundukkan kesenyapan
N_azam nan elok bermuara dibibirnya
S_ubhanallah…
U_ntaian zikir bagai rimbunan perdu
R_umbai-rumbai ikhtiar sehela butiran peluh
G_egayuhan wanita utama dunia
A_ndai aku dapat mencapainya
Sedu sedanku dikeheningan malam*26-10-2018
Fitria Linda Kurniawati:
N_aungan teduh bersayap rindu
E_ntah siapa dia?
N_anar bersemburat aura ayu
E_ntah siapa yang tak terpikat olehnya
N_antikan guratan aksara pancaran aura
G_usti… diakah sosok bidadari?
P_un tak luput khilaf hati
U_ntuk mengenal sang putri
T_iada sesalku menyapa mayapada
R_inau sapaku berharap bias pelanginya
Y_akin pelangi teduh seanggun parasnya
BIANGLALA
Semasa kecil aku terbuai
Seuntai kembang gula
Tergenggam jemari ini mulai mengeja
Ya kembali di sini
Bianglala ini masih di sini
Berkarat dan rapuh
Riuhnya masih terdengar kini
Namun tak bersauh
Kaki-kaki mungil sekarang mengigil
Celotehnya kaku terbungkam
Sukmanya memanggil
Jasad terkaram
Ruang waktu
Andai ada di ruang tunggu
Mengusik kalbu
Berharap bermain bianglala itu
#rindu kecilku*26-10-2018
ROSEOct 26, 2018 11:22:16 PM
Tersesat di Rimba Sonokeling
Oleh: Rubaidarose
Anganku tersesat ke arah rimbunnya pepohonan
Kulihat sebatang pohon
Tergeletak
Sebongkah kayu terbelah
Oleh jejak shinsaw
Kulempar pandangan pada warna unggu bergaris kehitaman dan kemerah-merahan.
Sungguh indah menawan.
Seolah lukisan urat-urat syaraf yang berseliweran.
Dalam rasa panik yang mendalam.
Kuberanikan diri melangkahkan kaki menuju rumah suram yang terlihat di antara celah batang.
Hatiku berkelahi dengan berjuta tanya yang butuh jawaban.
Rumah siapa gerangan?
Masih tersisa keberanian untuk mencari arah anganku pulang.
Kutengadah menghadap ke arah mentari berpijar
Sembari menghapus tetesan peluh yang semakin memendar.
Tak sengaja mataku beradu pandang pada wajah hitam legam dengan senyuman.
Menyapa hangat dan menerbangkan rasa panik yang kurasakan.
” Tuan putri, tersesat di hutan sonokeling milik petani semarang.”
” Terima kasih tuan,ini hanya aku dan angan.”
Kuansing,26102018
NazariahOct 28, 2018 8:01:39 PM
Tengku Nazariah:
Hari ini..
28 Oktober, 90 Tahun yang lalu…
Dalam gemuruh semangat perjuangan
Hentakan hasrat akan kemerdekaan
Lepas dari penjajahan
Lepas dari berbagai belenggu perbedaan
Lepas dari aneka kepentingan
Lepas dari bahasa.. budaya.. agama.. pulau dan lautan luas.. yang memisahkan..
Para pemuda bersatu..
Dalam satu tekad tuk menghancurkan semua bentuk penghambaan…
Penjajahan yang telah memporak porandakan peradaban dan perikehidupan
Hadir dalam kebersamaan..
Persatuan..
Pengakuan..
Dan tekad tuk bersatu..
Bahu membahu..
Demi sebuah Bangsa yang Bernama Indonesia..
Dalam SUMPAH PEMUDA.
Edeh IainOct 28, 2018 10:11:47 PM
SATU TEKAD
Oleh E.Sukaedah.A
Sudah saatnya bangkit
Sudah saatnya satukan visi
Sudah saatnya lakukan misi
Demi satu tujuan suci
Terbebas dari kebiadaban
Para penjajah
Menuju bangsa yang beradab
Wahai pemudaku
Di dadamu bergejolak
Gelora heroik menggelegar
Di jiwamu terpatri
Semangat juang
Di tubuhmu mengalir
Darah patriorisme
Yang kian membara
Membawa panji persatuan
Tanpa melihat apa bahasamu
Tanpa melihat apa sukumu
Tanpa melihat apa adatmu
Demi tanah air
Indonesia tercinta
Kau kumandangkan
Merdeka.
Itulah janjimu
Wahai pemudaku.
Cirebon, 28 Oktober 2018
SHAFIYYAHOct 29, 2018 7:30:51 AM
Si Penyandang Rindu
Aku duduk, tawa anak-anak itu terdengar
Berlari kesana ke mari
Mengibas rambut yang merebut keceriannya
Tak peduli lagi, terus tertawa
Hingga gema menghilang
Aku membuka mata, mengeluh.
Berharap anak-anak itu masih terlihat
Tapi nyatanya aku hanya sendiri bersanding senja
Memaki pada angin yang hobi bernapas
Sesekali coba menghentak ranting-ranting, berguguran
Lupa? aku sendiri.
Atau lagi sedang rindu?
SMD, 20101029
Fitria LindaOct 29, 2018 8:51:16 AM
Aku Cemas
Aku cemas tak mampu tunaikan jabatanku
Aku cemas tak mampu penuhi waktuku
Aku cemas tak mampu alokasikan hartaku
Aku cemas tak mampu lajani sisa umurku
Untuk apa?
Untuk harapkan ridhaMu Ya Allah
Untuk harapkan cintaMu Ya Allah
Untuk harapkan kerinduanmu Ya Rasulullah
Untuk harapkan berkah Jannah
Untuk harapkan syafaat di Padang Mahsyar
Aku cemas…
Zibdah umi arfiraOct 29, 2018 4:25:49 PM
MERAJUK PILU
:sweat_drops::sweat_drops::sweat_drops:
Betapa dua tiga hari ku tak bisa berandai
Daging pembungkus tulang lalai
Tiang badan lunglai
Tak sentuh nadi dalam belai
Sendi kan serasa bercerai berai
Dalam rayuan ngilu nan merdu
Pedih mata jemari beradu
Getaran senandung kepedihan bertalu
Oh..nyanyian hati ini pilu
Kerlingkan jiwa dalam rindu
Palingkan pujangga bermadah biru
Tuhanku.
Hanya padaMu aku mengadu
Engkau penerang jiwaku
Permata hati, pengobat rindu Yang mendayu, sayu dan merayu
Senin, 29-10-2018; 15.47
Fitria LindaOct 29, 2018 8:50:32 PM
KULI
Oleh : Fitria Linda K.
Tulang belulangku remuk
Tercampur semen teraduk
Panas peluh berderai keringat bau
Punggungku bertumpuk batu batu dan batu
Diriku kuli
Memanggul beban mencari nasi
Sebungkus nasi walau basi
Tetap kutelan untuk perut agar terisi
Hendak kulempar raga
Namun menanti meregang nyawa
Apa daya iman masih melekat jiwa
Ikhtiarku kusangga dan kujaga
Mengais sembari menangisi
Sisa lauk tetangga yang diberi
Cukup mengisi perut anak istri
Kutahan perih perut kulilit kerikil ini
Tuhan
Masih menguji
Yayah KOct 29, 2018 9:00:09 PM
Tugas ke 2 (puisi Ekspresionisme 2)
DI BALIK KAMUFLASE
Oleh Yayah Kurniyah
Sekiranya hidup dalam sangkar kamuflase
Sekali lagi terjebak dalam harapan terhadap sesama manusia
Hhhhh… Sungguh tak dapat menghindarinya
Menyakitkan
Kekecewaan bertubi-tubi
Membukit menggunung merapi
Duhai sang durjana berhentilah
Berhentilah
Hentikan langkah
Sebelum sisa kesempatan berakhir sudah
Diluluh-lantakkan letusan bom api
Yang terbukit tergunung olehmu sendiri
Ibarat senjata
Memakan tuannya
Menjadi laknat atas hidup yang tak kau hirau esensinya
Ia tak mengutuknya
Atas sangkar yang kau hadiahkan padanya
Namun tuhan tahu
Nafasnya sesak dihimpit jeruji
Meski tuhan membiarkannya pula
Sesak nafasnya makin memburu
Oksigen tak mampu menyusul memenuhi celahnya
Mengajarkan kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan
Meski sepahit empedu
Sekiranya hidup dalam sangkar kamuflase
Ia bersenandung layaknya abege tua yang kasmaran
Bukan sedang berdusta
Ia hanya berjuang melawan keluh
Indramayu, 29 Oktober 2018
Tugas ke 1 (puisi Realisme 1)
HUJAN PERDANA DI MUSIM INI
Oleh Yayah Kurniyah
Ini Kali pertama hujan di kampungku
Gemerentak suara air rahmat tersebar
Dihantar juga semliwir nikmatnya angin dingin
Mengobati rindu aroma tanah basah
Gemerentak suara air tersebar
Hujan perdana di musim ini
Walau sebentar
Isyaratkan perdamaian dengan penduduk bumi
Bahwa musim akan segera berganti
Indramayu, 22 Oktober 2018
Dhaniez JaberOct 29, 2018 9:05:36 PM
Tugas ke 2
WAKTU AKHIR (Dhaniez Jaber)
Bila surya nyaris tergelincir
Semua karya berebut…
Beradu waktu
Ketukan
Coretan
Hentakan
Berlomba dalam tujuan
Laksana semut mengangkut gula
Lempar ke atas
Singkirkan,
Dorong
Dan lepas..
Siapa kau…kuatkah…Sanggupkah hingga karyamu tergeletak dalam meja titian
Lakukan…dan lihatkanlah
Ihah ParihahOct 29, 2018 9:28:50 PM
Tugas 1_Ihah Parihah
Puisi Pengamen Jalanan
Lemparkan saja satu dua rupiah dari sakumu tuan
Biar lagu kudendangkan
Tak lantas berharap banyak
Cukuplah sepiring nasi ku lahap
Atau sepotong roti mengganjal perut sebelum terlelap
Panas, hujan tak kuhirau
Mengejar bis satu satu bersuara parau
Berjejalan teriakan menghardik
Atau mata sinis melirik
Aku bukan penjahat , Tuan
Memaksamu berbelas kasihan
Karena hidup bukan lagi pilihan
Apapun yang masih dapat aku lakukan
Nyanyianku tak selalu merdu
Atau bahkan dianggap mengganggu
Lewat suara seolah mengadu
Anggaplah do’a pada Tuhan yang satu
Erna SahwatiOct 29, 2018 10:03:37 PM
Tugas 2
Gejolak Rasa
Oleh Erna syahwati Telaumbanua
Kecewa,,marah,, sedih
Rasa bergolak dalam jiwa
Ketika sebuah jerih payah tak dihargai
Ingin rasanya berteriak agar seantero jagat ini tau
Kala menorehkan tinta harus membunuh rasa malu dan malas
Tidak,,,!!!
Ku tak ingin menyerah walaupun dipandang seblah mata
Ku ingin terus dan terus untuk menulis
Menorehkan tinta menabur rasa
hingga suatu saat ku tak mampu lagi untuk menulis
Jambi, 29.10.2018
Onyah JhOct 29, 2018 10:16:06 PM
Nestapa Si anak Haram
Karya : Noni Rahmadaniah
Hening tak lagi tawarkan damai
Mencekam seiring tangis kesakitan
Tetesan darah tak jadi penghalang
Melangkah dengan wajah yang pias
Ketakutan melumat kasih sayangmu
Tanpa iba, tanpa kasih, tanpa cinta
Tangan yang bergetar namun menguat
Terulur pasrah namun penuh kekejaman
Ratapan lirih seakan membuat tuli
Tatapan surga seakan sebuah neraka
Kulit memerah tak menarik resah
Kalah oleh naluri binatang
Pergi tanpa menoleh
Menangis namun tak bergeming
Tertatih tapi tak mampu berhenti
Dingin tak mendekap iba
Nalurimu koyak tak berbekas
Bengis menyelusup di wajahmu
Demi kesenangan sang kumbang
Kembali bebas menghisap madu
Semesta mengutuk dengan murka
Menjadikan hujan sebagai saksi
Tumpah penuh amukan angin
Dingin menusuk tulang yang tak berdosa
Terbujur lemah menarik empati
Berdecak mencari setetes air kehidupan
Namun sang pemberi sudah melangkah jauh
Membebaskan diri dari cela dan hinaan
Ringkih tapi tak menyerah
Melengking penuh rasa lapar dan sakit
Berharap angin menyampaikan kabar
Kepada penghuni di penjuru malam
Bicara hanya mampu lewat tangis
Seulas senyum penuh makna
Terima kasih kepada sang angin
Yang menjadikan takdir berkata lain
Sebuah pelukan menghangatkan jiwa
Riuh penuh sumpah serapah
Ada kasih yang terulur penuh tanya
Membuat takdir berlabuh entah kemana
Aku menyulam takdirku
Di bawah naungan belas kasih
Sampai saatnya tiba menyibak kabut
Tertunduk lesu menyeruak tangisan
Anak pungut…
Anak buangan…
Dan ada kata yang jauh lebih mengiris
Anak haram…
Melekat sambil menyandang malu
Tak berdosa namun melekat noda
Meski melebur pada dekapan keluarga tak sedarah
Tak menjadikan noda menjadi bersih
Tapi taukah kau surga duniaku
Di sini ibu yang tak kutempati rahimnya masih bisa ku sentuh dan ku peluk
Tapi ayah yang sudah memberiku ruang
Tak mampu ku rengkuh, terhalang kata tak sedarah
Bisakah kau bayangkan deritaku
Ketika aku rindu pelukan ayah
Kemana aku harus berlabuh…
Kemana aku harus menyentuh
Bisakah kau lihat raut kesedihan si anak haram
Jika seorang gadis yang nasabnya harus jatuh kepada ibu
Saat menikah rona bahagia menjadi rona merah
Menahan malu yang melebur dalam isakan pilu
Oh surga duniaku…
Sepanjang hayat sebutan anak haram
Menjadi takdir yang tak bisa dirubah
Cukuplah aku yang melekat noda dari rahimmu
Sebuah Harapan
Adakah setitik saja asa itu untukku
Sebagai ganti sabar dalam menanti
Adakah cahaya itu dalam relungmu
Hingga tak gelap merengkuh takdir
Jiwa yang terbiar kosong
Menyeruak angkuh melenyap doa
Restukah yang kau tunggu
Dari surga dunia yang kian ringkih
Lihat aku…
Seonggok raga yang tak bertuan
Mengais diantara isak harapan
Bersujud mengharap belas kasih
Tuhan…
Maaf atas segala keluhku,tangisku.
Terlalu banyak pinta yang terucap
Karena tak ada kuasa dalam diri
Berserah meski diambang pasrah.
Seruyan, 18 Oktober 2018
Prapto Pujo YuwonoOct 29, 2018 10:16:23 PM
Derita
By pujo jenggot
Letih
Perih tertatih-tatih
Pedih
Sedih batin batih
Risau
Kalau kacau balau
Gelisah
Resah kala berpisah
Lemah
Lemas di rumah
Malas
Kabar tiada balas
Biarlah begini
Jangan kau tangisi
Biarkan saja
Semua telah tiada
Berlalu sudah
Hidup tanpa faedah
Berdoalah
Sirnakan semua masalah
#bumi renganis, 291018
Hadi WOct 29, 2018 10:16:26 PM
BIDUWAN
Oleh:Hadi
Kalah sakit
Menitih harapan semuku
Suara berbisik
Rasanya terdengar merdu
Batin tersiksa
Akan terobati bidumu
Walaupun pahit
Suaranya tetap merdu
Biduwan juga manusia
Wanitapun basah tertawa tersipu
BEDCOVER.29102018
Erni EkawatiOct 29, 2018 10:15:21 PM
Tugas 1
Kadaluarsa Rindu
Oleh : Neldawati
Gumpalan asap putih membumbung tinggi
Berarak arak ke awan
Musim berganti dengan pasti
Kenangan pahit menanti
Tersekat di relung hati
Janjinya aku di puja
Namun bathin tersiksa
Kadaluarsa rindu menerpa
Semua telah berkelana
Haus hilang
Mualku melanda
Rindu mu untuk dia
Kadaluarsa sudah rinduku
Kini telah punah
Menjamah jiwa yang kini gundah
Sijunjung, 29-10-2018
Tugas 2
Tertipu
Oleh : Neldawati
Terbuai diriku pada senandung merdu
Sejuk di dada
Merayu di kala pilu
Resah tak ku rasa
Terpana ku dengan kata
Sedetik aku tak berkutik
Meradang asa yang terusik
Luluh lantak angan yang ada
Terbang bersama desah durjana
Tertipu…….
Tertundukku lesu
Kini lidah ku kelu
Kau siram asam cuka
ke dadaku yang terkoyak
merintihku karena tersentak
Ternyata kini ku tertipu
Sijunjung, 29-10-2018
ROSEOct 29, 2018 10:37:04 PM
Desau jiwa
Oleh: Rubaidarose
Hanya berandai-andai
Dalam gemuruh hati kian landai
Bayangan diri kian gontai
Saat melintasi hari
Penuh dengan janji-janji
Janjiku pada mentari
Saat dia berpijar
Langkahku mulai berselancar
Menepati janji yang kugeluti
Janjiku pada buah hati
Mengasihinya sepenuh hati
Membuatnya tersenyum
Dan melupakan mimpi mimpi yang tak pasti
Andai saja
Wajah manismu
Masih di sini
Menemani pergantian hari
Menutup daun jendelaku
Saat malam bernyanyi
Desah kian merajai hati
Selimuti lelahnya meniti mimpi
Membasahi tebalnya dinding misteri
Haruskah dalam keluh yang kian mengawah
Saat kaki mulai kaku
Kebekuan raga melucuti
Bara asmara terpenjara
Mata hati tak bermuara
Letihnya
Saat tak lagi ada senyuman
Pengantar mimpi
Di sudut bibir jalan sepi
Terbiar
Kuansing, 29102018`
Min RosminiOct 29, 2018 10:39:58 PM
INDONESIA OH INDONESIA
Oleh : min rosmini
Inilah negeri kita, negeri penuh luka
Negeri yang tak hentinya berduka
Digerogoti keserakahan yang terus meraja
Orang-orang kecil menanggung akibatnya
Nampak jelas di sana
Enaknya mereka menari-menari di atas derita
Sedang di pinggiran dan pelosok kian nestapa
Inilah negeri kita, negeri yang katanya kaya
Apa daya nasib kita yang jelata
Orang-orang besar berpesta pora
Habislah sudah kekayaan kita
Inilah negeri yang katanya tentram
Nyatanya kini semakin kejam
Di mana-mana perang kekuasaan
Orang-orang kecil makin terpinggirkan
Nyeri mereka makin terlupakan
Engkau hanya sibuk janji dan beriklan
Sedangkan realisasinya sebatas ilusi
Inilah negeri di mana mimpi takkan terbeli
Aku takut bagaimana anak cucuku nanti
Jakarta, 29 Oktober 2018
Fitria LindaOct 29, 2018 10:51:43 PM
Panggilan Kalbu
Oleh: Fitria Linda K.
Usaikan risau bergelut dengan situasi
Masih ada pundak perkasa memanggul bebanmu ini
Biar gemuruh ciutkan nyali
Dekap lembutnya kuatkan hati
Lelah bukan hentikan hari
Berpendar sentir berpijar bakti
Ringkih bersarang diperaduan malam
Cukup mengadu pada pencipta kalam
Raut mimpi menggantung berumbai-rumbai
Menghias rona selendang penari
Melenggangkan karya bertulis dari sanubari
Pengobat rapuh dan sendu hati
Candu memikat makna surgawi
Membelit berjinjit meminang bidadari
Menjamu titian Illahi
Berharap bersanding Rasulullah kelak di akhirat nanti
Blitar, 29-10-2018
Erni EkawatiOct 29, 2018 11:08:53 PM
Pertemuan yang dinanti
Oleh : Si Comel Cantiiik
Melesat waktu
dari busur panahnya
Di pucuk pandang
mata yang mengincar
Tameng kerinduan
terkemas manis
dalam peti emas
hati si empunya
Ditunggulah
dalam hitungan waktu
yang dijanjikannya
dari pesan pembangkit asa
Karamkan mimpi
dari pembaringannya
Buncahkan bunga keyakinan
Siapkanlah
Untuk sebuah pertemuan yang dinanti
Gunungkidul, 29-10-2018
Vera HOct 30, 2018 7:23:39 AM
Obrolan di Angkot 52
Oleh : Vera Handayani
Sore itu
Ketika ku hentikan
Laju angkot 52
Ku lihat telah duduk
Dengan santai
Dua orang gadis zaman dulu
Sedang asyik berceloteh
Tentang hiruk pikuk dunia pendidikan
Yang semakin hari semakin semu
Detik-detik berdarah
Ketika anak Sang gadis
Menjadi korban tauran pelajaran
Berhasil merobek hatinya
Tanpa malu, di hadapanku
Sang gadis zaman dulu meneteskan air jiwa
Mengenang anaknya
Dengan wajah penuh darah dan
Kepala yang hampir pecah
Entah terpukul benda apa?
Korban produk gagal pendidikan
Obrolan yang menghiru-birukan hati sang gadis
Diiringi rintik hujan yang tak kunjung henti
Di ujung hari yang penuh duka
Bogor, 29 Oktober 2018
Kalian Bukan Anak Bawang
Oleh: Vera Handayani
Anak bawang…
Kalian bukan anak bawang
Apa yang kalian lakukan hari ini
Adalah hal yang mulia
Sehingga tak perlu tundukan kepala
Prestasi yang kalian ukir
Adalah bukti
Kalian patut untuk dipertimbangkan
Semangat yang kalian kobarkan
Adalah tak patut
Untuk dipadamkan
Ayo mujahidku…
Ayo….!
Kejar cita-cintamu
Istiqomah hingga husnul khotimah
Bogor, 29 Oktober 2018
Melani HafizahOct 30, 2018 8:33:13 AM
Ajal
Oleh: Melani Hafizah
Seperti pedang dia datang
Menghampiri setiap insan
Tak ada yang mampu menghalang
Saat ajal datang menjelang
Jasad membeku dalam diam
Menjemput kegelapan
Tanpa ada kawan
Berselimut penantian
Celakalah bagi insan
Yang tiada persiapan
Sesal diri yang berkepanjangan
Terkenang dosa yang
bergelimpangan
Menangis mayat di dalam kubur
Tiada teman yang menghibur
Nasi sudah menjadi bubur
Tubuh hancur babak belur
Menanggung siksa kubur
Takengon, 29102018
Ami SOct 30, 2018 1:46:45 PM
Tugas 2
Kembali
By : Ami
Malam sunyi
Hanya angin berbisik
Daun-daun bersentuhan
Suara binatang malam
Jauh terdengar
Rasa dingin semakin kelu
Kurebahkan tubuh dipembaringan
Pejamkan mata nikmati malam
Menyentuh mata dan hidungmu
Terjatuh dalam hangat pelukmu
Malam makin sepi
Kau hadir dalam mimpi
Tak kulepas genggam jemari
Rengkuh aku dalam kehangatan
Bila malam pergi
Tinggalkan mimpi
Langkahmu pelan tapi pasti
Tinggalkan diri tetap disini
Dan tak tahu kapan kembali
Cibinong, 30 Oktober 2018
Ami:
Tugas 1
Sirna
By : Ami
Pagi ini
Terasa sepi
Sunyi sendiri
Hanya puisi menemani
Harusnya kutumpahkan
Kesal ini
Pada lembaran daun kering
Yang jatuh dimusim gugur
Menyepi disini
Mengubur luka
Yang himpit kalbu
Pagi sepi
Berikan kesejukan nurani
Kan kusiram sedih
Kuajak bernyanyi
Pagi ini tak rasa sepi
Karena ketemukan
Sebaris puisi
Penguat hati
Cibinong, 30 oktober 2018
Dedi GdnOct 30, 2018 2:14:13 PM
WALAU HANYA SEKEJAP SAJA
Di tempat ini
Aku merasakan suatu ketenangan
Yang tak ku dapatkan di tempat lain
Sungguh aku mengalaminya
Semilir angin berhembus sepoi-sepoi
Mengibaskan janggut yang tergantung beberapa helai dibawah daguku
Tubuhku begitu lelah
Tiga hari belakangan ini
Aku tak tahu mengapa
Mungkin aku butuh istirahat sejenak
Dari pekerjaan rutinku
Aku ingin nikmati suasana di tempat ini
Walau hanya sekejap saja
Allah hanya Engkau tempat aku mengadu dan meminta
Engkau tujuan akhir hidupku
Bimbinglah hambaMu ya Robbi
Menuju jalanMu
Amin
Karimun,30102018
Pukul 14.19 wib
Edeh IainOct 30, 2018 3:44:02 PM
Tugas 1 Puisi ekspesionisme
DI UJUNG PENANTIAN
Waktu tlah berlalu
Terabaikan tak bermakna
Ku coba tuk bertahan
Walau hampir karam
Dalam sebuah penantian
Kuurungkan niatku
Tuk beranjak dari kursiku
Hanya tuk penuhi janji
Yang tlah disepakati
Kutunggu dan kutunggu
Namun tak kunjung tiba
Rasa kesal, resah dan gelisah
Tertumpah dalam jiwaku
Menelan kesabaranku
Ku tanya dinding yang bisu
Ku tanya cermin yang sinis
Seakan mengolok-okok
Bungkam tanpa kata
Waktuku terbuang sia-sia
Di tengah hiruk pikuk
Kesibukan dalam
Tanggungjawabku
Terlewatkan tak berarti
Tuhan..
Ku tak bermaksud
Ingkar atas FirmanMu
Tuk sia-siakan waktu
Ku hanya taati titahMu
Tuk tepati janji.
Ku serahkan
PadaMu.
Cirebon, 30 Oktober 2018
Ifat SitiOct 30, 2018 4:20:19 PM
Tugas 2
Ekspresionisme
Jenaka dalam jelaga
Hahaha..
Dahagaku kian membuncah
Kukejar hingga terkapar
Kudekap dalam pengap
Kugapai hingga lunglai
Sudah kuduga
Begini akhirnya
Lara menjelma….
Hahaha…
Tawa menerpa
Sungguh jenaka
Bercermin dalam jelaga
Betapa hina
Diri ini hina dina
Sudah kuduga
Beginilah akhirnya..
Berhenti!
Berhentilah sekarang juga
Lihat dirimu!
Sungguh jenaka
Bahkan jelaga pun tertawa
Hahaha
Hidupmu sia-sia
Sementara dia hanya jelaga
Tak ada hisab untuknya
Kamu?
Berhenti!
Berhenti saat ini juga
Hapus jelaga itu
Sebelum engkau mati
Kembali pada illahi..
Sumedang. 30.10.18
ROSEOct 30, 2018 4:43:06 PM
Birai Janji
Oleh: Rubaidarose
Kejujuranku
Menusuk hatimu
Sebab
Satu pintaku
Pelangi datang
tersenyum
Padaku
Kau
Diam terpaku
Pada paras baru
Kau katakan Wajahku
Seolah rembulan malam
Berpijar saat hatimu
Dirundung rindu
Namun
Dalam sepi
Gelap kian mencekam
Tubuhku dipeluk alam
Mengigil dan kedinginan
Selaksa petir menyambar
Teriakan memgelegar
Membuyarkan anganku
Dan tersadar
Kau hilang terkikis
Hanyut bersama rasa
Kehambaran bercinta
Tutur kata
Semakin menyayat hati
Luka dalam
Kudapati
Biarlah
Seisi alam tertawa
Melihat kehancuranku
Namun aku setia menanti
Meski tak ada kepastian
Darimu
Kuansing,30102018
Fitria LindaOct 30, 2018 6:00:16 PM
Sabda Janji
Oleh: Fitria Linda K.
Masih bersandar di sini
Sedetikpun tak pungkiri
Hati masih merindui
Cumbuan kasih kinanthi
Bergumam berjibaku serpihan hati
Patah luluh lantah
Hancur berkeping-keping
Meskipun batin perih
Lebur berdebu terbang dan terguling
Janji tetaplah janji
Ikhtiar bakti suci
Penikmat cinta surgawi
Wahai bidadari
Lihat pujangga terkapar kini
Terseok-seok menggapai wajah ayu
Meminang sembari lebam mata sayu
Sisa derai tangis hilangnya selendang putri
Ahh…
Ironi…
Sabda janji
Tembang tritisan pilar bakti
Sabda janji
Untuk Illahi
Blitar, 30-10-2018
Ihah ParihahOct 30, 2018 6:56:25 PM
Mantra Sakti
Oleh: Ihah Parihah
Dini hari yang menggigil…sepi
sunyi
menghadirkanmu dalam bayangan
mencekam
begitu nyata
memagut indah
semu
selaksa duka
bermakna suka
ada tangis
dan senyum
tak apa…
kau mendekat
menakutiku…
dengan aroma mistis dan mantra menghanyutkan
terasa tubuh mengangkasa
menghangat
memutar
membuat limbung aku jatuh
merangkak tak berdaya
dalam sepi
dengan nafas terengah
melemah
kemudian diam
senyata indah
mantra berhamburan
nyanyian pujangga merindu dendam
menyayat
mengiris
meringis…diam..
dalam kenikmatan
kemudian kau menghilang
dalam gelap dini hari
dan hembusan angin
meninggalkanku…
(Tangerang 30 Oktober 2018)
Murniati YetOct 30, 2018 7:12:48 PM
Tugas 1
Deru angin semilir yang berlalu
Mendesah lembut ditelinga
Diikuti kelopak mata yang mulai lelah atas kerja
Mengajak jiwa untuk sejenak istirahat atas urusan dunia
Memenuhi panggilan Ilahi Rabb agar bersegera
Melepaskan diri dari rutinitas dunia yang membuat diri kadang lupa
Atas tugas yang diemban
Padang, 30 Okt 2018
Tugas 2
Oleh: Murniati
AKU
Aku adalah aku
Dengan segala kekurangan yang ada
Cukup sudah kezaliman ini
Cukup sudah penindasan
Tidakkah kalian belajar bagaimana bumi luluh lantak?
Tidakkah kalian jera?
Bermain-main
dengan rakyat jelata
Apa belum cukup Allah memberikan pelajaran?
Masihkah kalian mempermainkan rakyat jelata?
Dengan dusta…
dan kebohongan…
Dengan Riba…
Dengan kemusrikan..
Dengan kemunafikan…
Memberi fatamorgana.
Haruskah rakyat yang tak berdosa menjadi korban?
Aku hanyalah manusia biasa dengan segala kekurangan yang ada
Yang sedang belajar menjadi Hamba Allah
Aku hanya sanggup
Berkata-kata dalam untaian kata
Yang mungkin tak pernah kalian baca
Tapi aku akan
tetap berkata
Meski pun kehabisan
Kata
Aku hanya sanggup
Berkata agar kamu
Memahami isyarat kata
Padang, 30 Okt 2018
Kisworo VikiOct 30, 2018 8:39:52 PM
Buruh Tani
Pagi buta telah tiba
Lantang ayam jago bersuara
Seorang lelaki memanggul cangkul tua
Bertelanjang kaki menelusuri sawah
Bukan sawah sendiri tapi pekerja sewa
Tanpa hirau apalagi impikan hidup mewah
Keringat bercucuran dalam sengatan mentari
Guratan kuat otot tangan maupun kaki
Dari mulai menanam hingga bibit padi yang elok tersemai
Makin banyak tersemai sempurna makin padat kantong terisi
Oh Tuhan aturlah musim sesuai rencana petani
Cukup air cukup sinar mentari
Bukalah pintu rizki MU untuk kami
Kami buruh tani yang andalkan rizki dari padi
Kami tiada lahan dan bekerja di sawah majikan
Tanpa panen yang bagus kami tak bisa bayar kesehatan tak bisa bayar pendidikan bahkan tak bisa makan
Kerja keras dan memohon sepenuhnya kepada Tuhan
berharap lahan tak berubah pula jadi perumahan
Indramayu lumbung padi negara kesatuan
30-10-2018 ( KISWORO PH )
Terang Batin
Oleh : KISWORO PH
Dalam keheningan malam
Ku larut dalam nikmat berdiam
Berdiam dzikir mengganti kelam
Bertamu dan mengadu kepada Allah Sang pencipta alam
Puja puji dilantunkan seraya khusyuk kirim doa leluhur
Perlahan batin terbuka terang menuju budi yang luhur
Filosofi hidup akan terbuka dan tumbuh subur
Kuat batin menatap sempurna meski mata mulai kabur
Sungguh istimewa ibadah sepertiga malam
Muka cerah tanpa raut muram
Hidup lebih bersemangat jauh dari masa depan suram
Terang batin hindarkan kita dari perilaku temaram
Semua dosa hilang juga monster seram
Indramayu, 30-10-2018
Onyah JhOct 30, 2018 9:57:18 PM
Yang Teristimewa
Tasya… Kau di panggil
Gadis cantik dengan senyum manis
Seorang anak yang luar biasa
Walau Bisu dan tuli menjadi duniamu
Nak…
Sekolah menjadi taman bermainmu
Meski sayup pendengaranmu
Meski gagu ucapanmu
Semangatmu tak pupus
Membaur pada sekolah yang bukan bagianmu
Menulis walau hanya bentuk coretan tanpa makna
Berbicara walau hanya dengan gerakan jari
Maafkan ibu nak…
Yang terkadang tak memahami bahasa isyaratmu
Tapi semua itu tak membuatmu terusik
Karena senyum selalu melekat di wajahmu
Seruyan, 30 Oktober 2018
Edeh IainOct 31, 2018 6:10:05 AM
MENTARIKU
(Tugas 1 Puisi Realisme)
Oleh : E. Sukaedah.A
Mentariku
Tak biasanya
Kau menunduk
Seakan kau malu
Tuk nampakkan wujudmu
Seakan kau ragu
Tuk melempar cahyamu
Tak biasanya
Kau bermuram durja
Sembunyi di balik awan
Yang berkejaran
Seakan berontak
Menghadangmu
Mentariku
Kau tak lagi bersahabat
Hangatmu tak kurasa
Cahyamu tak menyapa
Kicau burungpun
Bertanya-tanya
Kenapa kau masih tertidur
Lelap
Mentariku
Mana pesonamu
Mana kehangatanmu
Yang setiap hari
Keu tebarkan
Ke seluruh alam
Peluh mengucur
Di tubuhku
Kini kau ganti
Dengan gigilan
Karna tanpa sapuan
Hangat dan ceriamu.
Tapi
Kau tetap mentariku
Kau tetap mentariku
Cirebon, 31 Oktober 2018
Ifat SitiOct 31, 2018 7:25:46 AM
Selesai
Selesai..
Semuanya selesai
cukup selesai di hati ini saja
Tak perlu lagi dibahas
Ataupun diingat
Maafkan tanpa diminta
bebaskan!
Lapangkan!
Maka tak ada lagi kemelut itu
Bahkan Allah bilang…
Memaafkan pun harus lembut
Tak boleh menyakiti hatinya
Walaupun hati ini sakit olehnya
Indah bukan?
Ya…
Berakhir dengan indah
Maka selesailah sudah
Sumedang, 8.7.2018
Puisi eksoresionis yg dibuat bulan juli lalu
Edeh IainOct 31, 2018 8:28:39 AM
E.Sukaedah A:
CUMA TIGA HARI
Cuma tiga hari
Kita tak sua
Cuma tiga hari
Kita tak saling pandang
Cuma tiga hari
Kita tak makan bersama
Namun setiaku tetap
Terpatri
Amanahmu slalu terjaga
Tiga hari ?
Aah cuma tiga hari
Namun tiga hari
Cukup membuat hati
Merindu berat
Seberat rasa ini
Yang hampir tiba
Di penghujung waktu
Kini ku t’lah kembali
Tuk merenda kata
Bersamamu
Dalam buaian cinta
Bercerita penuh tawa
Nan harapan nyata
Penuh doa tuk
Slalu bermasamu
Atas ridloNya.
Cirebon, 27 Oktober 2018
Fitria LindaOct 31, 2018 11:13:39 AM
CUMA KAMU YA KAMU
Oleh: Fitria Linda K.
Tergurat lengkung senyuman
Paras menawan berpayung awan
Memandang tiada bosan
Berkisah cinta diantara krisan
Punai itu bertuah merdu
Memadu kasih dibawah rindang perindu
Membuaiku hanyutkan pilu
Terbuai rayu selegit madu
Masih kusandarkan kepala dibahu
Bahu yang kokoh menahan sendu
Seakan menahan beban fikirku
Menembus pandang cakrawala kalbu
Kamu…
Ikhtiar hidup peraduan rindu
Walau terpisahkan letak dan waktu
Ku nanti kamu
Cuma kamu…
Hijrah terakhirku
Setelah lama aku merantau
Berlabuh dengan sekoci mungil cintaku
Ya kamu…
Pamungkas kekuatan kalbu
Merintih menahan rindu
Berbelukar perih duri perdu
Cuma kamu ya kamu…
Belahan jiwaku
Pendampingku
Blitar, 31-10-2018
Vera HOct 31, 2018 3:03:06 PM
TKI
Oleh : Vera Handayani
Kau pergi jauh dari rumah
Titipkan hidup di negeri para raja
Setahun dua tahun
Entah suka entah duka
Kau berdalih
Ingin ubah sang nasib
Mengumpulkan pundi rupiah
Yang menggelitik hati
Setelah tiga tahun
Dan kau kembali
Tanpa jasad, tanpa rupiah
Hanya fitnah dan deret kata tak ku kenal
Sebagai pengantar kabar
Kau telah tiada meninggalkan nama
Yang tidak lebih dari tiga puluh tahun kau sandang
Nama yang ditunggu
Nama yang didapat dari mantra sakti
Ibu dan Bapakmu
Nama yang kini terpatri abadi
Dalam sebuah nisan
Bogor, 31 Oktober 2018
NazariahOct 31, 2018 6:45:56 PM
Tengku Nazariah:
*Perempuan Berwajah Rembulan*
Perempuan berwajah rembulan
Yang menengadah melempar berjuta harapan
Pada rinai hujan yang berlomba menyibak awan
Tergesa turun menitipkan tangis luka atas duka yang tak tertahankan
Perempuan berwajah rembulan
Yang tenggelam dalam rintihan tertahan
Atas hilangnya sandaran jiwa yang tertelan bumi
Di tengah likuifaksi yang menerjang di temeram senja
Lukanya tak lagi mampu mengurai
Terbenam dalam lara yang tak teraba
Perempuan berwajah rembulan
Yang tertunduk mencoba mengais harapan
Diantara puing-puing kehidupan
Tersebar tanpa tau memilah
Antara ada dan tiada
Dalam asa menjelaga
Perempuan berwajah rembulan
Tinggal sendiri dalam jeratan waktu yang membelenggu kuat tanpa batas
Membekap dalam malam-malam panjang
Membenamkan harapan tak bertepian
Teronggok disudut dunia tanpa asa
sepi
Sendiri
Menengadah Sang Kuasa
Berharap Tangan Sang Kekasih menggapainya ke Nirwana Cinta
Abadi di sisi NYA
*Tuk saudaraku di Palu sekitarnya*
Erna SahwatiNov 1, 2018 12:54:51 AM
Tugas 1
Puisi Realisme
Judul puisi Rindu
Malam semakin larut
Larut malam melarutkan
Anganku tentangmu
Menunggu demi sekeping rindu
Menembus tirai yang tak berujung
Malam semakin larut
Dirimu tak kunjung datang
Walau hanya sebatas kabar
Malam semakin larut
Menggulung rindu yg tak bertepi
Bagaikan cinta yang tak bertuan
Merintih dalam sepi
Erna syahwati Telaumbanua
Jambi, 011118
Edeh IainNov 1, 2018 4:04:55 AM
Tugas 1 Realisme
Pagi buta ku tutup rapat
Pintu gerbangku
Ku ayun langkah kakiku
Tuk tunaikan amanah
Acara rakor provinsi
Yah lelah memang
Tapi itulah tugasku
Urusan duniaku
Urusan akheratku
Keduanya
Saling memadu.
Alunan musik mellow
Menambah suasana
Kebekuan hati
Yang bersembunyi
Dibalik dinginnya tubuhku
Namun
Semangatku tetap
Berkobar
Membakar dinginnya
Kulitku yang serasa
Menipis
Cahya lampu di jalanan
Bak menari-nari
Seakan tersenyum
Sambil berkata
Dan berdoa
Pagi ini memang indah
Pagi ini memang khidmat
Pagi ini penuh berkah
Daun-daun pun
Melambai mesra
Terhempas
Buaian lembut
Sang bayu
Menyambut
Langkahku
Sambil berbisik
Dan berdoa
Pagi ini memang indah
Pagi ini memang khidmat
Pagi ini penuh berkah
Cirebon, 1 November 2018
Dalam perjalanan Cirebon-Garut
E.Sukaedah A:
Tugas 1 Realisme
PAGI YANG BERKAH
Oleh : E.Sukaedah.A
Pagi buta ku tutup rapat
Pintu gerbangku
Ku ayun langkah kakiku
Tuk tunaikan amanah
Acara rakor provinsi
Yah lelah memang
Tapi itulah tugasku
Urusan duniaku
Urusan akheratku
Keduanya
Saling memadu.
Alunan musik mellow
Menambah suasana
Kebekuan hati
Yang bersembunyi
Dibalik dinginnya tubuhku
Namun
Semangatku tetap
Berkobar
Membakar dinginnya
Kulitku yang serasa
Menipis
Cahya lampu di jalanan
Bak menari-nari
Seakan tersenyum
Sambil berkata
Dan berdoa
Pagi ini memang indah
Pagi ini memang khidmat
Pagi ini penuh berkah
Daun-daun pun
Melambai mesra
Terhempas
Buaian lembut
Sang bayu
Menyambut
Langkahku
Sambil berbisik
Dan berdoa
Pagi ini memang indah
Pagi ini memang khidmat
Pagi ini penuh berkah
Cirebon, 1 November 2018
Dalam perjalanan Cirebon-Garut
Kisworo VikiNov 1, 2018 4:47:19 AM
Lion air
Burung besi merah nan gagah
Melintasi langit biru perkasa
Primadona biaya murah
Terbang tinggi armada mewah
Sayang seribu sayang…
Tiada imbang keselamatan terbang
Berkali kali masalah datang
Membuat pemakai jadi bimbang
Singa bersayap terbang mengangkasa
Sungguh indah terbang perkasa
Mengapa? masalah selalu bersama
Serasa enggan lepas dari trauma
Oh pemerintah perketatlah regulasi terbang
Jangan ada hukum yang tak berimbang
Cukup sudah nyawa melayang
Mereka Ingin ucapan selamat datang
Kisworo PH
Indramayu, hari pertama di bulan Nopember 2018
SHAFIYYAHNov 1, 2018 9:43:26 AM
Tugas 2
AMNESIA
Aku merayu, menyuruh menyapa sepertiga waktu
lalu pura-pura amnesia ketika kristal kristal malam memaksa
debu debu itu tunduk.
lupa tersungkur ke lantai landai memeluk sajadah
dan airmata bukan keni’matan menghamba lagi setelah perangai
juga ketika Waktu mulai membius pada bola mata yang tak ingin memihak
pada suara keluar tanpa tata krama
dan, mengutuk hati setelah ayat-ayat-Nya tak bisa lagi kukenal satu persatu
di lembar-lembar yang aku angkuh untuk menyapa
hingga terlalu gagap untuk sekedar say hallo
Kataku: aku akan kembali
Tapi, kini terdengar kabar pun tidak,
tentang janji-janji pada hati yang hampir luput pada pencipta-Nya
Mengirim kafilah kalimat rayuan untuk cinta-Nya abadi. Pun lupa.
Kataku: Jangan tinggal aku sendiri karena aku tidak punya tempat kembali
Hanya ungkapan kebisuan merindu yang tersesat .
SMD, 20181030
IdaNov 1, 2018 5:57:59 PM
Beri Aku Waktu
Ida Farida Nurani
beri aku waktu
merangkai kata cinta
mamadu kasih
wujudkan khayalku yang terlalu indah
hadirkan mimpiku yang terlalu megah
aku menangis diam
kembali menghela napas
bagaimana aku memulai kata cinta dari lubuk hati
kata cinta dalam secarik kertas
untuk mereka yang menanti goresan pena dari mimpi
aku menangis diam
menunggu
mencari
bahkan memcuri ilham dari mimpi tersembunyi
aku malu pada mimpi
malu pada khayal
wujudkan janji cinta
untukmu sang pencinta literasi
kembali ku meminta waktumu untuk sedikit menanti goresan pena dari samg pemimpi
kuningan, 1 nov 2017 kenangan puisi ku tahun lalu mengejar that line penulisan buku .ini masuk puisi apa?
Hartini HamzahNov 1, 2018 7:39:33 PM
Suitan Jalan
Tertatih bersamamu
Menyusuri waktu
Yang enggang berlalu
Dari pandang matamu
Masih bersamamu
Berjalan di sisimu
Menekuni hari-harimu
Berdiri di sampingmu
Hari ini ….
Seperti kemarin
Tetap bersama di sisi
Menekuri jalan
Mungkin esok tak lagi sama
Tiada yang menemani berjalan
Entah ada rasa hampa
Yang tak lagi enggan berlalu
Jangan pernah berlalu
Tetaplah bersama
Walau mungkin waktu
Enggan lagi menyapa
Luwu Timur,
01 November 2018
Dhaniez JaberNov 1, 2018 8:12:16 PM
CELAMU (Dhaniez Jabeer)
Kupandang indah cahayamu
Kemilau ranum dalam pancaran
Surya terpancar petanda lembut hatimu
Getar genta bersambut membawa kisah
Sucinya ikatan meski tanpa pertanda
Jikalaulah hati ini besi
Jikaulah hati ini mutiara
Pastilah terasa kuat dan tetap bersinar…
Namun…..
Celamu buatku hilang rasa
Ucap sebuah nama buatku kecewa
Hatimu ada cela
Cela kau buat untuk sebuah asa
SMK N 1 USMANNov 2, 2018 6:32:17 AM
Tugas 1
Yakinkan
Oleh Usman Umar
Sore yang teduh sedikit gerimis meliputi kita yang sedang menikmati menu pisang Ijo tanpa es.
Mendung memang tak selalu harus mewakili lara tapi kutahu dirimu sedang ragu akan esok
Kita hanya perlu yakin bahwa hidup bukan semata soal memilih
Kita juga perlu yakin hidup bukan semata soal rasa
Hidup juga bukan perkara lama atau pun sebentar
Hidup bicara tentang siapa telah berbuat apa
Tak usah tanya untuk siapa kita dicipta
Juga tak usah tanya untuk siapa kita dilahirkan
Kita hanya perlu bertanya untuk apa kita diadakan
Hidup ini adalah senda.gurau pun permainan
Cukup kah sudah jawaban
Atas tanya yang terus mengiringi hidup?
Kita kah yang memainkan hidup
Atau
Justru kehidupan yang memainkan kita?
Bermain dalam waktu yang terbatas tentu bukan main-main
Bermain untuk mengukir prestasi yang sejati
Bermain untuk hidup yang abadi
Langit mendung atau pun cerah tidak banyak berbeda bagi yang paham
Pahami lah untuk apa mereka hadir
Pahami lah mengapa ada langit dan matahari
Pahami lah mengapa ada udara.dan bulan
Bukan main indahnya hidup yang sejati
Hidup pemilik hati yang tak bertepi
Memilih lah dengan yakin
Laiknya memilih menu kita sore itu
Berau, 1 November 2018
Zibdah umi arfiraNov 3, 2018 9:58:25 AM
Tugas 1
BELAJAR IKHLAS
Sadarkah kita tak pernah memiliki apapun
Kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?
Sepatutnya bersyukur atas segala yang kita miliki
Karena ketika kita datang dan pergi
Tiada membawa apa-apa
Menderita karena melekat
Bahagia karena melepas
Demikianlah hakikat sejatinya kehidupan
Apa sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini?
Tidak ada!
Bahkan nafas kita bukan milik kita
Tak bisa kita genggam selamanya
Saat kehilangan kembalilah
Ingatkan diri bahwa kita tidak punya apa-apa
Yakinkan “kehilangan” itu tiadalah nyata dan tidak akan pernah menyakitkan
Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran
Ke “aku” an itulah yang membuat kita menderita
Kita lahir tidak membawa apa-apa
Meninggal pun sendiri, tak bawa apa-apa
Dan tidak ajak siapa-siapa
Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada Nya
Pati, 3 Nopember 2018
ChichiNov 3, 2018 6:04:44 PM
:fallen_leaf::leaves: W A N I T A :leaves::fallen_leaf:
Oleh : Chichie
Diammu membuat dia menjadi seperti butiran debu
Beterbangan kemanapun
Diammu membuat malam
Kian mencekam kosong tanpa cahaya
Diammu melumpuhkan hati jiwa berkelana
Diammu matikan semangat
Keringkan daun dan ranting musim hujan
Diammu penjarakan ego untuk menjadi sabar
Diammu menjadikan cinta tumbuh begitu sempurna
Diammu mengubah sifat buruknya menjadi bijak
Diammu adalah rasa khawatir dan kasih
Ohhhh wanita
Diammu membuat semua menjadi abu
Diammu adalah timbangan rasa
Betapa berharganya engkau untuk sepotong hati
Nbr, 28102018
WidatiNov 3, 2018 7:02:54 PM
Kecewa
Memoles wajah, abrakadabra
Bibir digincu merata
Pipi pun merona senja
Senyum tipis setengah dipaksa
Di depan kaca benggala
Gaun bagai cinderella
Seolah siap tuk berdansa
Memutar badan mencari cela
Ahh…. Sempurna
Gumam hatinya
High heels bagai selebritis
Langkah pasti menghentak bumi
Bresss…. Tangis mengguyur bumi
Tanpa permisi, basa basi tak terkendali
Kaki terhenti dan gigit jari
Ahhh…. Akhirnya gagal pergi
Ganti posisi kembali ke kursi
Terdiam menyendiri merangkai hati
Harus bagaimana lagi???
Tak bisa menghadiri
Karawang, 3 November 2018
Saat gagal pergi.
Ifat SitiNov 4, 2018 7:43:24 AM
Di Tepi Kematian
Dalam diam
Hati ini…
Gersang
Tandus
Kering
Dan kerontang
Dahaga
Galau
Dan kacau
Hingga ke puncaknya….
Ingin meledak rasanya
Dari kejauhan
Terdengar sayup suara…
Astagfirullah.. Rabbal baroya…
Astagfirullah.. Minal khotoya…
Syahdu nan lembut mendayu
Ku mendekat dan tercekat
Ia…
Mengais
Mengaduh
Memohon
Dan merindu…
Buliran air mata itu
Membasahi wajah teduhnya
Ibu… Kaukah itu?
Apakah aku bermimpi?
Ibuuuu!
Tapi ia tak melihatku..
Ibuuuu!
Dimanakah aku?
Ia pun bersujud
bergumam dengan lirih
Yaa Allah hamba mohon…
Mohon dengan sangat..
Ampuni putra hamba..
Beri kesempatan untuknya
Perbaiki semua kesalahan
Bukakan hatinya
Lembutkan jiwanya
Sembuhkan ia…!
Yaa Rabbanaa…
Sumedang, 4.11.18
Rochani HandayaniNov 5, 2018 8:17:12 AM
Puisi tugas 1 – Realisme
Ini Tentang Bahagia
Bahagia?
Itu keinginan setiap manusia
Pasti aku ingin bahagia,
Kau ingin bahagia,
Dia ingin bahagia,
Kita semua ingin bahagia!
Bahagia itu bukan karena apa
Bukan pula karena siapa
Tapi karena kita menginginkannya
Kita yang menentukannya
Pada situasi apa saja
Terserah bagaimana kita menyikapinya
Jangan pernah salahkan siapa-siapa
Jika tak bahagia
Jangan pernah cari kemana-mana
Untuk bisa bahagia
Bahagia itu sederhana saja
Syukuri setiap cinta yang diberi-Nya
Yang mengalir deras dalam jiwa raga
Dan seluruh isi alam semesta
Menikmatinya
Mencipta rasa
Bahagia itu ada di sini!
Lahir dari dalam hati
Rcnani
Puisi 2 -ekpresionisme
Untuk Teman-Teman Media!
Sadarlah teman
Pekerjaanmu berperan besar
Pengaruhi pikiran
Tentukan penilaian!
Berita yang kau tuliskan
Liputan yang kau lakukan
Informasi yang kau sebarkan
Tayangan yang kau sajikan
Hasilkan pandangan
Orang bebas simpulkan
Jadikan pertimbangan tuk ambil keputusan!
Kau bentuk perangai!
Masyarakat beringas
Pembenci yang dengki
Mudah tersulut dan naik pitam
Termakan pemberitaan berlebihan!
Jika kau mau,
Pekerjaanmu bisa buat bangsa ini maju
Berfikir cerdas!
Bersikap waras!
Mencinta bangsanya lewati batas!
Bukan kehilangan identitas!
Bangga pada budaya bukan negerinya
Kagum pada prestasi bukan bangsanya
Bercita-cita berkarya bukan untuk tanah airnya
Sungguh kau bisa!
Menebar inspirasi bagi bangsamu sendiri
Lewat informasi yang kau saji
Mengangkat kisah hebat anak bangsamu sendiri
Jadikan mereka punya harga diri
Ayolah teman!
Aku harapkan!
Rcnani
NazariahNov 5, 2018 3:24:59 PM
Puisi tugas 1 – Realisme
Tengku Nazariah
*Meriang*
Gementar..
menggeratak beradu..
Tak kuasa menahan gigil..
Menggigil..
Dingin tapi membakar..
Mata tak kuasa melempar asa
Terpejam..
Hitam..
Kelam..
Melempar godam..
Menekan kepala..
Merebut kuasa raga..
Goncangannya melimbungkan
Tak lagi mampu mengurai hasrat tuk bangkit
Tak kuasa meraih ingin..
Nyerih..
Tusukan tak terperih..
Segenap tubuh ini tak lagi mampu mengemas semangat ..
Walau tugas dan tanggung jawab menanti
Tubuh tetap ringkih,..
Bergelung…
Mencoba membuang sakit yg menghimpit..
Hhhhhh..
Hhhhhh..
Semoga segera bisa berselesa..
*10-9-2018*
Demam…
Tugas 2 : Ekspresionisme
*Kuingin Kau Tau*
Nak…
Hari ini kembali kita bertemu
Di keheningan bcsuasana
Dalam kesyahduan pencarian insfirasi
Tuangkan geloranya pada tarikan kuas penuh ekspresi
Nak..
Seperti biasa
Kau masih juga asyik dengan duniamu
Dunia penuh huru hara
Dunia yang tak pernah mau mengalah
Dunia yang selalu menjadikanmu jumawa
Dunia yang tak peduli pada sesama
Nak..
Kau masih terus mengganggu
Masih terus meracau, mengacau
Kau tak jua mau berpadu dalam menuangkan aneka rasa dalam kanvasmu
Menjadikannya ledakan ekspresimu yg tak terkendali
Kenapa nak..
Malah kau heboh menebar angkara
Ekspresi jiwa teman2 mu kau tertawakan
Kau ganggu
Bahkan kau hinakan dengan aneka coretan tak karuan
Nak..
Panggilan sayangku tak kau hiraukan
Himbauanku malah kau abaikan
Semakin tak terkendali kekacauan kau ciptakan
Nak..
Sebuah coretan kasih sayang kutorehkan di pipimu
Agar kau tau bahwa sebuah coretan itu pertanda
Bahwa yang kau lakukan sudah terlalu jauh
Bahwa aku.. Gurumu sudah mulai mengingatkanmu
Bahwa pelajaran sudah terganggu
Bahwa teman-temanmu butuh waktu..
Butuh ketenangan..
Butuh konsentrasi saat berekspresi
Tapi nak…
Kenapa kau kalap?
Sebuah coretan di pipimu mampu membuatmu meradang, menerjang, menghantam..
Kau tak terkendali..
Walau aku sudah menjerit merintih
Teman-temanmu melerai,
Bahkan guru-gurupun ikut memisahkan..
Nak..
Kita sudah selesaikan..
Kau sudah kumaafkan..
Walau adab kepantasan sudah kulepaskan..
Aku ikhlas, bahwa jiwa pancarobamu mengalahkan akal sehatmu
Nak..
Dalam lemah dan sedih aku pulang..
Pusingku belum hilang..
Namun kenapa kau masih menghadang?
Dengan wajah berang kau datang..
Tanpa ampun kau kembali meradang
Menghantam menerjang..
Sakit bukan kepalang..
Nak..
Kau tahu..
Aku jatuh..
Lunglaiku dalam dekapan istriku..
Tubuh ringkihnya yg membawa janin mungil kami menggigil..
Isaknya mencoba menguatkanku yang makin layu..
Semua mulai hilang..
Bayang-bayang wajah ayunya mulai kabur..
Hanya isak dan teriakan paniknya yang masih kudengar..
Sayup.. Sayup.. Dan lenyap.. Gelap..
*kenangan utk pak Ahmad Budi Cahyono, guru honor SMAN 1 Torjun Sampang Madura – Semoga Husnul Khotimah, dan semoga istri sabar dan anak yang dikandungnya bisa tumbuh sehat hingga lahir dan menjadi anak yg sholeh.. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin*
SP WidiyaniNov 7, 2018 7:46:11 AM
Tugas 1 Realisme
- Widiyani
YAKINKU
Morning class…
How are you doing….
Itulah sapa rutin pada anak didikku sebagai penggugah semangat pagiku
Morning Mom , Iam fine
Dengan wajah sumringah mereka menjawab salamku
Wajah yang penuh dengan ekspresi semangat untuk menerima pelajaran yang aku berikan
Satu persatu mereka acungkan telunjuknya
Sambil tersenyum memperlihatkan semangat antusiasnya
Present Mom ..Present Mom …
Absent Mom.. Absent mom ..Absent mom
Aku sempat tercengang beberapa anak didik tidak sekolah tanpa alasan yang tepat
Sudah beberapa hari mereka tidak menuntut ilmu tanpa kabar
Ada apa gerangan Nak , maleskah, sakitkah , bosankah?
Perasaan itu bergejolak dihatiku
Ah semoga saja mereka get well soon, itu saja pintaku
Positif thinking sajalah yang ada dibenakku
Ya Tuhan sadarkanlah mereka, bimbingkah mereka, yakinkan mereka
Mereka generasi milenial yang kami banggakan dan kami dambakan
Meski jalan terjal menghadang mereka
Move on my dear students…
Dunia tetap tersenyum menyambutmu
Jangan patah semangat menuntut ilmu
Masa depan cerah menunggumu
Gapailah cita citamu setinggi langit
Jadilah anak-anak bangsa yang berjiwa tangguh
Anak-anak bangsa yang bekobar semangatnya, teguh dan bersih jiwanya
Ya Tuhan ridhoilah pintaku dan kabulkankah yakinku
Amin Ya Robbal Allamin
Tugas 2 Expresionisme
- Widiyani
EGO
Bukan …. bukan aku
Aku bukan biangkeroknya
Aku bukan dalangnya
Aku bukan virusnya
Kamulah…
Hanya kamulah yang salah, hatiku
Akankah terus menerus kamu protes, hatiku
Kumohon
Jika kau merasa teraniaya
Janganlah kau selalu memberontak, hatiku
Logika itulah logika
Pahamillah hatiku, mengertilah
Apa maumu, hatiku
Semua yang terjadi tak bisa memenuhi keinganmu
Sudah saatnya kau mau memahami, hatiku
Buanglah egomu jauh jauh
Buanglah rasa irimu dalam dalam
Pengejaranmu akan sia sia belaka
Dengarkanlah nasehat logika
Mengertilah wahai hatiku
Buanglah asamu yang kandas karena logika
Logika diatas segalanya
Pati, 7 November 2018
Retno KusNov 7, 2018 2:35:44 PM
Tugas 2: Puisi Ekspresionisme
Hadirmu
Oleh: Retno Kusumawati Dwi Rahayu, M. Pd.
Sendiri dalam sunyi tak berbagi
Malam itu termenung aku
Tanpa sebab selalu aku
Air mata jatuh tergulai lagi
Satu dasawarsa kau kunanti
Penuh harap tanpa henti
Ayat-ayat Suci cinta mengalun dalam hati
Memuja meminta engkau sibuah hati
Tak Henti tak putus aku
Memohon meminta padaMu
Agar doa harapan berpihak padaku
Syukur aku ucapkan padaMu
Lengkingan tangis malam itu
Memecahkan rasa sembilu hati
Awan pun tak redup lagi
Bahagia kembali hadir menyatu
Pagerjurang, 7 November 2018
Retno Kusumawati Dwi Rahayu:
Tugas 1 : puisi realisme
Kemarau Telah Usai
Oleh: Retno Kusumawati Dwi Rahayu, M. Pd.
Terik sengatan matahari siang itu
Membuat aku resah Gundah resah hati
Tidak cuma aku tapi juga yang berhati
Bumi pun sesak mendesah
Sore itu langit menggelayut
Sedih pun dirasakan juga
Iba rasa hari keluar dari mulut
Tetes air pengobat rasa dahaga
Aku dan bumi pun mulai bangkit
Tanah merekah mulai bungkam
Dian menikmati usai rasa sakit
Tangis sigersang pun mulai diam
Guyuran dari langit Mu
Memukau hati jadi bahagaiku
Syukur aku persembahkan pada Mu
Gersang hilang hijau merayuku
Gundah hati menanti
Bahagia Semarang aku hadapi
Sejuk Teresa tentram dihati
Guyuran langit membasahi pipi
Hati bahagia kini hadir
Lama menanti akhirnya kembali
Kemarau kini telah berakhir
Human pun datang kembali
Pagerjurang, 7 November 2018
SMK N 1 USMANNov 7, 2018 4:34:16 PM
Tugas 2
Matahariku
Oleh Usman Umar
Duhai matahariku
Dambaan yang selalu kunanti
Dikau sudah semakin meninggi
Dan aku pun sadar ini bukan pagi lagi
Tak terhingga bahagiaku ketika pertama menatapmu
Tak terasa air mata haru ikut menyambutmu
Tak ada yang tahu rasa ini
Tumpahan rasa yang tersingkap sejak ronamu menyapa pertukaran waktuku
Hadirmu menerangi hidupku yang pernah gelap dan sepi
Harus bagaimana bila kau tak hadir
Hampir saja jiwa ini hampa tanpamu
Harapan telanjur melekat padamu
Dari gerakmu aku tahu maksudmu
Dari sinarnmu aku temui hasratmu
Dari terikmu aku sadari maumu
Tanpa kata-kata pun aku bisa paham apa yang kamu inginkan
Terus lah berputar matahariku
Tatap lah dunia ini dengan tajam
Tetap lah menggerakkan kehidupan
Tak perlu risau apa yang akan kau dapat
Tak perlu gundah akan kesendirianmu
Bertahan lah di jalan kebaikan ini
Bersama rindumu yang membuncah
Bersama kita jemput rembulan
Berau, 7 November 2018
Retno KusNov 7, 2018 7:09:17 PM
Tugas 1 : puisi realisme
Kemarau Telah Usai
Oleh: Retno Kusumawati Dwi Rahayu, M. Pd.
Terik sengatan matahari siang itu
Membuat aku resah Gundah resah hati
Tidak cuma aku tapi juga yang berhati
Bumi pun sesak terisak mendesah
Sore itu langit menggelayut
Sedih pun dirasakan juga
Iba rasa hari keluar dari mulut
Tetes air pengobat rasa dahaga
Aku dan bumi pun mulai bangkit
Tanah merekah mulai bungkam
Dan menikmati usai rasa sakit
Tangis sigersang pun mulai diam
Guyuran dari langit Mu
Memukau hati jadi bahagaiku
Syukur aku persembahkan pada Mu
Gersang hilang hijau merayuku
Gundah hati menanti
Bahagia Sedang aku hadapi
Sejuk terasa tentram dihati
Guyuran langit membasahi pipi
Hati bahagia kini hadir
Lama menanti akhirnya kembali
Kemarau kini telah berakhir
Hujan pun datang kembali
Pagerjurang, 7 November 2018
Kisworo VikiNov 7, 2018 7:53:18 PM
Tugas 2
Jeritan tanpa suara
Bergelinjang manja mata tua
Tiada asa hendak digapai
Usia senja suara terbata
Hanya ingin suatu yang berarti
Badan lemah tiada daya
Sungguh beda puluhan tahun lalu
Harapan besar bertemu surga
Melihat sukses anak cucu
Tak ada lagi hati yang ramai
Tersisa sendiri dalam sunyi
Tiada guna harta berlimpah
Ajal menjemput badan melemah
Berteriak menjerit tak berguna
Hanya amal ibadah selalu bersama
Wahai Tuhan beri hamba kasihMu
Tanpa kasihMu dunia semu
Perhiasan dunia semua hilang
Berganti dengan alam kubur
Hanya Allah tempat berlindung
Di saat badan kaku terbujur
KISWORO PH
Indramayu, 7-11-2018
LailiNov 8, 2018 5:15:37 AM
Tugas 2
Kembali
Menapaki jejak yang salah..
Berhenti sejenak tuk bertanya..
Aku ingin kembali..
Tunjukilah padaku jalan yang benar..
Terhuyung lemas dan terbawa dalam lamunan..
Aku tak dapat bergerak..
Tubuhku lurus dengan sempurna..
Seperti ketika aku berdiri dalam sholat..
Belum bisa ku percaya,
Apakah itu aku..?
Kucoba melihat dengan jelas dari atas rambut hingga bawah ujung kaki..
Dan terperajat,..
Aku terbagun dari tidur..
Bersua kembali dengan orang-orang di sekitarku..
Astagfirullah;
Alhamdulillah,kataku..
Tunjukilah padaku jalan yang benar
Ingatkan disaat ku telah terjerumus dalam kehilafan..
Sebelum aku kembali..
Laili
Blitar 080918
Astuti tuye BindoNov 8, 2018 10:32:06 AM
Astuti tuye Bindo
Tugas 1
Aliran (masih bingung apakah ini Realisme atau Ekspresionisme atau lainn:blush:)
POST PARTUM
Payudara serasa melorot
Jahitan rasanya bikin melotot
Raga lunglai rasa tak punya otot
“Kamu itu harus mengASIhi, itu anak manusia bukan anak sapi”
Senyum getirku berubah tangis
Ketika air emasku tak cukup untuk si kejora hidup
itu salahku
Ketika rambutku kering, terurai tak beraturan
itu salahku
ketika ‘obras’ perinium tak kunjung buat ku tersenyum
itu salahku
Ya semua itu salahku
Merasakan raga tersiram saja itu luar biasa
Merasakan terlelap hitungan menit saja laksana mencicipi surga nikmatnya
Merasakan nasi beradu lauk dengan syahdunya tanpa terburu mengunyah
Sungguh fantastis rasanya
Masihkah kau bilang itu semua salahku???
ROSENov 9, 2018 9:06:12 AM
Materi puisi
Assalamualaikum wrwb.Segala puji hanya milik Allah.Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasul Allah.Selamat bertemu kembali dgn sahabat guru Indonesia yg luar biasa
Malam ini kita akan melanjutkan materi puisi aliran ekspresionisme.
Santai saja.
Jalan2 ke kedai pak Legi
Hendak membeli buah kuini
Selamat berjumpa lagi
Di kelas puisi malam ini
Ada peniti di dalam peti
Peti dibeli di toko Pak Ribut
Walau di rumah lampu mati
Kelas puisi tetap berlanjut
Aliran puisi ini mementingkan pengucapan secara spontan.Aliran sangat sesuai dengan jiwa penyair yg bergejolak dan meledak-ledak.Aliran ini lebih tepat digunakan untuk mengunkapkan gejolak batin penyairnya
Contoh puisi ini adalah Aku karya Chairil Anwar
Diana DianaNov 10, 2018 11:58:04 AM
Tugas 1
Diana Yuwinda
Malam
Seraut wajah yang kukenal
Perlahan memudar
merubah semuanya..
Takut menerpa..
Terkenang masa lampau
Begitu jelas terangkum
Waktu itu jadi rindu
Rasa juga rupa
Sentuhanmu dalam dekap
Terlepas tanpa asa
Lemah tak bersuara
Mencengkam pilu
Lagu slalu terdengar
Nyanyianmu, senandung elegi
Cinta tak bertepi..
Tapi pasti
Kini ..hitam pekat hidup
tanpa secercah kilau
Dibalik kelopak indah matamu
Tak bermakna..
Semakin gelap kuselami
Lautan cinta yang berakar
Kokoh bagai batu karang
Jauh dari sergapan ombak
Betapa tak berdaya
Diri ini saat bergumul
Dalam pelukan malam
Terakhir pintu dikunci-Nya
Mas KurniawanNov 10, 2018 5:25:50 PM
SANG ISTRI
di telapak tangan wanita itu
ada goresan prasasti kepasrahan
menunggui suaminya
yang belum pulang dari lautan mimpinya
ya,sang suami masih bermimpi
kelak ia kan bangun istana mewah
dari gumpalan emas mulia yang masih terpendam di bawah tanah
yang kadang ia sendiri masih tak percaya
adakah emas itu benar-benar di tempat yang ia gali selama ini
wanita muda, dengan goresan pisau di tangannya
hasil dari usahanya memberi semangkuk sayuran dari surga
matanya sembab karena mengingat suaminya
yang menggali terlalu dalam apa yang diimpikannya
belum lagi kalau tetangganya tertawa keji
melihat lehernya tak terlilit kalung emas lagi
ia hanya tersenyum sendiri
karena tak tau lagi alasan apa lagi yang akan ia beri
NuniartiNov 10, 2018 7:27:15 PM
Tugas 1
Nuniarti
Rencanamu
Hari terus berlalu
Satu satu alur cerita diputar
Sedih senang terus berganti
Baru saja bahagia itu datang
Kupikir rencanamu
Kejayaan di tangan
Kemenangan dirayakan
Merasa dalam ridhoMu
Ternyata ini hanya ujian
Ternyata ini hanya titipan
Dalam dekejap pekat itu datang
Bus maut itu merenggut asa
Tinggal duka dalam rencana
RencanaMu di atas segala
ENDAN RATNAWATINov 11, 2018 9:41:52 AM
ENDAN RATNAWATI:
Tugas 1 (PUISI RESLISME)
NEGERI BERTUAH
oleh: HJ.R.A Endan Ratnawati
Semua orang tahu
Semua orang juga setuju
Riau daerah indah
Riau negeri bertuah
Di atas minyak
Di bawah minyak
Riau tanah elok, negeri molek
Laksana putri cantik sedang bersolek
Semua terpikat, ingin mencolek
Jangan biarkan lunglai, tergolek
Setelah minyaknya dikuras
Hutannya dirambah, meranggas
Pohon sawit semakin luas
Riau semakin gerah … panas
Tahukah kalian semua?
Murka-Nya telah tiba
Petaka asap jadi agenda
Bencana banjir menanti tiba
Tak perduli untuk siapa
Untuk siapa Riau yang kaya?
Untuk rakyat jelata
atau para penguasa
Lihat apa yang diwariskan
Anak cucu hanya dapat sisa
Sisa petaka dan sisa dosa
Dengan apa dipertanggungjawabkan?
Bukan ini yang jadi asa
Bukan ini yang jadi.cita
Riau negeri bertuah
Jangan biarkan alamnya punah
Siapa yang akan menjaga?
Kalau bukan kita, anak bangsa
Bangkitlah Riau, bangunlah
Jangan biarkan tanahmu dijarah
Saktimu tanah bertuah
Tunkukkan Riau negeri bermarwah
Rakyat beradat, Allah disembah
Riau negeri bersolek
Jangan punah karena dijarah
Jangan hilang karena dirambah
Air Molek, 11 November 2018
TUGAS 2 (PUISI EKSPRESIONISME)
PENGUASA
oleh : Hj. R.A Endan Ratnawati
Kau marah … .
Kau murka … .
Kau merasa terhina … .
Seolah tak punya marwah
Menyerigai … .
Mencengkram … .
Melolong … .
Kau merasa orang terhormat
Kau merasa seorang pejabat
Kau merasa orang berpangkat
Minta kebal hukum
Minta perlakuan khusus
Minta pelayanan istimewa
Tutur katamu setajam pedang
berkilat dan terhunus
Menyayat, merobek dan mencabik
Jauh ke dasar hati
Sakit, perih dan berdarah
Sorot matamu tajam
Menusuk dan menghujam
Menghantam ke dalam jantung
Menerjang nurani suci
Mengoyak sebuah harga diri
Tapi … kau lupa
Aturan untuk semua
Hukum tak pandang siapa
Tak kecuali anda
Duhai orang berpangkat
Sesekali pandang kebawah
Kerikil halus bisa membuatmu luka
Lubang kecil membuatmu celaka
Onak duri membuatmu tersedak
Wahai kau penguasa
Kuasamu ketika kau muda
Saat renta, lunglai tak berdaya
Jangan kira tak akan binasa
Masihkah sanggup menyerigai?
Masih bisakah mencengkram?
Masihkah mampu melolong?
Duniamu akan sirna
Air Molek, 11 November 2018
Suningsih ningsihNov 11, 2018 12:16:23 PM
TUGAS 1 ( Puisi Realisme)
Menjemput Bahagia
Oleh : Suningsih
Pagi ini mentari tersenyum ceria
Seakan mengajakku bercanda
Bergegas ku kemas segala
Menuju bahagia yang ku damba
Menjemput putri tercinta
Deru debu dan polusi nan bergelimang
Jalur padat merayap tersendat
Seakan menghambat
Semua yang ingin kudapat
Tapi tahukah kau
Keinginanku takkan terusik
Karena hati ini selalu berbisik
Ingin jumpa dengan sicantik
Meskipun hanya satu detik
Depok, 11 November 2018
TUGAS 2 : (Puisi Ekspresionisme)
Mungkinkah Kembali
Oleh : Suningsih
Saat itu kubermimpi
Memiliki satu keluarga kecil
Dihiasi anak-anak mungil
Yang saling tertawa gembira
Berlarian kesana kemari
Melompat dan bernyanyi riang
Tangan-tangan mungil nan indah
Yang selalu ingin menarik jemariku
Mengajak berlari dan menari
Saat waktu berkumpul bersama
Suapan demi suapan akan meliuk-liuk menuju mulut kecilnya
Walaupun lama mengendap didalam mulutnya
Tapi aku tetap bahagia membelainya
Tapi kini saat kuterbangun
Si mungil telah beranjak dewasa
Dan malu tersipu ketika kucium keningnya
Karena si kecilku pun kini telah berdua
Duhai para orang tua
Seperti inikah yang kau rasa
Rindu berkecamuk didalam dada
Menorehkan rasa menggapai asa
Kembali sepi seperti semula
Ketika sikecil mungil kita
Telah memiliki bahtera rumah tangga
Tatkala tersadar ku hanya berdua
Dengan pendamping suami tercinta
Menunggu sikecil generasi kedua
Yang akan menarik jemariku
Berlari dan menari kembali
Seperti saat dulu lagi
Jakarta, 11 November 2018
Onyah JhNov 11, 2018 12:33:15 PM
Tugas 1 Realisme
Salah Siapa
Karya : Noni Rahmadaniah
Salah siapa …
Dolar semakin jaya
Salah siapa …
Harga sembako semakin naik
Salah siapa …
Krisis sosial semakin gila
Salah siapa …
Agama menjadi bahan hujatan
Apakah aku?
Bisa jadi kamu!
Atau sang pemimpin negeri?
Seruyan, 22 Oktober 2018
Tugas 2 Expresionalisme
Piatu Ku Disebut
Karya Noni Rahmadaniah
Delapan bulan usiaku
Saat ibu menjemput takdirnya
Rengekan tangisku melepasmu
Piatu ku disebut
Empat tahun usiaku
Ayah menjemput jodohnya
Ibu sambung kurengkuh
Tapi tak berikan kasih sayang utuh
Piatu semakin ringkih
Di dera tangis kesepian
Kasih sayang pelipur lara
Tak berpihak pada nasib
Seruyan, 22 Oktober 2018
Tugas 2
Nestapa Si anak Haram
Karya : Noni Rahmadaniah
Hening tak lagi tawarkan damai
Mencekam seiring tangis kesakitan
Tetesan darah tak jadi penghalang
Melangkah dengan wajah yang pias
Ketakutan melumat kasih sayangmu
Tanpa iba, tanpa kasih, tanpa cinta
Tangan yang bergetar namun menguat
Terulur pasrah namun penuh kekejaman
Ratapan lirih seakan membuat tuli
Tatapan surga seakan sebuah neraka
Kulit memerah tak menarik resah
Kalah oleh naluri binatang
Pergi tanpa menoleh
Menangis namun tak bergeming
Tertatih tapi tak mampu berhenti
Dingin tak mendekap iba
Nalurimu koyak tak berbekas
Bengis menyelusup di wajahmu
Demi kesenangan sang kumbang
Kembali bebas menghisap madu
Semesta mengutuk dengan murka
Menjadikan hujan sebagai saksi
Tumpah penuh amukan angin
Dingin menusuk tulang yang tak berdosa
Terbujur lemah menarik empati
Berdecak mencari setetes air kehidupan
Namun sang pemberi sudah melangkah jauh
Membebaskan diri dari cela dan hinaan
Ringkih tapi tak menyerah
Melengking penuh rasa lapar dan sakit
Berharap angin menyampaikan kabar
Kepada penghuni di penjuru malam
Bicara hanya mampu lewat tangis
Seulas senyum penuh makna
Terima kasih kepada sang angin
Yang menjadikan takdir berkata lain
Sebuah pelukan menghangatkan jiwa
Riuh penuh sumpah serapah
Ada kasih yang terulur penuh tanya
Membuat takdir berlabuh entah kemana
Aku menyulam takdirku
Di bawah naungan belas kasih
Sampai saatnya tiba menyibak kabut
Tertunduk lesu menyeruak tangisan
Anak pungut…
Anak buangan…
Dan ada kata yang jauh lebih mengiris
Anak haram…
Melekat sambil menyandang malu
Tak berdosa namun melekat noda
Meski melebur pada dekapan keluarga tak sedarah
Tak menjadikan noda menjadi bersih
Tapi taukah kau surga duniaku
Di sini ibu yang tak kutempati rahimnya masih bisa ku sentuh dan ku peluk
Tapi ayah yang sudah memberiku ruang
Tak mampu ku rengkuh, terhalang kata tak sedarah
Bisakah kau bayangkan deritaku
Ketika aku rindu pelukan ayah
Kemana aku harus berlabuh…
Kemana aku harus menyentuh
Bisakah kau lihat raut kesedihan si anak haram
Jika seorang gadis yang nasabnya harus jatuh kepada ibu
Saat menikah rona bahagia menjadi rona merah
Menahan malu yang melebur dalam isakan pilu
Oh surga duniaku…
Sepanjang hayat sebutan anak haram
Menjadi takdir yang tak bisa dirubah
Cukuplah aku yang melekat noda dari rahimmu
Seruyan, 2018
Tugas 2
Yang Teristimewa
Karya Noni Rahmadaniah
Tasya… Kau di panggil
Gadis cantik dengan senyum manis
Seorang anak yang luar biasa
Walau Bisu dan tuli menjadi duniamu
Nak…
Sekolah menjadi taman bermainmu
Meski sayup pendengaranmu
Meski gagu ucapanmu
Semangatmu tak pupus
Membaur pada sekolah yang bukan bagianmu
Menulis walau hanya bentuk coretan tanpa makna
Berbicara walau hanya dengan gerakan jari
Maafkan ibu nak…
Yang terkadang tak memahami bahasa isyaratmu
Tapi semua itu tak membuatmu terusik
Karena senyum selalu melekat di wajahmu
Seruyan, 30 Oktober 2018
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 11, 2018 12:56:13 PM
Tugas 1
Tuan Tanah
Di lorong -lorong bebatuan
Di antara poros tawa dan debu
Tersembul rasa muak
Tersedak sampai k dada
Tak ada lagi angin segar
Pembawa kedamaian
Karena….
Kegersangan tlah menguasai
Jiwa-jiwa murni
Yang selama ini
berada dalam panji kedamaian.
Kau bilang akulah yang kau pilih
Kau bilang akulah yang pantas
Berjuang untuk kami
Nyatanya kau hanya mampu menjajah kami
Kau kuasai semuanya…
Kau rampas…
Kau cekik…
Hingga nafas ini tersengal
Tanpa ada yang tersisa
Temasuk kami,
orang-orang pribumi
Solok Selatan, 11 November 2018
Onyah JhNov 11, 2018 1:19:50 PM
Onyah Jho ( Noni):
Tugas 2
Nestapa Si anak Haram
Karya : Noni Rahmadaniah
Hening tak lagi tawarkan damai
Mencekam seiring tangis kesakitan
Tetesan darah tak jadi penghalang
Melangkah dengan wajah yang pias
Ketakutan melumat kasih sayangmu
Tanpa iba, tanpa kasih, tanpa cinta
Tangan yang bergetar namun menguat
Terulur pasrah namun penuh kekejaman
Ratapan lirih seakan membuat tuli
Tatapan surga seakan sebuah neraka
Kulit memerah tak menarik resah
Kalah oleh naluri binatang
Pergi tanpa menoleh
Menangis namun tak bergeming
Tertatih tapi tak mampu berhenti
Dingin tak mendekap iba
Nalurimu koyak tak berbekas
Bengis menyelusup di wajahmu
Demi kesenangan sang kumbang
Kembali bebas menghisap madu
Semesta mengutuk dengan murka
Menjadikan hujan sebagai saksi
Tumpah penuh amukan angin
Dingin menusuk tulang yang tak berdosa
Terbujur lemah menarik empati
Berdecak mencari setetes air kehidupan
Namun sang pemberi sudah melangkah jauh
Membebaskan diri dari cela dan hinaan
Ringkih tapi tak menyerah
Melengking penuh rasa lapar dan sakit
Berharap angin menyampaikan kabar
Kepada penghuni di penjuru malam
Bicara hanya mampu lewat tangis
Seulas senyum penuh makna
Terima kasih kepada sang angin
Yang menjadikan takdir berkata lain
Sebuah pelukan menghangatkan jiwa
Riuh penuh sumpah serapah
Ada kasih yang terulur penuh tanya
Membuat takdir berlabuh entah kemana
Aku menyulam takdirku
Di bawah naungan belas kasih
Sampai saatnya tiba menyibak kabut
Tertunduk lesu menyeruak tangisan
Anak pungut…
Anak buangan…
Dan ada kata yang jauh lebih mengiris
Anak haram…
Melekat sambil menyandang malu
Tak berdosa namun melekat noda
Meski melebur pada dekapan keluarga tak sedarah
Tak menjadikan noda menjadi bersih
Tapi taukah kau surga duniaku
Di sini ibu yang tak kutempati rahimnya masih bisa ku sentuh dan ku peluk
Tapi ayah yang sudah memberiku ruang
Tak mampu ku rengkuh, terhalang kata tak sedarah
Bisakah kau bayangkan deritaku
Ketika aku rindu pelukan ayah
Kemana aku harus berlabuh…
Kemana aku harus menyentuh
Bisakah kau lihat raut kesedihan si anak haram
Jika seorang gadis yang nasabnya harus jatuh kepada ibu
Saat menikah rona bahagia menjadi rona merah
Menahan malu yang melebur dalam isakan pilu
Oh surga duniaku…
Sepanjang hayat sebutan anak haram
Menjadi takdir yang tak bisa dirubah
Cukuplah aku yang melekat noda dari rahimmu
Seruyan, 19 Oktober 2018
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 11, 2018 1:37:04 PM
Tugas 2
Nyanyian jiwa
Desiran angin yang bertiup
Menyapaku lewat bulu-bulu kudukku .
Tarian alam trus bergema sepanjang masa.
Bunga-bunga trus berkembang
Seiring dengan kemajuaannya.
Teknologi trus memaksa dunia untuk perkembangan zaman.
Ada yang berucap
Siapa yang rajin, maka dia yang akan berhasil.
banyak orang-orang rajin,
Tapi tak dihargai kerajinannya
Padahal ini bukanlah sebuah kesia-siaan..
Inilah tarian alam …
Sesuai dengan kodratnya
yang akan trus bergema sepanjang zaman.
Solok Selatan, 11 November 2018
Dhaniez JaberNov 11, 2018 4:15:35 PM
Dhaniez Jaber:
Tugas (2)
Waktu Akhir
Karya : Daniasih
Bila surya nyaris tergelincir
Semua karya berebut beradu waktu
Ketukan,coretan,hentakan
Berlomba dalam tujuan
Laksana semut mengangkut gula
Lempar ke atas
Singkirkan
Dorong
Dan lepas
Siapa kau,kuatkah
Sanggupkah
Hingga karyamu tergeletak dalam meja titian
Lakukanlah dan lihatlah
Karanganyar 29 Oktober 2018
Tugas (1)
Celamu
Karya : Daniasih
Kupandang indah cahayamu
Kemilau ranum dalam pancaran
Surya terpancar pertanda lembut hatimu
Getar genta bersambut membawa kisah
Sucinya ikatan meski tanpa pertanda
Jikalaulah hati ini besi
Jikalaulah hati ini mutiara
Pastilah terasa kuat dan tetap bersinar
Namun,celamu buatku hilang rasa
Ucap sebuah nama buatku kecewa
Hatimu ada cela
Cela kau buat untuk sebuah asa
Karanganyar 1November 2018
NadiyahNov 11, 2018 5:31:19 PM
Tugas 1
Malaikat Kecil
Mentari menyapa
Disela pagi yang teramat ripuh
Menebarkan aroma harumnya warna bumi
Meletupkan gairah
Mengingatkanku
Akan asaku yang kembali teruji
Menapak hari meraih mimpi
Diantara sekumpulan malaikat kecil
Di depan pintu gerbang sekolah
Tersenyum
Tulus menyambut
Wajah sumringah
Dan mereka pun mengulurkan tangan
Tanpa ragu
Membimbingku sampai ke taman surga
Nadiyah
Jakarta, 11 November 2018
Abdurrahman Q.ANov 11, 2018 5:48:05 PM
Mengeksiskan diri dalam rangkaian kalimat..
Untaian puisi dalam tugas satu dan dua..
Aku tidak paham…
Tugasnya merangkai kata dalam rasa..
Lalu isi bertema apa..
Kiranya, perkembangan tidak dalam amatan..
Lalu tertinggal tanpa tahu harus apa..
Selamat berkarya, merangkai kata ungkapan rasa…
Diana DianaNov 11, 2018 8:02:23 PM
Diana Yuwinda
Tugas 2
Gerimis
Langkah kecil
Sisiri trotoar
Senyum sumringah
Tersungging sinarnya
Tak lelah kau singkap malam
Dengan jari mungilmu
Mencari serpihan mutiara
Sendiri..
Sepi..
Dingin menyergap
Ditemani gerimis malam itu
Rasa takut
Rintihan malam
Sirna tanpa cela
Tak perdulikan
Demi 1 hidupmu
Gemericing gengaman
Terlepas tanpa kendali
Terus berlari..
Pucat pasi jelas diraut wajahmu
Berharap kembali..
Tapi…
Uluran tanganku
Menyentakkannya
Bangun….
Senyum manis
Menghiasi cantiknya
Dibalik wajah merona
Diselimuti dingin..
Dan gerimis malam itu.
Diana Yuwinda
Bogor, 11 Nopember 2018
SHAFIYYAHNov 11, 2018 10:07:55 PM
Tugas 1
Tanah_Terjajah
Aku baru saja menerima pesan itu
Dari bibir mungil di benda segi empat terpampang di depan mata
KAMI BUTUH BANTUAN, SEMOGA ALLAH MELINDUNGIMU
Bukan kutak peduli, dik
Pada gerak dan langkahmu
Memegang batu kerikil
Sakit itu terasa , dik
Kulihat mengalir air mata, darah di tanah yang mengecil
Sebenarnya aku malu
Melihat tangan mungil menerbangkan batu-batu kerikil.
Sementara, aku pirsa
Hanya sesekali merapal doa
Samarinda, 20181111
Tugas 2
Si Penyandang Rindu
Aku duduk, tawa anak-anak itu terdengar
Berlari ke sana ke mari
Mengibas rambut yang merebut keceriannya
Tak peduli lagi, terus tertawa
Hingga gema menghilang
Aku membuka mata, mengeluh.
Berharap anak-anak itu masih terlihat
Tapi nyatanya aku hanya sendiri bersanding senja
Memaki pada angin yang hobi bernapas
Sesekali coba menghentak ranting-ranting. Berguguran
Lupa? aku sendiri.
Atau lagi sedang rindu?
Samarinda, 20181029
EfayantiNov 12, 2018 6:06:01 AM
Tugas 1
Realis
Kalapo
Efayanti
Saat masih muda menjadi cikal
Banyak yang menggunakan
Banyak kerja yang ditumpukan
Selalu jadi bendera yg dihormati
Selalu dipandang penuh wibawa
Seiring berjalannya waktu
Kelapo muda menjadi dewasa
Manis airnya penyegar dahaga
Tebal kulitnya penahan lapar
Batok nya buat lomba pelajar
Semua sisinya berguna
Menoreh kan pengabdian yg tiada berbayar
Sekarang dia telah senja
Lidi nya bisa menyinhkirkan sampah
Daun nya bisa bikin lontong berkuah
Pohon nya diambil buat jembatan
Menyambung kasih sepanjang hayat
Bergunalah hai jiwa yg berkelana
Karena jalan itu hanya sekali dilalui
Mundur tak akan bisa
Maju seiring waktu yg pasti
Bukittinggi 12 nov 2018
Tugas 2
Ekspresionalis
Jiwa mulia
Efayanti
Tiga bulan telah kurasa
Tiga bulan telah kujalani
Makin kesini makin terjawab
Apa…bagaiman…akan berbuat apa…
Menjabat itu meminta sabar
Memimpin itu meminta tegas
Menginovasi itu meminta kerja keras
Investasi itu buat strata dàn kelas
Berkaryalah dgn ikhlas dan jelas
Karena akan membekas dalam jiwa..kertas dan oleh yg di Atas..
Tugas baru semoga berkualitas.
Bukittinggi 12 nov 2018.
NadiyahNov 12, 2018 10:07:15 AM
Tugas 2
Ampas Kerinduan
Sore ini hujan turun membasahi hatiku
Entah apa rasanya
Aku seperti terjebak oleh sekumpulan hasratku yang tiada henti terus mengejar
Sepiku terbakar
Oleh sepotong rindu yang kemarin malam kau titipkan pada awan yang singgah sebentar ke langit hati
Ku ambil satu satu
Dan ku lihat …
Ahh … ternyata hanya seonggok ampas kerinduan!
Nadiyah
Jakarta, 10 April 2014
KayunNov 12, 2018 4:17:03 PM
Tugas 1
BUKUMU
Aku bertanya-tanya
Curiga
Siapa dirimu?
Penguntitku?
Penggemarku?
Atau cenayang?
Bukumu
Cerita didalamnya itu
Mengapa telak seperti aku
Bercerita dengan sendu
Tentang kopi, hujan, dan buku
Jawab!
Siapa kamu?
Kau tersenyum tanpa malu
Mengerling penuh bujuk rayu
Aku?
Tanyamu
Aku diam menunggu jawabnya
Heh…perayu
Pikirku
Aku ini separuh jiwamu
Yang menjadikan aku dan kamu
Terikat menjadi satu
Satu yang padu
Bukuku untukmu
Untukmu jiwa terserakku
Biar kamu menjadi tahu
Kita ditakdirkan bertemu
Di sini
Di kelas menulis buku
IKA KAYUN
JOGJA, 12 November 2018
16:15
Tugas 2
Hari Bapak
Status-status
Dalam ruang imaji
Bertebaran seperti laron
Yang keluar setelah hujan semalam
Mengikat bahagia jadi sendu
Ribut kalang kabut
Status-status
Mereka bilang hari istimewa
Foto-foto tersemat
Peluk cium bapak-bapak mereka dengan khikmat
Sementara statusku
Seperti lagu Melly Guslaw
“Kata orang rindu itu indah, tapi bagiku ini menyiksa”
Kusimpuhkan diri
Menyentuh tanah basah
Diselingi semilir angin
Juga gerimis tipis-tipis
Kuletakkan bunga indah
Kubisikkan di sampingmu
“Pak, kata mereka ini hari bapak”
Lalu sepi yang menyapa
Pilu
Aku rindu
Ika Kayun
Jogja, 12 November 2018
16:26
Erni EkawatiNov 12, 2018 5:51:04 PM
Tugas 1
Puisi Realisme
Tanah Garapan
Oleh : Si Comel Cantiiik
Hujan telah datang
Tersembul harapan
Tumpah ruah pada tanah garapan
yang sudah merayu
Untuk disentuh
Suka cita petani
Menata tumpuan cinta
Tumpuan hidup
pada jejak tanah garapan
Tapak kaki bergulat pada tanah basah
Inilah sepatu kami
Sepatu alami dari Sang Kuasa
Seluang dua luang benih tertanam
dengan seribu asa
Tumbuh suburlah
Kala panen melimpah ruah hasilnya
Hujan memang selalu dirindukan petani
Tatkala kemarau kering kerontang
Tiada tanah garapan dapat ditanami
Tanah garapan menjadi pijakan
Sekolah anak kami, anak petani
Penyambung hidup
dari suap demi suap mulut yang menganga
dari nyanyian perut yang nyaring
Sungguh doa selalu tersemat
Tuhan
suburkan tanah garapan kami,
Tanah pengharapan di setiap hujung penghidupan
Tanah perjuangan tempat para petani mengukir segala asa
Karangmojo, 11 November 2018
Tugas 2
Puisi Ekspresionisme
Izinkan Aku
Oleh : Si Comel Cantiiik
Air perasan langit menitik
Menyapu bumi dengan sentuhannya
Warna kelam menghias langit dari kepulan mega-mega
Dingin menyeruak dari kibasan angin yang mendera makhluk
Di sini aku terpaku
dari hati yang ikut kelam sesaat langit menyibakkan warnanya
Menutup segala serat
Pikiran dibalut kekalutan
Ditempa dingin yang membekukan
Izinkan aku
Menyibakkan pedang angkara
barang sedetik pun
menghunus dirinya
yang telah memerah segala kebahagiaanku
Melucutinya hingga aku tenggelam dalam keputusasaan
Izinkan aku
Menorehkan ribuan tusukan
Seperti dia menusukkan luka
pada hatiku yang lemah
dengan ribuan tusukan yang betubi
Izinkan aku
Menjadi racun baginya
sama halnya dia meracuniku dengan racun yang hampir melenyapkanku
Izinkan aku
Membalas segala kepahitan yang diberikannya padaku
Izinkan aku
Menumpahkan amarah padanya yang telah melumuriku dengan segala hal yang membuatku tak berarti
Izinkan aku
Bukan menjadi diriku
Untuk sekali ini saja
Karangmojo, 11 November 2018
Tugas 2
Puisi Ekspresionisme
Cemburuku
Oleh : Si Comel Cantiiik
Kala datang musim ini
Aku dibuat kalut
Dirudung sungut
Oleh rasa yang berkecamuk
Cemburu
Datang tanpa diundang
Kacaukan aku dari nalar
Cemburuku terkemas
Buatku cemas
Gemas meremas meliuk hati
Cemburuku
Unik menggelitik
saat musim ini
Musim hujan yang kurindukan
Tapi cemburuku selalu memburu muncul dengan menggebu
Bagai deru sang bayu
Cemburuku
Karena aku anak manja yang suka diperhatikan
Sedang kala musim ini
Nenek sibuk ke ladang
Begitu pula Ibu, Bapak
Semua perhatian tercurah pada ladang
Tanah garapan
Tanah pengharapan
Tanpa kenal lelah
Tanpa kenal waktu
Dan aku cemburu
Cemburu si anak manja
Karangmojo, 12 November 2018
Tugas 1
Puisi Realisme
Pertemuan yang dinanti
Oleh : Si Comel Cantiiik
Melesat waktu
dari busur panahnya
Di pucuk pandang
mata yang mengincar
Tameng kerinduan
terkemas manis
dalam peti emas
hati si empunya
Ditunggulah
dalam hitungan waktu
yang dijanjikannya
dari pesan pembangkit asa
yang Karamkan mimpi
dari pembaringannya
Buncahkan bunga keyakinan
Siapkanlah
Untuk sebuah pertemuan yang dinanti
Gunungkidul, 29-10-2018
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 12, 2018 8:34:15 PM
Gelandangan
Wajahnya lusuh
Jalannya lunglai
Terbayang kelelahan
Menapaki jalan tanpa berhenti
Setiap menoleh
Orang meludahinya
Tanpa ada rasa iba
Dicaci
Dimaki
Apabila kantuk mnyerang
Langsung tertidur
Tanpa memikir sehat dan higienis
Mengais tong sampah
Buat isi perut
Debu jalanan
Kawan dan pakaiannya
Solok Selatan, 12 November 2018
Fitria LindaNov 12, 2018 9:11:15 PM
HIPNOTIS
Oleh : Fitria Linda K.
Ilmu orang awam itu gendam
Ilmu orang nyleneh
Ilmu klenik
Gaib
Ilmu modern itu ilmu pengetahuan
Ilmu konsep olah pikiran
Ilmu bidang kesehatan
Keseimbangan
Orang awan ketakutan
Orang modern tantangan
Orang awam menolak
Orang modern menerima dengan bijak
Hipnotis…
Bukan aliran sesat
Yang mengaburkan fikir sesaat
Hingga membuat orang akan berfikir melarat
Hipnotis…
Ilmu pengatur diri dan mental
Agar hidup teratur tanpa terpental
Kehidupan dalam kebijaksanaan semakin kental
(Persembahan untuk sang Master Hipno @SGIGOOD )
Semoga Master suka. :pray::pray::relaxed::relaxed:
Rochani HandayaniNov 12, 2018 9:16:25 PM
Tugas 3 – impresionisme
Media Provokator
Menulis berita sembarangan
Tanpa dipikirkan
Menyulut permusuhan
Mengobrak-abrik kedamaian
Ciptakan ketegangan
Entah apa yang diharapkan
Entah apa yang diperjuangkan
Entah siapa yang diuntungkan
Entah mengapa mereka lakukan
Berita bohong
Berita sampah
Kata-kata kotor
Sumpah serapah
Caci maki bedebah
Enyahlah!
Kami tak ingin resah yang kau hembuskan
Kami tak ingin gundah yang kau ciptakan
Kami tak sudi provokator yang mengacaukan
Membuat carut marut ikatan persatuan
Bangsa dan negara yang dipertaruhkan
Rochani Handayani
Cibinong – 12-11-18
Dhaniez JaberNov 12, 2018 9:16:49 PM
Tugas (3)
Karya : DANIASIH
BIDUANITA
Panggung bergoyang
Hentakan drum dan sepatu dua biduan
Mikrofon melelngking sebarkan suara menggema
Seronok baju dan kostum buat mata terpedaya
Bibir merah warna jingga
Pupur tebal ala mereka
Hok ya hok ya
Hok ya hok ya
Terbahak
Tertawa mereka bersuka
Luapkan emosi tiada tara
Surga duniawi mereka berkata
Mata jalang dan pikiran kotor meraja jiwa
Jikalau terlena
Jadilah buah petaka
Paha mulus milik mereka dada terbuka isyaratkan bangga
Hentakkan lagi dalam panas suasana
Mengelus dada dan pejamkan mata
Karanganyar 12 November 2018
ENDAN RATNAWATINov 12, 2018 9:22:34 PM
TUGAS 3
Sunyi
(R.A Endan Ratnawati)
Aku takut, jika sendiri
aku benci sunyi
langit menggelam,
alam gulita
dan suara burung malam
memecah kesunyian
mencekam kelam
samar-samar tampak bayangan
tak jelas, berayun, bergoyang
sunyi menari di ujung hati
nurani mengambang
melayang ke awang
mata menatap nanar
berharap ada secercah sinar
harapan buyar
tak jelas siapa gerangan
semakin samar
kian mendekat
semakin membayang
lutut kaki goyang
bulu kuduk terasa meremang
mengambang
hati semakin sunyi
aku semakin takut
memandang tak berkedip
siapa gerangan di sana
berayun, bergoyang
tubuhku gamang
jatuh, tumbang
mati rasa hilang asa
Air Molek, 12 November 2018
NadiyahNov 12, 2018 9:37:21 PM
Mohon koreksiannya Master :pray:
Tugas 3
Secangkir Teh
Nadiyah
Secangkir teh
Pengobat rindu
Kampung halaman
Mimpiku
Semalam
Secangkir teh
Berwarna merah bata
Bukan hanya pengobat rindu
Bangkitkan gairahku
Menata baris kata-kata
Merenda hari-hari
Mungkin juga masa depan
Di pelupuk mata
Pucuknya berkisah
Tentang tuannya
Tertawa bersama nyanyian malam
Impiannya tentang gadis
Terkikis oleh masa
Secangkir teh
Melukis senyum
Kehangatan
Hanya aku yang merasakan~
Jakarta, 12 November 2018
Onyah JhNov 12, 2018 9:40:44 PM
Kelopak Merah
Noni. R
Merah namun berduri
Tak terjangkau pada serakah
Perlahan meluruh pada ketulusan
Menebar wangi penuh kasih
penuh misteri …
Namun hadirkan kesan
Menjadi kiasan pada sang kumbang
Agar tak goyang tawarkan madu
Seruyan, 12 November 2018
Vera HNov 12, 2018 9:56:55 PM
Tugas 3
Politikus Gendruwo
Oleh : Vera Handayani
Politikus genderuwo
Bertubuh tinggi besar
Dan berbulu tebal
Tubuhmu bau menyan
Datang di waktu malam
Mengetuk satu persatu
Pintu rumah rakyat
Kerjamu menakuti semua orang
Menciptakan kekacauan
Di negeri yang aman dan damai
Politikus genderuwo
Di siang hari kau tampak berda
Tubuhmu gagah
Berpakaian bersih
Dan rambut rapi
Aroma menyan tubuhmu
Kau ganti dengan parfum prancis
Siapa sebenarnya engkau?
Bogor, 12 November 2018
Diana DianaNov 12, 2018 10:25:40 PM
Diana Yuwinda
Tugas 3
Mahkotaku
Tanpa kusadari
Berkurangah usia
Dimakan waktu
Umur berlalu
Rambut mulai
Dihiasi perak
Berkilauan
Tak mau berhenti
Sampai di sini
Namun perlahan
Lalu jatuh berguguran
Dulu hitam cahyanya
Mengembang..
Mempesona…
Memandangnya
Lembut membelainya
Tak mampu mengahalau
Bom waktu akan tiba
Menghancurkan asa
Yang ditakdirkan-Nya
Oh..mahkotaku
Jangan pergi
Sejenak temani
Tanpa daya
Pamit dari arah berbeda
Dan ternyata
Kuakhiri semua..
Bogor, 12 Nopember 2018
:sweat_drops:Kusrifah:sweat_drops:Nov 12, 2018 10:27:28 PM
Tugas 3
Hujan
Oleh : Kusrifah
Hujan
Terpercik basah
Warna nan bening
Meresap hilang
Diantara tetumbuha nan benda
Bumi basah
Karna kehadiran hujan
Hujan
Karna hujan mengenang
bumi hingga banjir
Basah menumbuhkan tanaman
Tanaman yang lama kering
Hujan
Didaerahku yang tadah
Selalu merindukan hujan
Musim tanam
Mengharap kehadiran hujan
Pati, 12 November
2018
Kusrifah Kusrifah:
Tugas 1
Puisi Realisme
Cinta berubah dendam
Hilang waktu dipucuk penantian
Tutur suarmu
Menikam hatiku
Senyum manis
Tlah sirna
Rasa sayang kini berubah
dendam
Kebencian selalu mengiang
Janjimu hilang terbang bersama senyumu
Puing- puing cinta hancur berantakan
Mimpi mengapai kencana
Takkan pernah nyata
Mendung mengantung
Membawa luka cinta.
Laksana lentera mati nan padam
Pati,
29 November 2018
Onyah JhNov 12, 2018 10:46:53 PM
Onyah Jho ( Noni):
Tugas 3
Menyulam Doa dalam Sujud
Karya Noni Rahmadaniah
Pada senja di ufuk barat
Goreskan pesona jingga pada semesta
Syahdu menderu seruan adzan
Namun tak jua beranjak mendekap
Syahdu rembulan berteman bintang
Hantarkan malam yang kian pekat
Tersadar pada dentangan waktu
Namun tak jua merayu dalam doa
Hingga fajar berarak pada timur
Menjadikan semseta menampung kasih pada seruan
Namun tak jua melepas dekap dalam buaian
Hanya teringat ketika sedih menuai iba
Seruyan, 12 November 2018
Mas KurniawanNov 13, 2018 7:35:40 AM
Katanya Seminar Pendidikan
Sekali lagi di bulan ini..
Ac yang menyala
Lampu terang dimana mana
Kursi yang berjajar terpaksa
Dan aku harus tunduk pada jadwal
Menggerutu..
Dengan tanganku yang tak henti hentinya
Menutupi bibir yang lelah..
Gundah
Penghamburan uang
Mereka sekedar merangkai kata yang seolah olah pantas mereka katakan
Tapi begitu garing dan kecut ..
Ahh.. kapan orang orang gendut itu berhenti berkata dan mempersilakan aku minum kopi
Media penghamburan uang ini..
Ataukah aku yang tak pantas disini yang lebih suka duduk di warung kopi dengan siswa siswaku sambil cerita kisah Nabi
Haha…
Pak, ayolah.. kita buat acara seperti ngopi biasa..
Kau terlalu kaku di sana
Materimupun copy paste dari pendahulumu saja..
Bolehkah aku tidur saja berikan makalahnya nanti biar ku baca
Sby, 13 Nov 2018
iman kurniawanNov 13, 2018 1:01:28 PM
Mata hati
Mata hati
Bukan mata kaki
Mata hati
Bukan mata sapi
Mata hati
Bukanlah mata mata
Mata hati
Tetaplah mata hati
Mata hati
Melihat suci
Mata hati
Bukan melhat benci
Mata hati
Melihat kebenaran
Bukan melihat pembenaran
Bila mata hati
Tertutup terai benci
Mata hati
Penuh mawar berduri
Bila mata hati
Terbungkus kafan busuk
Mata hati
Gelap tak tau arah
Mata hati
Bukanlah mata kaki
Mata kaki
Bukanlah mata sapi
Mata hati
Tetaplah mata hati
Putih suci penuh cinta illahi
Love Bird
Pondok Gede
13 Nov 18
08:03
Fitria LindaNov 13, 2018 3:03:23 PM
RINDU
Oleh : Fitria Linda K.
Langit menangis turunkan rinai hujan
Membekas kesedihan
Ku kayuh kilauan senja
Lembut jelaga jiwa terpaut dalam syahdu asmara
Gemintang elok malam berselimut mendung
Terhempas kerling kepalsuan yang datang
Ku peluk erat bayang rindu
Namun tiada dayaku membwa hatimu dalam hayalku
Blitar, 13 November 2011
:sweat_drops:Kusrifah:sweat_drops:Nov 13, 2018 3:50:47 PM
Tugas 2
Semangat Membara
oleh Kusrifah
Kau sembarangi lautan
Tanpa mesin yang kau bawa
Kau tembus mega-mega
Tanpa angin yang membawmu
Kau bakar api
menembus dada
Kau bunuh musuhmu
Tanpa senjata ditanganmu
Kau usir mereka
Penjajah bumi pertiwi
Tiga setengah abad
bumiku terjajah
Bertahun- tahun
hidup dalam kegelapan.
Kemiskinana, kebodohan
merajai bumiku.
Kami miskin karnamu
penjajah.
Kau ambil kekayaan bumi
di tanahku
Kulari kulempar bambu runcingku.
Kuterjang ku usir
Jangan injakkan kakimu
Di bumiku pertiwiku
Pati,
11 November 2018
Min RosminiNov 13, 2018 4:02:28 PM
Tugas 1 : Puisi Realisme
para veteran
dulu berjuang di garis depan
mati-matian melawan penjajahan
bertaruh nyawa demi kemerdekaan
setelah merdeka jasamu dilupakan
engkau dibuang dan disia-siakan
sendiri dalam keterasingan
masih terlihat sisa-sisa kekuatan
berjuang di tengah kerasnya kehidupan
berjualan apa saja untuk mendapat makan
di masa jayamu engkau dielu-elukan
di masa tuamu engkau dipinggirkan
negara pun tak pernah mencukupkan
meski begitu, Indonesia tetap mendarah
dilafalkannya Pancasila
: fasih, tegas, dan lantang
sedangkan kita, makin lupa akan sejarah
sila demi sila Pancasila banyak yang lupa
nasionalisme makin terbuang
di tanah yang katanya kaya raya
nyatanya mereka masih belum merdeka
Min Rosmini – Jakarta
Tugas 2 : Puisi Ekspresionisme
INDONESIA OH INDONESIA
Inilah negeri kita, negeri penuh luka
Negeri yang tak hentinya berduka
Digerogoti keserakahan yang terus meraja
Orang-orang kecil menanggung akibatnya
Nampak jelas di sana,
Enaknya mereka menari-nari di atas derita
Sedang di pinggiran dan pelosok kian nestapa
Inilah negeri kita, negeri yang katanya kaya
Apa daya nasib kita yang jelata
Orang-orang besar berpesta pora
Habislah sudah kekayaan kita
Inilah negeri yang katanya tentram
Nyatanya kini semakin kejam
Di mana-mana perang kekuasaan
Orang-orang kecil makin terpinggirkan
Nyeri mereka makin terlupakan
Engkau hanya sibuk janji dan beriklan
Sedangkan realisasinya sebatas ilusi
Inilah negeri di mana mimpi takkan terbeli
Aku takut bagaimana anak cucuku nanti
Min Rosmini – Jakarta
Tugas 3 : Puisi Impressionisme
tribute
: untuk Koes Plus
lagu-lagunya sudah banyak tercipta
disukai generasi tua dan kawula muda
sampai sekarang masih diperdengarkan
lagu-lagunya tak pernah membosankan
liriknya sederhana tapi begitu dalam
liriknya juga mudah dimengerti
lagunya bercerita segala macam
jadi obat penghibur sepi
setiap pentas selalu ramai
penonton riuh bersorak sorai
dikenal ke segala penjuru
hampir semua pasti tahu
beberapa personilnya sudah berpulang
namun semangatnya tak pernah lekang
berbeda grup musik jaman sekarang
terkenal sebentar lalu menghilang
ketika bercerita tentang cinta
lagunya syahdu sampai ke jiwa
ketika mengisahkan tentang derita
hatipun turut merana lara
karena cintanya pada Indonesia
diciptakannya lagu Nusantara
pernah juga mengkritik penguasa
sampai lama di penjara
meskipun nanti tinggal nama
lagunya akan diingat sepanjang masa
merekalah sebenar-benarnya legenda
aset musik yang tiada terkira
Min Rosmini – Jakarta
UIBI_INSFIRATIF.Nov 13, 2018 7:12:35 PM 154
*KAU*
Kau membolak-balikkan hidupku
Kadang aku di atas
Kadang aku dibawah
Berputar
Maju
Mundur
Berjalan
Berhenti
Duduk
Bahkan Tidurpun selalu terarah
Teratur
Diatur
Diukur
Ditentukan
Aku bukan aku karnamu
Aku jadi apa yang kau mau
Aku lupa siapa aku
Kadang aku jadi kau
Kau merasuk dalam diriku
Bertengger di kepalaku
Mengendalikan hidupku
Pikiranku
Mengalir di setiap aliran darahku
Menjadi denyut hidupku
Bertahta jumawa di hatiku
Membuatku tak mampu berpaling dari duniamu
Aku jadi artis dalam kendalimu
Jadi apapun yang kau mau
Berperan laksana aru dibawa angin berdesir
bergerak dalam irama desaunya
Menggeragas dalam onak yang tercipta
Lalu..
Bila masa berubah..
Akan kemanakah aku
Akan bagaimana diriku tanpamu?
Akan mampukah kubertahan di duniaku?
Akan kuatkah kumelangkah di dua kakiku?
Masihkah berdenyut nadiku tanpa aliran cintamu?
Pun jantung masihkah mampu berdetak dalam rasa?
Sementara hati bisakah menebar asa?
Aku..
Tanpamu..
Masihkah aku?
Aku ragu
*Gerimis dalam penantian*
13 November 2018
Tengku Nazariah
Melani HafizahNov 13, 2018 10:50:19 PM
Tugas 1 puisi Realisme
Oleh : Melani Hafizah
Banjir Bandang
Hujan turun tiada henti
Membasahi bumi
Yang tak lagi berseri hati meriak pada Illahi
sayup-sayup
Kudengar suara gemuruh
Bercampur suara riuh
Sepertinya langit hendak runtuh
Terdengar teriakan disekitar
Longsor…
Banjir…
Hatiku semakin bergetar
Bumi serasa berputar
Akupun tak sadar
Banjir bandang telah melanda desaku
Juga beberapa desa disekitarnya
Kerugian materi tak terbilang
Berbaur isak tangis yang meradang
Ya Allah
Inikah hukuman bagi kami
Yang tidak syukur nikmat
Sehingga diturunkan azab
Agar semua insyaf
Semoga ini jadi pelajaran
Bagi semua insan
Agar selalu menjaga alam
Agar bencana tak terulang
Takengon, 13/11/2018
Tugas 2 puisi Ekspresionisme
Kecewa
Melani Hafizah
Ada rasa yang menggores kalbu
Ada sendu yang berpadu rindu
Saat hati tak lagi bisa menyatu
Kesunyian menyelimuti jiwaku
Saat bunga cintaku mekar
Kau pergi meninggalkanku
Entah apa salah dan dosaku
Kau berlalu dari hidupku
Kemana lagi kucari
penawar rindu
Sesak di dadaku bila mengenangmu
Oh kekasih pujaanku
Tidakkah iba kepadaku
Yang selalu menantikanmu
Dengan sepenuh hati dan jiwaku
Kini namaku tak lagi kau sebut
Hadirku tak lagi kau hirau
Aku termenung dalam diam
Berharap segera hadir sang rembulan
untuk mendekap malam
Takengon, 13/11/2018
Melani Hafizah:
Tugas 3 puisi impresionisme
Daun kering
Oleh : Melani Hafizah
Warnaku tak lagi hijau
Berganti rona kecoklatan
Jatuh berguguran
Dimakan usia yang menjelang
Tiba-tiba angin bertiup
Akupun ikut meliuk
Entah kemana arah dituju
Membawa diri yang tertunduk
Rupaku tak lagi gagah
Berganti wajah si buruk rupa
Tubuhku ringkih tak berdaya
Tulangku rapuh menjelang senja
Tiada siapa nak menyapa
Aku terbuang begitu saja
Dianggap sampah tak berguna
Dipandang hina
Inilah nasib sidaun tua
Yang gugur tanpa bertempur
Adakah yang sudi menghibur
Menjadikanku pajangan dikamar tidur
Takengon, 13/11/2018
KayunNov 16, 2018 3:22:10 AM
Ika Kayun:
Tugas 3 (Impressionisme)
SEMUSIM
(Ika Kayun)
Kemarau
Meranggas jati
Lindungi diri
Aku berhenti
Menengok jejak tapak kaki
Sadar hari tak kembali
Namun hijaunya daun
Tumbuh di lain musim
Tak pernah ingkar janji
Bahwa pagi
Datang tuk disyukuri
Perbaiki diri
Seiring musim berganti
Jogja, 16 Nov 2018
(7th Anniversary,03:22)
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 16, 2018 9:01:18 AM
Sasri Ahyuni: tugas 3 impressionisme
Gelandangan
Wajahnya lusuh
Jalannya lunglai
Terbayang kelelahan
Menapaki jalan tanpa berhenti
Setiap menoleh
Orang meludahinya
Tanpa ada rasa iba
Dicaci
Dimaki
Apabila kantuk mnyerang
Langsung tertidur
Tanpa memikir sehat dan higienis
Mengais tong sampah
Buat isi perut
Debu jalanan
Kawan dan pakaiannya
Solok Selatan, 12 November 2018
Onyah JhNov 16, 2018 4:26:05 PM
Tugas 3
Semau Hati
Karya Noni. R
Padamu hujan aku dingin
Padamu panas aku gerah
Pada mentari aku hangat
Pada angin aku sejuk
Padamu bising aku pekak
Padamu sunyi aku sepi
Dalam diam aku merenung
Dalam ramai tawarkan riuh
Semau hati
Semau harap
Marah jika tak berpihak
Itu bukanlah kuasamu
Erni EkawatiNov 17, 2018 8:53:58 AM
Si Comel Cantiiiik :heart_eyes::kissing_heart::
Tugas 3
Puisi Imperialisme
Perempuan Nista dan Sang Waktu
Oleh : Si Comel Cantiiik
Kulongok waktu
Pada jam dinding itu
Tampak wajahnya
Tersenyum menertawaiku
Detaknya terus berlari
Menderu
Menggebu
Meninggalkanku
yang masih tetap kaku berdiri
dalam Kelu yang mendera
Terpaku
Terpesona bujuk rayunya
Terbuai seutas senyum darinya
Kini
Sang waktu
Kau tak akan kembali
Tak akan terulang
yang tinggal hanya tapak kenangan
yang jejaknya terhapus
seperti pasir
terlepas dari genggaman
Buyar tiada sisa tersapu desiran angin
Sang waktu
Akankah terputar kembali
pada saat hati terkembang
pada saat takdir pertemuan
Aih siapa peduli dirimu?
Sampai merengek waktu kembali lagi
Kau mana ada arti
mana ada guna
Kau perempuan nista
terbuang dari kumpulan kehidupan
Pekik sang waktu
yang guncangkan gendang telingaku
buatku sadar
Pada diri yang telah rusak
Remuk digerus sang waktu
Perempuan nista
Nikmatilah karma
dalam kerangkeng kubangan penyesalan
yang melumurimu
Menguburmu dalam helai-helai kafan
Ratapmu tiada guna
Inilah rangkaian kata
yang tersampaikan
Lewat pesan
pada jam dinding itu
dari sang waktu
yang tertawa lepas sembari berlalu
Melenggang dengan deru pekiknya
Karangmojo, 17 November 2018 @08.45 WIB
YuliNov 17, 2018 7:08:56 PM
Tugas 1 Realisme
Hari-hari Memuakkan
Hari-hari bersilat lidah
Hari-hari berbalas kata
Hari-hari berperang diksi
Hari-hari penegasaan identitas diri
Aku di sini kamu di sana
Hari-hari tatkala begitu sulit menjadi wasit
Jika mengkritik A, berarti kamu B
Jika mengkritik B berarti kamu A
Hari-hari yang dengan singkat
mampu memutuskan pertemanan bertahun-tahun.
Hari-hari yang dengan dahsyat
melibas jiwa Bhinneka Tunggal Ika di hati kita
Akankah kembali masa di kala kita bersatu
dengan Garuda di dada kita?
Atau akankah nasionalisme kita terjun bebas
ke jurang terjal perpecahan?
Tugas 2 Ekpresionisme
Mengantarmu, anak solehah
Melihatmu tersenyum
Melihatmu tertawa
Melihatmu gembira
Menguap sudah segala lelah raga
Mendampingimu tumbuh
Membimbingmu menapak
Mendorongmu melangkah
Mengantarmu menyongsong masa depan
Bergayut harap akan keberkahan anak soleha
Anakku
Dunia tak lagi berarti kala kau sematkan mahkota bagi orangtuamu
di surga kelak
Tugas 3 Impresionisme
Seperti aku
Hujan tak pernah kehilangan air
Untuk dituangkan ke sawah petani
Langit tak pernah kehilangan awan
Untuk meneduhkan hamparan bumi
Matahari tak pernah kehilangan cahaya
Untuk menjadi energi fotosintesis
Udara tak pernah kehilangan angin
untuk menggerakkan kincir
Seperti aku yang tak pernah kehilangan rindu
Untuk mengaktivasi cintamu
IdaNov 17, 2018 7:49:41 PM
Sang Surya
By Ida Farida N
Semburatnya menembus
Diantara dedaunan
Belajar setia
menebar kehangatan
Selama putaran waktu
Biasnya menembus
Diantara langit
Memberi makna
Menebar cerita
Selama putaran hari
Radiasikam panas
Diantara hampanya udara
Tanpa.membakar
Tanpa menyakiti
Selama putaran kesetian
Kuningan, 17nov2018
Ami SNov 17, 2018 8:54:03 PM
Tugas 3
SENJA
Senja kali ini
Terasa beda
Kuterpaku diam tanpa kata
Selintas sosokmu muncul
Tubuh renta
Kulit keriput menghiasi
Pandangan kosong
Seolah bertanya
Kapan bisa memelukku
Bercanda penuh tawa
Bercerita segala
Yang kualami hari ini
Bertanya seolah semua nyata
Kau perempuan terhebat
Yang aku kenal
Kau bukan orang pintar
Tapi kau sangat bijaksana
Tak kenal kemewahan
Tak kenal hiburan
Hidupmu hanya untuk
Aku anakmu
Perjalananmu
Telah sampai pada senja
Ketika selengkung senyuman
Tangan terbuka untuk memeluk
Depok, 17112018
Edeh IainNov 17, 2018 10:03:15 PM
Tugas 3
Puisi impresionisme
MAWAR MERAH
Diantara hiasan taman
Rupa yang jelita
Warna merah menantang
Hasrat menggebu dahsyat
Bergelora
Membara
Wangi yang semerbak
Menusuk sengal nafasku
Memecah suasana pagi
Indah nan sejuk
Lembut mempesona
Menjadi penawar
Dinginnya jiwaku
Menjadi pelopor
Inspirasi hariku
Membakar semangatku
Duri mungil
Bertengger
Sebagai benteng
Sang mawar merah
Dari tangan-tangan jahil
Mawar merah
Slalu berdiri tegap
Tak lekang karena panas
Tak lapuk karena hujan
Tetap semangat
Berani
Cirebon, 17 November 2018
SHAFIYYAHNov 18, 2018 8:51:46 AM
Tugas 3
Senja dan Kerontang
Aku duduk di gubuk tak bernama, tak berdinding, tak bernomor
Gunung mulai menarik matahari
Padi bersalaman pada angin lalu
Di langit, burung-burung pulang
Di tanah, jangkrik mulai bercengkrama
Senja
.
Di sawah
Tercium lumpur yang mengering di pematang, aroma sawah kekuningan
Air sumur kecoklat, berubah warna
Rumput, dan tanah yang kering sedikit retak
Kerontang
.
Di gubuk
Bulan maret atau oktober
Angin timur atau barat
Sama saja
Senja tetap menyapa
Hanya ada yang berubah, syukur yang lupa diletakkan di hati.
Samarinda, 20181118
Astuti tuye BindoNov 18, 2018 4:19:10 PM
Astuti tuye Bindo
Tugas 2
Aliran Ekspresionisme
POST PARTUM
Payudara serasa melorot
Jahitan rasanya bikin melotot
Raga lunglai rasa tak punya otot
“Kamu itu harus mengASIhi, itu anak manusia bukan anak sapi”
Senyum getirku berubah tangis
Ketika air emasku tak cukup untuk si kejora hidup
itu salahku
Ketika rambutku kering, terurai tak beraturan
itu salahku
ketika ‘obras’ perinium tak kunjung buat ku tersenyum
itu salahku
Ya semua itu salahku
Merasakan raga tersiram saja itu luar biasa
Merasakan terlelap hitungan menit saja laksana mencicipi surga nikmatnya
Merasakan nasi beradu lauk dengan syahdunya tanpa terburu mengunyah
Sungguh fantastis rasanya
Masihkah kau bilang itu semua salahku???
Pulau Bunyu, Kalimantan Utara 8 Nov 2018
Suningsih ningsihNov 18, 2018 7:34:40 PM
TUGAS 3 (Puisi Impresionisme)
Menatap Indah Ciptaan-Mu
Oleh : Suningsih
Saat kuterhampar di sekeliling ciptaanMu
Begitu indah tak terkira
Dan takkan habis diuraikan dengan kata
Gunung menghijau
Ditemani sinar matahari yang ceria
Sawah menghampar bak permadani tebal
Dihiasi pohon padi yang baru disemai
Oleh tangan dingin pak petani tua
Air yang begitu tenang menyejukkan pandangan
Dilalui ikan-ikan kecil berenang
meliak-liukkan tubuh indahnya
Seakan tertawa bercanda riang
Gubuk kecil peneduh raga
Tempat menghilangkan haus dahaga
Dikelilingi pohon pisang bak penjaga
Dan pohon pandan nan hijau yang selalu setia
Harum mewangi selamanya
Membuat hati takkan pernah lupa
Memuji ciptaan sang Maha Kuasa
Jakarta, 17 November 2018
DewiNov 18, 2018 8:52:15 PM
Tugas 3
Peraduanku
Dewi Astuti
Sabtu, 17 November 2018
Aku kalah lelah dan beku dalam jalan yang menepis
Kulalui dalam guratan jalan yang panjang
Pikiran yang tak luas dalam menyusur hingga diimpian tahta istana
Yang menanti pelita- pelitaku yg menunggu diperaduan
Untuk tiba dalam pelupukmu yang bersandar dalam terangnya cinta
Oh putera puteri kecilku kau pelita harapan dalam menembus jiwa
Kusadari banyak yang mengobati rasa lelahku yaitu putra putri disisiku
Menjulang semangat bersanggar dalam aktifitas di sekolah
Tuk meraih harapan yang membekali masa depan kalian dalam beradu pengharapan masa datang
Aldo dan Aisyah anak didikku selalu ada untuk menghibur dalam rasa lelahku…
Semoga
Rasa lelah ini menjadi lillah
Rasa bosan jadi sirna
Oh pengobat hati berlalu lah dalam tangkisku untuk menuai cita..
Perangai itu kau rangkaikan dalam warna
Berjalan dan berseri seri warna
Tuk wujudkan impianmu
Tugas 2
ekspresionisme
Pelita hatiku
Dewi Astuti
Ibu kau libatkan aku didalamnya
Limpahan raga dalam benakku
Terurai mata berseri dalam ajarku
Bersenjata dalam penamu yang khas
Berapikan dalam peneranganmu
Jelas dan terencana
Mejelajah cakrawala ilmu
Melatih berbudaya dalam pengetahuan
Dewasaku kudapat dari sosokmu
Menyelami arah dalam hidupku
Masa depanku ku gapai dalam genggaman cita- cita luhur
Tak terkikis bingkai wajahmu yang semangat
Tak ada raut mukamu yg sedih
Memukau rasa penjelasanmu
Dengan segala kasih dan sayang
Tak berarti jika kau tinggalkan
Tak peduli jika kau pergi
Tak ingar jik kau pergi
Tak berhias ku dalam mimpi
Secercah impian masa emasku
Bertahta dalam kagummu
Bersinar dalam ucapanmu
Sederhana dalam ciptamu
Teduh dalam hatimu
Bersandar pedoman mu
Menjelajahi para pendidikmu
Melalui alur yang kuat dan kokoh
Ranting kala itu goyah
Kau berada dalam kancahku
Mengobati rasa hampaku
Tak tercipta tulus dalam lubuk hatimu
Memberikan arus angin yang positif
Menyinari dalam kisahku
Untuk mengukur prestasiku
Pelita pelita harapanku kau selalu hadir dalam nadiku
Berkilau asa kami yang masih panjang
Terpukaulah dalam masa depan penuh harapan
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 18, 2018 9:15:51 PM
Hujan
Guntur dan guruh
Sambung menyambung
Sesekali kilat
muncul dan memberi tanda
Hujan akan turun
Kendaraan lalu lalang
Tanpa peduli dengan waktu
Waktu terus berjalan
Walau hujan terus menetes
Membasahi permukaan
Yang telah kering kerontang
Oleh kemarau nan panjang
Sunyi dan sepi
Trus mengiringi waktu
Hanya tetesan hujan
Yang bergemuruh
Menjadi nyayian malam ini
Seni yang penuh rangkaian bunyi.
Solok selatan, 18 November 2018
Puisi impresionisme
DewiNov 18, 2018 9:21:24 PM
Tugas 1 Puisi realisme
Dewi Astuti
Liburku
Berjalan menyusur waktu
Berkisah dalam harianku
Bersinar warna wajah anak -anakku
Menjadi cerah dalam impiannya
Berjalan seharian mencari bahagia dan tawa
Tersenyum tampak dalam riangmu
Melepas lelah dalam penatku
Merona kasih dalam kedua anakku
Penat dalam menyingsing setiap hari
Belajar full menyongsong ilmu menjadi hariannya
Aku patut mencari waktu bersamanya
Dihari libur penuh canda dan tawa
Berkisah rasa yang hangat dalam pelukmu
Kutatap senang wajah mereka
Ingin rasanya mereka terus dalam pelukku
Tapi waktu yang terkadang membatasi kesibukannya
Kuabdikan tetap dalam membahagiakanmu
Sampai kau bahagia dalam kisahmu
Erni EkawatiNov 19, 2018 3:05:21 PM
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat siang sahabat semoga dalam keadaan sehat wal’afiat
Mohon maaf untuk kelas Puisi malam ini belum bisa terlaksana
Master Poem Master Dedi Wahyudi sedang berhalangan jadi belum bisa mengisi pertemuan malam ini
Insyaa Allah pertemuan berikutnya beliau bisa:pray::pray::pray:
Terima kasih
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Prapto Pujo YuwonoNov 19, 2018 7:58:03 PM
Dedi Wahyudi:
Materi kelas puisi malam ini adalah aliran2 sastra dalam puisi.Aliran sastra adalah ekspresi jiwa.pilihan estetis dan pandangan hidup yg menjadi titik tolak penciptaaan karya sastra.Aliran sastra dalam puisi adalah pilihan estetika,bentuk ekspresi dan pandangan hidup penyair yg mewarnai puisi2nya.Aliran sastra yg di anut seorang penyair sangat ditentukan oleh sikap hidup,ideologi,kejiwaan dan intelektualitas.Banyak alirab sastra yg menjadi corak dan warna jagat puisi.
Malam inj kita akan membahas aliran yg pertama saja yaitu ALIRAN REALISME.
ALIRAN REALISME INI SERING DISEBUT PULA REALISME SOSIAL ATAU SENI YG OBJEKTIF.ALIRAN INI MENUNTUT PENYAIRNYA UNTUK MELUKISKAN SESUATU SESUAI DENGAN KENYATAAN SECARA TELITI DAN DETAIL.ADANYA HUBUNGAN DIALEKTIKA ANTARA SASTRA DAN KENYATAAN.(WIDARMANTO,2013:17)
Materi kedua
Prapto Pujo Yuwono:
Dedi Wahyudi:
Assalamualaikum wrwb.Segala puji hanya milik Allah.Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasul Allah.Selamat bertemu kembali dgn sahabat guru Indonesia yg luar biasa
Malam ini kita akan melanjutkan materi puisi aliran ekspresionisme.
Santai saja.
Jalan2 ke kedai pak Legi
Hendak membeli buah kuini
Selamat berjumpa lagi
Di kelas puisi malam ini
Ada peniti di dalam peti
Peti dibeli di toko Pak Ribut
Walau di rumah lampu mati
Kelas puisi tetap berlanjut
Aliran puisi ini mementingkan pengucapan secara spontan.Aliran sangat sesuai dengan jiwa penyair yg bergejolak dan meledak-ledak.Aliran ini lebih tepat digunakan untuk mengunkapkan gejolak batin penyairnya
Contoh puisi ini adalah Aku karya Chairil Anwar
Dedi Wahyudi:
Malam ini kita akan melanjutkan materi ketiga dari aliran2 puisi yaitu aliran impresionisme. Yg berasal dari kata impresio yg artinya kesan.Impresionisme merupakan aliran sastra yg berusaha melukiskan kesan sesaat dari sesuatu hal yg diamati penyairnya.Kalau diperbandingkan dgn seni rupa,impresionisme ini adalah sketsa.Segala sesuatu tidak dilukiskan secara rinci,masih berupa gambaran kasar.
Khristi PuspitaNov 19, 2018 8:21:09 PM
Meja
Terang dan gelap
Kumaknai warnanya
Ketika dentingan waktu
Membuyarkan lamunanku diatasnya
Papan itu hari itu
Terasa kunikmati
Berada diatasnya
Menuangkan ide ideku di atas kertas
Kerasnya lembutnya
Meski tak kuhiraukan
Tetap berarti bagiku
Tanpanya tulisan kertas ini tak beraturan
Suatu ketika saat raga
Melemah payah
Tak ayal ia menjadi tempat bersandar
Kayu plastik ataukah besi
Bagiku tak jadi soal
Papan itu mewarnai caraku mencari nafkah
Yayah KNov 19, 2018 8:37:04 PM
Bagaimana dgn puisi saya ini? Mari kita bandingkan utk dpt mentukan jenis puisi
MAAFKAN IBU
Maafkan ibu, Nak
Seperti sosok yang tak bertanggung jawab
Tapi inilah saatnya kau belajar arti prihatin yang sesungguhnya
Nak
Hidup ini memang keras
Siapa lalai akan tergilas
Tapi tak mengapa
Jalani dengan ikhlas
Tanpa mengeluh atau bahkan mempersalahkan siapa
Ada banyak pembelajaran di dalamnya
Belajar sabar, belajar ikhlas, belajar bahagia dengan apa yang ada
Maaf, saya share dulu puisi saya satu lagi ya, Mbah Pujo
MENEMBUS MENDUNG BERARAK
Betul
Sesungguhnya di dunia ini ada jutaan orang menderita
Tapi tidak semuanya menjadi mulia di sisi Allah
Manusia yang beriman bisa menyulap penderitaan menjadi kemuliaan
Empedu menjadi madu
Dan luka menjadi ceria
Demikian diungkapkan dalam sebuah kisah
Jika tak dapat berada di antaranya
Sungguh tak ikhlas jika harus menggadaikan harga diri
Mengenakan topeng kelana
Atau memoles wajah menebalkan muka
Tuk menjaring matahari
Mengapa pula semula mesti bersikap langit
Sementara kita berasal dari bumi yaitu tanah
Melangsungkan hidup di dan dari tanah
Ke sana pula hidup ini berakhir
Pijakkan saja kedua kaki ke bumi
Dan melangkah searah antara kanan dan kiri
Sekalipun bergerak bersamaan tak mesti
Memang tanya tak perlu lagi
Tak rela
Jika semua terbawa serta
Mengejar layang-layang putus
Menembus mendung berarak yg menutup biru langit
Menuai dahaga
Dari semula telah kubiarkan layang-layang terbang
Tanpa benang
Sebab pantun tak pernah berjejak
Kisworo VikiNov 20, 2018 9:03:26 AM
Aroma mistis
Malam hari nan gelap gulita
Tiada manusia yang berkata
Sunyi sepi berteman angin
Suara lolongan anjing memecah dingin
Harum wangi bunga terasa seram
Apalagi bau menyengat kemenyan
Bulu kuduk merinding bibir terdiam
Seolah hadir sosok menyeramkan
Ajaran ilmu Jawa akrab dengan ritual
Ritual tiada yang bersalah
Semua kembali kepada niat benar dan salah
Asalkan tak syirik dan ayat ayat yang dijual
Semua berbau ghaib tak semua negatip
Bukankah ajaran agama pun erat dengan mistis
Ambilah sisi mistis yang positip
Mudah mudahan hati suci tempat hati baik menitis
Pusaka apapun tiada kenapa
Pabila kita tak memujanya
Hanya sebatas hobi yang biasa
Tanpa harus memandang sinis pecintanya
Indramayu, Maulid Nabi Muhammad SAW
KISWORO PH
IdaNov 20, 2018 4:23:55 PM
Gadis Kecil
Karya kecil dihari anak
Ida Farida Nurani
Aku adalah gadis kecil
Dari langit yang tenggelam
Tak berdaya dalam keraguan
Tak berdaya dalam kehampaan
Aku diam seribu bahasa
Dari nyanyian pujangga cinta
Karena tahu itu bukanlah kepatuhan
Hanyalah keserakahan dalam arogansi
Suaramu aku simpan dalam diam
Bukan untuk meminta bayaran
Tapi aku sudah muak
Dengan nyanyian cinta yang palsu
Aku adalah gadis kecil
Yang tak tahu kemana mencari kepastian
Bertanya pada siapapun
Hanya bilang aku yang salah
Lagu ku tergagu
Tangisku terjerat
Jeritku tertelan
Karena aku gadis kecil
20112008
Tugas 3
Khristi PuspitaNov 22, 2018 9:52:38 PM
KAMBING HITAM
Jika aku menginginkan rembulan untuk apa harus mengincar matahari,
bila panasnya hanya akan merobek robek arti dalam setiap denyut nadi indra perasaku
Sebenarnya bukan aku perusak kilauan cahaya matahari
Tapi matahari sendirilah yang menginginkan dirinya hancur dalam kemunafikan
Sungguh keji seorang wanita yang menyebutku sebagai bunga pengganggu
Yang sebenarnya kumbang sendirilah yang telah menuju ke keharuman bunga bunga lain
Aku bukanlah kabut yang selama ini kau sebut sebut sebagai perusak pandangan
Tapi aku digunakan lebih keji dari sekedar keji
Seekor kambing hitam
Yaa…aku diibaratkan sebagai seekor kambing yang berwarna hitam
Dan jika kau cukup pandai akan kau tahu arti makna itu
Melani HafizahNov 23, 2018 10:19:19 PM
Galau
Oleh Melani Hafizah
Ada resah menyelinap kalbu
Saat rasa tak lagi berpadu
Gelisah tak tentu arah
Tak tau langkah dituju
Ada sakit yang mendera
Ada bara bergelora
Saat asa mulai menerpa
Hatiku terasa lara
Saat bibir tak mampu berkata
Saat mata tak mampu menatap
Hanya kecewa yang kurasa
berteman malam gelap
Derasnya air hujan
Sederas air mata ini
Dalam rindu yang terpendam
Ku sebut namamu dalam diam
Duhai angin malam
Temani aku dalam penantian
Antara benci dan rindu
Berpadu mencipta sendu
Takengon, 23/11/2018
Guruku
Oleh Melani Hafizah
Guruku
Begitu besar jasamu
Begitu tulus pengabdianmu
Demi anak didikmu
Walau berjuta halangan datang menerjang
Namun semangatmu tak pernah goyang
Demi muridmu tersayang
Guruku
Begitu banyak nama disematkan untukmu
Tapi tak mampu membalas jasamu demi anak negeri mu
Guruku
Engkau adalah pelita
Yang menerangi langkahku
Di kegelapan dunia
Guruku
Dengan apa kubalas jasamu
Engkau rela meninggalkan keluargamu
Demi membekaliku ilmu
Guruku
Hanya doa terindah yang sanggup kupanjatkan
Semoga engkau selalu
Diberi kesehatan
Guruku
teruslah berjuang meski tak ada yang perdulikanmu
Karena disetiap ilmu yang kau beri ada pahala dari Ilahi
Takengon, 23/11/2018
Pujaan hati
Oleh Melani Hafizah
Seraut wajah tampan
Tersirat di ingatan
Tak lepas dari bayangan
Menyelinap ke alam hayalan
Ingin rasanya kau kudekap
Hingga ku tertidur dalam lelap
Penuhi gejolak rasa dalam jiwa
Berkelana di alam fana
wahai arjuna cinta
Bawalah daku bersamamu
Agar rasa ini bisa berpadu
Menyatu dalam ikatan rindu
Dibawah sinar rembulan
Wajahmu elok kupandang
Hatiku terasa tenang
Saat kita bergandeng tangan
Duhai kekasih pujaan
Janganlah cepat menghilang
Kuingin habiskan malam
Denganmu seorang
Takengon, 23/11/2018
Yayah KNov 25, 2018 9:26:03 AM
DOAKU UNTUKMU, GURU
Karya: Yayah Kurniyah
Doaku untukmu guru
Untuk ragamu yang tak kenal lelah mendidik
Untuk suaramu yang tak kenal lelah menyeru
Untuk uluran tanganmu yang tak kenal lelah membimbing
Untuk tatapan matamu yang meneduhkan sukma
Doaku untukmu guru
Untuk semua jasa yang kau beri
Untuk setiap rasa sabar yang kau pelihara di dalam hati
Untuk energimu menolak lelah atas kenakalan kami
Untuk kekuatan batinmu menepis bosan atas tugas-tugas setiap hari
Doaku untukmu guru
Untuk semua ilmu yang kau beri
Untuk semua cinta yang kau tebar
Dalam sukma kami kasihmu selalu hadir
Menghangat dalam darah yang mengalir
Doaku untukmu guru
Untuk semua pengorbananmu
Untuk semua rasa syukurmu
Untuk semua ikhlasmu
Mengabdi pada bumi pertiwi
Mencerdaskan setiap generasi
Doaku untukmu guru
Semoga tuhan menyehatkanmu
Memberkahi umurmu
Memudahkan setiap langkahmu
Dan segala urusanmu
Melindungimu dan membahagiakamu hingga akhir hayatmu
Doaku selalu kupanjatkan untukmu
Guru
Hari guru, 25 November 2018
Murniati YetNov 25, 2018 9:56:27 AM
Tugas 3
Tugas Mulia
Oleh Murniati
Dalam keraguan
Nurani berbisik
Menyampaikan pesan
Tuk menjadi orang Mulia
Tuk s’lalu berbagi ilmu
Mencerdaskan generasi
Agar dapat membantu tangan tangan mungil
Merangkai kata
Menulis aksara
Memahami angka angka
Ketika keyakinan diri mengendap dalam jiwa
Agar istiqomah
Bersama pilihan Allah
Mengikhlaskan raga
Mendidik anak bangsa
Saat hati berkata
Tetaplah dalam pilihan
Jangan pernah berubah
Dalam kata dan sikap
Usah risaukan dunia
Tetaplah menjadi cahaya
Nan senantiasa menyinari
Bagaikan mentari menerangi bumi
Tak pernah berharap pujian dan balasan
Walau kadang ujian
Nan datang menyapa
Saat hati berbisik
Pelan dalam kelembutan
Teruslah berjuang
Menebar kebaikan
Padang, 25 Nov 2018
Rochani HandayaniNov 25, 2018 10:20:13 AM
Untukmu Guru
Ini untukmu guru
Kau harus tahu!
Bahwa pekerjaanmu amat mulia
Bekerja dengan masa depan anak manusia
Yang dipundak mereka,
Ada harapan besar ayah bunda, bangsa, negara, dan agama
Ini bukan pekerjaan biasa!
Ini sungguh luar biasa!
Tak bisa dipandang sebelah mata
Tak bisa dilakukan begitu saja,
Suka-suka!
Tanpa energi daya cipta dan cinta
Padamu ada semangat baja
Untuk terus berusaha mencari cara
Bantu mereka, anak-anak Indonesia
Menemukam potensi terbaik mereka
Menjelma menjadi pribadi-pribadi berharga
Untuk kejayaan bangaa dan negara
Ini untukmu guru,
Kau harus tahu!
Inspirasimu tak kan lekang ditelan waktu
Kubawa selalu kemana pergiku
Doa terbaikku untukmu selalu
Dalam sujudku memohon untukmu
Terima kasih guruku
Selamat hari guru
Rochani handayani -251118
Min RosminiNov 25, 2018 10:59:28 AM
ode buat guru
kalau sudah sampai waktumu
takkan punah tinta jasamu
bertahun-tahun jasa baktimu
banyak memberi segala ilmu
takkan ternilai yang kau ajarkan
nilai-nilai sumber suri tauladan
tanpa lelah engkau mengabdi
tiada sayabg engkau berbagi
terima kasih kami ucapkan
atas segala yang diberikan
budimu tertanam di ingatan
tak akan pernah kami abaikan
maafkan kami guruku
selalu alpa pada petuahmu
hingga akhirnya kami sadari
nasihatmu sungguh berarti
tenanglah, guruku …
tenanglah dalam masa tuamu
bercanda dengan anak cucu
biar kami yang akan melanjutkan
nilai-nilai perjuangan pendidikan
seperti yang sering engkau ajarkan
senja kini telah menjelang
jasamu akan selalu dikenang
terukir emas dalam sanubari
terpatri kuat di persada negeri
Min Rosmini_Jakarta, 25 November 2018
Yosra DiniNov 25, 2018 11:50:16 AM
Guruku idolaku
Ketika esok senin tiba
Tak ayal hatiku gembira
Betapa ku ingin dipelukmu
duhai guruku idolaku
Ketika resah menerpa
Teringat akan senyummu
Sembari membelaiku
Hilangkan keresahan ku
Ketika duka melandaku
Betapa hatiku iba
Namun ketika kau sandarkan ku
Dalam pelukanmu
hilang semua rasa sesakku
Duhai guruku
Betapa besar arti hadirmu
Mampu membuatku bahagia
Mampu memecahkan kebisuanku
Memberi tanpa mengenal pamrih
Duhai guruku
Hanya pada Tuhan ku gantungkan do’aku
Semoga jasamu memberi arti
Semoga Tuhan menjagamu tiada henti
Yosra Dini, Sijunjung, 25 November 2018
MuhajirahNov 25, 2018 1:57:03 PM
:tulip::tulip:Guru pilihanKu:tulip::tulip:
Oleh : Muhajirah
Hanya sebuah kebetulan
Ataukah rencana dariNYa
Hanya sebuah pilihan
Ataukah takdir hidupku
Kupilih karena tak ada
pilihan lain
Kujalani karena sudah
menjadi pilihanku
Ada secerca kata
sesal dilubuk hatiku
Kenapa pilihan hidupku
jatuh padamu
Awal menjaliniMu adalah sebuah beban dalam hidupku
Hatiku masih terlalu muda
Menerima kenyataan ini
Tahun 2008 Pertama bersamu
dalam gelar itu
Takut rasanya menyandang gelarMu itu
Gelar itu terus memaksaku
Mencari vitamin penyokong tubuhku
Gelar itu terus menghantuiku
Menciptakan mimpi yang serasa
Mala petaka dalam hidupku
Hari-hariku terasa suram
Suram yang tercipta dalam batinku
Gejolak batin yang ingin lepas
Lepas dari gelar itu
berpindah gelar baru
Detik ke jam
Hari ke tahun
Kulalui dengan berat
Tetapi lain dengan waktu
begitu mudah
Berganti pagi ke siang
Relung hatiku bergejolak
Berusaha iklas dan pasrah
Relung hatiku terus memaksa
Untuk bangun dari mimpi
Mimpi yang menurutku buruk
Lubuk hatiku semakin berkecamuk
Semakin hari semakin mengamuk
Ah… gelar ini begitu berat
Aku dalam gelarku
Tak boleh diam dan menyerah
Aku dengan keterbatasan jarak
Keterbatasan dari peluang gerak
Harus bangkit dan maju
Menuju kesempurnaan yang kuinginkan
Awalnya dari coba-coba
Coba beragabung ke komunitas
Bertemu sapa dengan siapa
Siapa disana siapa disini
Membagi cerita
Mengambil cerita
Rasanya terlahir setitik semangat
Semangat untuk maju
Seperti rekan lain
Terimakasih untuk rekan -rekan guru
Dimana pun berada
Walau wajah dan nama tak kenal
Namun goresan katalah
Yang mampu mewakili jabat tangan kita
Kata yang tergores
Menggores hati sampai berbekas
Bekasnya pun akan selalu berbekas
Rangkaian goresan yang begitu bermakna
Akan menjadi motivasi dalam
Menyandang gelar itu
‘GURU’ terimakasi
Karena engkau bersamaku
Begitu kerasnya engkau menghantuiku
Hingga aku bisa terbangun
Belajar dan belajar mengenal dirimu
Terima kasih
Karena engkau disematkan padaku
Murung Raya (Kalteng)
25 November 2018
Vera HNov 25, 2018 7:02:54 PM
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Oleh : Vera Handayani
Duniaku dulu tak seindah ini
Hanya sepenggal kisah
Tanpa warna
Duniaku dulu tak sependar ini
Hanya sepotong jiwa
Merindukan binar
Duniaku dulu gersang
Hanya tubuh dipenuhi dahaga
Menanti embun pagi menyejukkan
Duniaku dulu hampa
Hanya buku kosong
Tanpa tulisan bermakna
Saat kau datang
Menabur warna
semaikan sinar
tebarkan embun yang menyejukkan
Lalu kau goreskan
Satu persatu huruf penuh makna
Dengan tinta saktimu
Pada jiwa gersang tak berilmu
Hingga hidupku saat ini
Berwarna, berbinar dengan
Kata bermakna yang kau ukir
Terima kasih,
Pahlawan tanpa tanda jasa
Terima kasih…
Bogor, 25 November 2018
Yayah KNov 25, 2018 7:43:54 PM
AKU, GURUKU, DAN MURIDKU
Yayah Kurniyah
Guruku, bersamamu kulalui sebagian proses hidupku, dan sampailah aku pada sesi yang kutapaki. Kini kuikuti jejakmu. Kan kugiring anak-anak bangsa menyusuri jalan yang mesti mereka pijaki sampai di perbatasan.
Siswaku, kutuntun tatihmu meniti jembatan peradaban. Menurutlah, Nak agar sampai pada tujuan.
Aku adalah guru, namun aku juga punya guru. Perkenankan aku, dan kami mengucapkan salam hormat padamu. Kepada kalian wahai guruku yang telah memotifasi, menginspirasi, mencerdaskan kami, dan mengantarkan kami dengan gigih -meski kami terkadang mogok sapi. Tak mau bergerak, melangkah maju- ke masa, di mana masa itu mau tak mau harus kutapaki.
Sungguh tak dapat siapapun pungkiri bahwa keberhasilan sebesar apapun yang kami dapat gapai sekarang adalah peran sertamu, hasil kerja kerasmu, hasil upaya gigihmu, Guruku.
Tak dapat kupungkiri, belai kasih dari hatimu di masa lalu adalah keridhoan yang mengantar pada keberkahanku di masa sekarang. Tak kubiarkan namamu sirna dari hatiku, karena hanya sekadar dengan itu aku membalasmu.
Ya. Hanya dengan itu. Selebihnya aku tak mampu.
Semoga aku mampu membalasmu melalui langkah-langkah kecilku kepada peserta didikku, setulus-ikhlas pengorbananmu wahai para guruku.
Aku, mewakili siswa di masa lalu.
kusrifahNov 25, 2018 8:38:18 PM 119
Guruku
Oleh Kusrifah
Kau kayuh sepeda tua
Setiap pergi mengamalkan ilmu
Panas hujan tiada kau rasa
Peluh kringat membasahi
Lelah tiada kau rasa
Menitih jalan yang slalu
Berubah dengan cuaca
Bila hujan tiba jalanpun kau tempuh
Sepuluh kilo jalan, lelah nan penat tak kau rasa
Tak pernah ngeluh
Walau upah tiada cukup
Guruku
Kau slalu berpesan
Anak-anakku
Jaga dirimu
Jaga imanmu
Jaga agamamu
Jaga keluargamu
Jaga negaramu
Guruku
Pesanmu mengiang slalu ditelinga dan lubuk hatiku
Guruku kau pelita ditengah
Gelap pengetahuan
Guruku
Kau ajari aku dari tidak tahu menjadi tahu
Dari tiada kenal tulis dapat mahir menulis
Jasamu tiada terlupakan
Jasamu mencerdaskan
Kaulah pembngun peradaban
Terimakasih guruku
Ruang komputer,
Pati, 25-11- 2018
NazariahNov 25, 2018 9:16:54 PM
@UIBI_INSFIRATIF
*Hati*
Kutabur asa dari beningnya hati
Yang merindu bulan di malam hari,
Menemani zikir panjang di malam sunyi,
Dan memberi keteduhan dalam sujud panjangku
Iringi syukur tak henti pada SANG PEMBERI
Kusebar semangat dari merahnya hati
Yang menanti hangatnya sang mentari
Mengiring langkah mencari rezeki
Menebar ilmu pengetahuan di bumi pertiwi
Antarkan anak negeri jadi lebih berarti
Dalam ilmu, iman dan akhlak yang mumpuni
Hingga mampu menjadi garda terdepan negeri ini..
Satu masa nanti.
Kubagi kasih dari lembutnya hati
Yang menemani sejuknya udara di pagi temeram
Mendampingi kaki-kaki mungil berlari mengejar impian
Wajah-wajah ceria penuh harapan tuk gapai masa depan
Walau dalam keadaan kehidupan yang kadang suram dan pas-pasan
Bersekolah kadang kelaparan karna tak makan
Dengan baju kusam dengan tambal sulam
Sepatu menganga bagai nak makan, tak sekedar pasir bahkan kerikilpun ditelan
Bersama mereka selalu membuatku menyadari bahwa dalam hidup ada banyak jalan dan tak semuanya nyaman
Maka ku akan tetap sabar dan istiqamah dalam perjuangan
Kubagi cerita dari luasnya hati
Yang berjuang sepanjang masa
Dengan untaian doa untukku dan sesama pejuang tak kenal lelah
Yang mengabdi di mana saja
Di kaki-kaki gunung dan di lembah
Di pedalaman dan di kota
Di lokasi terjauh, terluar dan terpencil yang hanya ditemani lentera, tanpa listrik, hp atau TV berwarna
Yang terus berjuang atas nama pengadian tak kenal lelah
Walau gaji tak seberapa, sertifikasi tak terdata, PNS hanya jadi mimpi tak sudah
Padahal usia tak lagi muda, apakah PNS hanya akan jadi cita-cita saja?? Bahkan sampai saat menutup mata??
Kutulis kisah dari tulusnya hati
Yang akan setia seperti sang udara yang beredar terus sepanjang hari
Maka kita kan tetap berjuang tanpa pamrih dan takkan berhenti,
Selama masih berdenyut sang nadi
Maka biarlah kita tetap berarti mengabdi untuk negeri
Walau mungkin mereka tak perduli dan hanya memberi janji-janji basi
Tapi jangan pernah biarkan semangat kita mati
Karna harga kita bukan sebatas pegawai negeri
Anak didik yang berbudi pekerti
Mampu hidup mandiri
Berkontribusi untuk negeri
Itulah hadiah tak terperi dan sangat berarti
Kukirim salam dari rindunya hati
Seperti terbitnya mentari di ufuk timur
Pada harumnya tanah basah di pagi hari
Dipercik embun nan jatuh dari tepian daun keladi
Dan merdunya nyanyian burung kenari, mengiringi kupu-kupu menghisap madu di pucuk bunga melati
Begitulah kita para guru yang menanti murid-murid di pagi hari
Semoga bahagia selalu di hati
“Tuk rekan seprofesi dimanapun berada..
Mendidik dengan hati, mengabdi untuk negeri*
23-04-2018
*Share kembali di hari guru*
:small_red_triangle:Yuyun Nazwa:small_red_triangle_down:Nov 25, 2018 9:26:16 PM
GURU HEBAT
Guruku hebat
Bgmn tdk hebat
Rutinitas pg hrs serba hemat
Bangun tepat
Mandi cepat
Sarapanpun kdg tak sempat
Guruku hebat
Bgmn tdk hbt
Tiap hr mnopang martabat
Walau kdg tak brsahabat
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 25, 2018 9:54:36 PM
Sasri Ahyuni:
Tuan guru
Setiap pagi tuan guru slalu berkata….
Anak-anak, belajarlah dengan sungguh-sungguh, biar kelak engkau menjadi orang yang berguna untuk kedua orang tuaku dan bangsa ini…
Pesan itu terus berkumandang
Dalam lingkaran kitab kehidupan
Kini waktu trus berputar
Tuan guru pun kini entah dimana
Aku yang kini tlah tumbuh dewasa…
Berkat dirimu tuan guru, aku bisa mngabdi pada kedua orang tuamu, dan bangsa yang tercinta ini
Disini tempat lahir beta….
Dibuai dibesarkan bunda
Hingga tuan gurupun muncul memberi rona dan irama hidupku.
Tuan guru… dmnpun dirimu berada, engkau slalu ada dalam dekapan rinduku.
Aku rindu senyummu , tawa candamu, Tuan Guru.
Trimakasihku untukmu Tuan Guru
Atas segala ilmu yg berguna
Untuk bekalku di masa depan.
Doaku untukmu,
Dmnpun Tuan Guru berada,
Semoga Allah menyanyangi dirimu seperti Allah menyayangi kedua orang tuaku.. amin…
Dhaniez JaberNov 26, 2018 11:11:08 AM
Aku Jadi Guru
Panas sore hari beri kehangatan untuk berjumpa dengan teman – temanku
Janji bertemu dibawah pohon mangga dekat kebun pak lurah kami jalani
Duduk berjajar kami menanti kawan yang sehati
Bercanda, main tebak-tebakan, dan bercerita tentang kegiatan di sekolah hari ini
Ayuk kita mulai saja
Lengking suara Tina menyapa
Bergegas kami bangkit dan menyatu sesuai aba
Maju langkahku ke depan
Aku yang akan menjadi guru dan kalian semua adalah muridku
Aku…aku…aku.. semua angkat tangan
Tidak, kali ini aku yang menjadi guru
Aku akan ajarkan kalian bagaimana meniru gaya gurumu di depan kelas
Tawa lepas sebagai tanda setuju
Berdiri di depan sahabatku dan mulai ku meniru
Jalan agak membungkuk dan membawa rotan kecil ditanganku
Ayo hampiri aku karena aku adalah bu guru
Cium tanganku dan beri salammu
Selamat pagi anak-anakku
Selamat pagi bu guru
Kita mulai pelajaran hari ini dengan berdoa,berdoa selesai
Hari ini kita akan belajar perkalian kelipatan 6
Aduh saya belum menghafal semalam bu
Saya tidak akan maju kedepan bu
Deeeeer rotan kecil kupukulkan di tangan mereka
Sakit, perih dan sedikit membiru
Besok saya akan maju bu beri saya waktu
Baiklah besok kalian harus maju dengan tanpa alasan apapun
Bila tidak pantatmu yang akan ibu cambuk memakai rotan ini
Iya bu guru
Pecahlah tawa lepas mereka Mentertawakan gaya guru yang kutiru
Sejenak ku tersipu akankah aku juga ditiru oleh murid-muridku
Ingatanku kepadamu guruku
Doa dan semangatmu jadi kekuatan terbesar dalam hidupku
Selamat hari guru
Edeh IainNov 26, 2018 11:50:43 AM
Puisi yang dibacakan oleh siswa SMK Veteran
ananda Dewi kelas XII AKL pada Upacara Hari Guru tahun 2018.
Guruku Sang Pelopor
Oleh E Sukaedah A
Wahai Guruku
Kau inspirasiku
Kau sosok idolaku
Kau sang pelopor
Kau bukan seorang yang bodoh
Karena kau ajari kami
membacan dan menulis
Kau bukan orang lalai
Karena kau ajari kami
untuk hidup disiplin
Kau bukan seorang pendusta
Karena kau ajari kami
untuk bersikap jujur
Kau bukan seorang yang gaptek
Karena kau ajari kami untuk melek IT
Kau bukan orang lemah
Karena kau ajari kami
Untuk jadi orang yang kuat
Kau bukan seorang pemberontak
Karena kau ajari kami
Untuk menjadi orang yang taat
Kau bukan orang yang putus asa
Karena kau ajari kami agar tetap semangat
Kau bukan seorang penakut
Karena kau ajari kami menjadi seorang pemberani
Terima Kasih Guruku Tercinta
Jasamu tak ternilai dengan apapun
Pengorbanan mu tak bisa tergantikan dengan harta
Perjuanganmu
Kegigihanmu
Kreativitasmu menjadi ruh yang teranyam dalam pribadimu
Kami bangga padamu, dan kami siap Menjadi generasi barumu
Di abad Milenia ini.
Cirebon, 25 November 2018
MuhajirahNov 26, 2018 2:18:27 PM
Muhajirah
:zap::zap:janjimu:zap::zap:
Bunga yang dinanti
Telah tumbuh di taman kami
Wanginya mampu menghipnotis kami
Seakan aroma itu
hanya miliknya
Kami mendesah kagum akan dirimu
Kami bagaikan anak burung yang menanti setetes embun di ujung daun
Engkau hadir bagaikan matahari ke dua
Yang akan menambah terangnya langkah kami
Duri terbalur rapi mulai menutupi keindahanmu
Wangimu mulai menusuk penciuman kami
Aroma tak sedap mulai berkeliaran
Hingga kesadaran membangunkan kami
Dusta dalam rangkaian katamu
teralun merdu
bak nada sempurna
Kata penuh makna dan isyarat
seakan engkaulah
makhluk sempurnanya
Bangunlah wahai sang pemimpin
sadarkan dirimu
Sebelum dirimu sendiri
Muak akan dirimu
Ingatlah . . .
diatas langit masih ada langit
Ingatlah . . .
Yang kau semai akan dituai
Ingatlah . . .
di atas sempurna masih ada Yang sempurna
Ingatlah . . .
Ingatkan dirimu sebelum
Sang pencipta mengingatkanmu
Murung Raya (Kalteng)
26 November 2018
Edeh IainNov 27, 2018 7:09:23 AM
Sebuah Fatamorgana
Oleh : E.Sukaedah A
Saat ke malihat tingkahmu
Yang aneh dan misterius
Ku terpanggang dengan amarah
Yang Membakar jiwaku
Padahal
Yang sesungguhya
Saat ini ku dirundung syahdu
Dan rindu yang mendera
Ku terbius dengan rasa kecewa
Akan sikapmu yang seakan tak peduli
Padaku
Dengan sajian wajah kecut
Nada bicara menanajak
Ku tak biasa dengan semua
Suguhanmu padaku
Ku terjebak dengan sikap imitasimu
Kau lempar ku dalam kebingungan
Sikapmu yang tak layak
Kau tipu aku dengan kepalsuan
Kau mainkan emosiku
Aku memang konyol
Dibalik semua jamuanmu
Yang kau ramu begitu indah
Tlah membuatku gerah
Senyumkupun terkunci
Ternyata kau memang
Pandai beracting
Permaianmu begitu
sempurna
Kau sampai ke titik finish
Membuatku malu
Dengan sikapku padamu
Kau berhasil mengoyak hatiku
Yang terjebak dengan kebencian
Dengan keangkuhanku
Dan arogansiku
Tapi kini kusadari
Ternyata itu semua palsu
Begitulah cara kau mengujiku
Begitulah cara kau patri hatiku
Dalam mengikat janji suci
Kau memang imamku
Kau kendaliku
Kau suhuku
Kau idolaku
Dengan sejuta pesonamu
Hanya satu tujuanmu
Kau inginkan slalu istiqomah
Dalam menyiangi hati
Agar tetap suci bersih
Dalam merajut cinta
Penuh iklas
Menata hidup indah
bersamanya
Penuh cinta kasih
Tuk meraih kebahagiaan
Yang hakiki
Di akherat kelak
Di hadapanNya
Kita slalu bersama
Cirebon, 27 November 2018
:heart::heart::heart::heart:
Ira IndiraNov 27, 2018 8:27:07 AM
Puisi Ekspresionisme
Cinta Luar Biasa
Ira Indira
Tetes Air Mataku
Bertemankan keringat cinta
Jalan berliku dan panjang
Berlalu penuh perjuangan
Sungguh tak terkata
Jalan cinta tidaklah mudah
Menebar kasih sepanjang usia
Melantunkan cinta dalam detak nadi
Hanya demi indahnya cinta-Mu
Sepanjang masa semua berkata
Bahwa cinta-Mu bukanlah sekedar cerita tapi rasa yang menggetarkan jiwa
Menggelora dan
Membangkitkan semangat
Berjuang dan beribadah
Cinta-Mu sungguh luar biasa
Kasih-Mu tulus sepenuh jiwa
Pertolongan-Mu bukan rekayasa
Menguatkan saat lemah tak berdaya
Engkau yang selalu memaafkan setiap salah
Membangkitkan semangat Pendosa dengan taubatnya
Sungguh Rahmat dan Rahim-Mu
tiada terkira.
Rengat, 171018
Asri WidjayaNov 27, 2018 11:46:05 AM
Asri Widjaya: tugas 1,realisme
Muridku
Muridku,
Aku tahu engkau tak selalu mengerti apa yang kubicarakan
Ketika bilangan bulat,bilangan berpangkat,dan barisan bilangan ku bisikkan
Aku tahu engkau tak selalu paham
Ketika aljabar,geometri,dan kesebangunan ku torehkan
Namun aku yakin,
Kesungguhanmu,ketekunanmu,dan penghormatanmu
Pada apa yang telah kubisikkan dan kutorehkan
Akan mengantarmu pada suatu keberhasilan dan kesuksesan
Muridku,
Tak perlu kau bersusah payah menuliskan catatan kecil untuk contekkan
Tak usah kau sembunyi sembunyi melirik pekerjaan kawan
Karena aku yakin ,
Dengan kejujuranmu ilmu barokah kan kau dapat
Dengan kepercayaan dirimu nilai terbaik kan kau dekap
Dengan ketawadhu’anmu kemuliaan hidup kan kau pikat
Muridku,
Doaku takkan putus disetiap waktu
Asaku takkan hilang di telan waktu
Untukmu yang selalu tersemat dalam labirin hatiku
Kur Asriatun ,MTsN 1 BWI,25 Nop 18
Yosra DiniNov 27, 2018 11:47:43 AM
Lentera hidupku
Ketika asa terombang ambing dilautan
Ketika lelah menyeruak didalam kalbu
Ketika bunga berguguran diterpa angin
Ketika itu pula aku di bangun kan oleh Sang maha agung
OHati lelah tak berujung mencari tempat bersandar
Ketika gelap gulita melanda
Mencari sebuah lentera
Bersimpuh bermunajat dihadapanMu ya rabb
Mohon dialirkan secercah air
Mohon diberikan pelita hidup
Sehingga aku tidak lagi diombang-ambing oleh gelombang
Ya Rabb, kembali aku diingatkan
AkanMu
Yang selalu ada dan menemaniku
Sehingga aku tidak lagi terlunta-lunta
Ya Rabb, kembali aku diingatkan akanMu yang akan menerangiku dikala gelap.
Sri YuliatiNov 27, 2018 12:15:52 PM
Tugas 1
KERAGUAN
Kutak mampu lukiskan kata
Dari rasa yang menyeruak
Ku pun tak mampu …
Memilah rasa yang berbeda..
Kutak bisa berikan luka
Dari rasa yang tlah kau tawar
Tapi aku pun tak mampu memberikan lara
Bilur bilur yang telah terlukis
Biarlah menjadi warna..
Dalam kanvas yang bertinta emas..
Demikian rasa…
Jangan kau bangun prasangka
Tak seorangpun mampu menembus sukma
Kata hanyalah kata..
Yang tak pernah kumaknai..
Tak pernah ku rasa
Kosong…nyaring..
Rasaku terdiam..sukmapun membisu
By.Sri Yuliati
Purbalingga, 27 November 2018
Erni EkawatiNov 27, 2018 12:18:47 PM
Sri Yuliati:
Tugas 1
Puisi Realisme
KERAGUAN
Oleh : Sri Yuliati
Kutak mampu lukiskan kata
Dari rasa yang menyeruak
Ku pun tak mampu …
Memilah rasa yang berbeda..
Kutak bisa berikan luka
Dari rasa yang tlah kau tawar
Tapi aku pun tak mampu memberikan lara
Bilur bilur yang telah terlukis
Biarlah menjadi warna..
Dalam kanvas yang bertinta emas..
Demikian rasa…
Jangan kau bangun prasangka
Tak seorangpun mampu menembus sukma
Kata hanyalah kata..
Yang tak pernah kumaknai..
Tak pernah ku rasa
Kosong…nyaring..
Rasaku terdiam..sukmapun membisu
Purbalingga, 27 November 2018
EfayantiNov 27, 2018 7:51:55 PM
Tugas 3
Imprialisme
Langit siang selalu terang
Bayangan dirimu selalu muncul
Senyum mu selalu hadir
Ditengah teriknya mentari
Dibesarnya batuan alam
Gagah nya dikau wahai guruku
Gemulai jalan kakimu menuju kelasku
Tak kenal kata lelah
Tak terasa cadas sangat tajam
Tak peduli kerikil menghadang
Berjuang selalu untuk para penerus
Mencetak selalu insan cendikia
Mengirim terus peluru-peluru pengisi waktu
Penerus estafet perjuangan pahlawan
Guru yang tak kenal lelah
tak punya batas asa..
Efayanti bukittinggi
27 nov 2018
Ka JendroNov 28, 2018 9:25:05 PM
Guru
Oleh: kakjendro.com
Guru memang harus digugu
Guru memang harus ditiru
Murid harus menurut pada guru
Dulu…
Aku kadang tidak menggugu guru
Kadang aku tidak meniru guru
Kadang aku tidak menuruti guru
Sekarang…
Aku jadi guru
Sebagian muridku tidak menggugu aku
Sebagian tidak meniru aku
Sebagian tidak nurut sama aku
Semarang, 261018
Yayah KNov 29, 2018 4:12:13 PM
Tugas 3 Puisi Imperialisme
HENING SENYAP
Karya: Yayah Kurniyah
Langit senja memerah tembaga
Kunanti sunset menyempurnakan keindahan
Kunikmati indahnya
Meluruhkan lelah kerja sepanjang siang
Sampai kelam datang menjelang
Mengantar kita menuju peristirahatan
Malam datang bersama gemintang
Kemerlipnya bak hamparan permata
Menghias kelam
Meski rembulan tak turut serta
Sampai nanti saatnya tiba
Hening
Semilir angin menambah kesyahduan
Senyap
Mempersilakan bagi yang terbangun
Mengadukan segala resah
Atau segala syukur penuh pasrah
Gemintang dan angin malam
Turut berzikir bertasbih menemani
Syahdu malam menyenandungkan doa
Menambah khusyuk sujud dan simpuh
Indramayu, 29 November 2018
Yosra DiniNov 29, 2018 6:44:12 PM
KASIH TIADA PUTUS
Karya: Yosra Dini
Teringat ku akan pesan ibuku
bila kelak kau besar jadilah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk
Jadilah kau seumpama lilin
Yang selalu bisa menerangi dalam kegelapan
Jadilah kau seperti burung yang selalu terbang beriringan lagi seia sekata
Setelah ku dewasa baru kupahami makna dari apa yang engkau pesankan
Betapa lembut kasihmu yang tak pernah pilih kasih
Betapa besar pengorbananmu
Yang tak pernah mengenal lelah
Kini ku telah dewasa, kini pun aku sudah menjadi seorang Ibu
Betapa baru kurasakan beratnya perjuanganmu melahirkanku, menyusuiku, membesarkanku hingga kini kau sudah tak ada lagi ditengah-tengah kami
Ibuku
akan kuingat nasehatmu
Doa’kanku agar menjadi anak yang selalu rendah hati
Doakan’ku agar menjadi guru yang selalu bisa menerangi langkah anak-anakku
Do’akan ku agar selalu bisa bersama-sama membangun negeri
dengan segala upaya akan ku abdikan ilmu yg bermanfaat
semoga kau tenang dialam sana
Ibuku
Do’aku pun akan selalu ada untukmu
Terima kasih atas semua yang telah kau beri
Betapa cinta kasihmu tak kan pernah hilang dalam ingatanku
Semoga Allah menjagamu di alam sana
Sijunjung, 29 November 2018
Erni EkawatiNov 30, 2018 12:44:13 AM
Si Comel Cantiiiik :heart_eyes::kissing_heart::
Tugas 3
Puisi Imperialisme
Gemuruh Pantai
Oleh : Si Comel Cantiiik
Deru ombak
Pecahkan pekik hati
Menyeret bulir air mata hanyut dalam gelombang yang bergulung
Serpihan kenangan tiada berbekas
Bak tersapunya pasir dalam genggaman
Tersibak angin yang terus mendera tanpa ampun
Buyarkan segalanya
Tarian nyiur kelapa
Robohkan diri
tiada berdaya dalam atap gumpalan awan
berteras birunya langit
Gemuruh Pantai
Percikan nyanyian sendu
Menghantam karang
Karamkan semua angan dan cita untukmu
Lepas di tengah lautan luas
Dalam hamparan pusaran air
Ikhlas memeluk kepedihan dalam gemuruh pantai yang tak bertepi
Gunungkidul, 30 November 2018 @00.39 WIB
MuhajirahNov 30, 2018 5:59:14 AM
/Oleh : muhajirah
Tugas 3. Imperialisme
Besi Tua
Dari kejauhan engkau tampak kokoh
Gagah tak termakan usia
Berselimutkan embun pagi
Yang menjadi sahabat setiamu
Setiap hari kutitipkan langkahku
Suara bising kendaraanku
Menjadi nada indah ditelingamu
Entah berapa juta kebisingan yang harus kau dengar
Besi tua . . .
Usiamu kini mulai termakan waktu
Warna indahmu mulai meredup
Besi tua . . .
Akan kusampaikan padanNya
biarlah matahariNya menjadi sahabatmu
biarlah hujan menjadi penyejukmu
agar engkau tetap menjadi sabatku
penolong dari derasnya sungai barito
Murung Raya,_Kalteng,
30 November 2018
Erni EkawatiNov 30, 2018 9:12:32 AM
Tugas 3. Imperialisme
Besi Tua
Oleh : Muhajirah
Dari kejauhan engkau tampak kokoh
Gagah tak termakan usia
Berselimutkan embun pagi
Yang menjadi sahabat setiamu
Setiap hari kutitipkan langkahku
Suara bising kendaraanku
Menjadi nada indah ditelingamu
Entah berapa juta kebisingan yang harus kau dengar
Besi tua . . .
Usiamu kini mulai termakan waktu
Warna indahmu mulai meredup
Besi tua . . .
Akan kusampaikan padanNya
biarlah matahariNya menjadi sahabatmu
biarlah hujan menjadi penyejukmu
agar engkau tetap menjadi sahabatku
penolong dari derasnya sungai Barito
Murung Raya_Kalteng,
30 November 2018
SMK N 1 USMANNov 30, 2018 12:03:54 PM
Tugas 3
Mental Keripik
Oleh Usman Umar
Keripik memang renyah membangkitkant selera
Mendengar kau ucapkan keripik, aku ingat pelengkap rasa
Melihatmu yang mudah masuk angina, aku pun ingat keripik kesukaanmu
Melihat keripik aku ingat mental keripik, itu gelarmu.
Ya, engkau memang mirip keripik. Hanya bisa bertahan dalam toples tertutup
Terbuka sedikit, melempem
Kalau soal gelitik, engkau memang paling doyan
Tak sanggup orang menahan tawa karena gelitikmu
Itu karena gelitik memang dari kata geli
Kamu memang jago buat kami tertawa. Tingkamu selalu bikin kami geli
Dari semua leluconmu yang paling menggelikan adalah sikapmu
Yang anti kritik
Padahal kamu, kami kenal tukang kritik
Hentikan semua ulasanmu yang kami tahu itu hanya intrik
Aku tak mau lagi melihat wajahmu di layar itu.
Titik.
Berau, 2018
Ira IndiraNov 30, 2018 1:10:02 PM
Puisi Realisme
Sambut pagi
Oleh: Ira Indira
Pagiku mendung
Gerimis menyapa
Hujan semalam belumlah reda
Kupacu Sepeda Motorku
Menyusuri jalanan aspal
Siap menjalankan tugas mulia
Siap menghampiri para siswa
Siap berbagi dengan siswa
Ikhlas lillahi ta’ala
Tak peduli bulir-bulir air membasahi tubuh
Hanya demi generasi bangsa
Ku sambut riang para siswa tercinta
Dengan salam tak Terlupa
sebagai ucapan do’a
Senyum ramah berbuah bahagia
Mengucap syukur penuh gairah
Rengat, 221118
Puisi impresionisme
Lukisan Senja
Oleh: Ira Indira
Warnai senja
Kulukiskan senyum menawan
Mentari Jingga menghias Pesona
Bersama tiupan angin
warna jingga siap menyambut malam
Jingga Memang Indah
Damaikan jiwa
Bahagiakan rasa
Hapuskan luka
Sirnakanlah lelah
Hilangkan nestapa
Lukisan senja, warnai petang
Dihiasi Mentari dan lambaian dedaunan
Mengalun riang, bercengkrama
Bersama burung-burung yang berterbangan, menari indah
bergembira, nikmati alam senja
Ingin rasanya ku genggam senja
Agar indahnya tiada sirna
Rengat, 301118
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Nov 30, 2018 1:31:04 PM
Puisi realisme
Panas
Aspal yang berdebu
Tak sanggup hilangkanmu
Angin yang bertiup
tak sanggup hilangkan dirimu
Titik peluh mengiringi penjalananku
Tanpa pedulikan dirimu
Debu jalanan membuat batuk
Tidak engkau hiraukan
Asap kendaraan telah mencerami udara
Sehingga kau makin mengganas
Panas….
Orang-orang merintih
Mendesah dan mengeluh
Tapi kau hanya berdiam diri
Solok Selatan, 30 November 2018
Erna SahwatiNov 30, 2018 3:01:08 PM
Tugas 3 Imperialisme
Erna Syahwati Telaumbanua
Sang Waktu
waktu,,, engkau selalu mempermainkan hatiku
Menguji kesabaran dan rasa sayangku
Waktu,,yang selalu kutunggu setiap saat
Dengan rasa bimbang dan kerinduan
Terkadang rasa cemas menghantui jikalau waktu tak lagi berpihak
Kepada siapakah rindu ini kutambatkan
Waktu,, pagi ini kau datang dengan senyuman hangatmu
Riak rindu yang terpancar
buatku sadar kalau kau tak bisa lepas dari kehidupanku
Waktu,, jangan pernah pergi dariku tanpa kabar apapun
Waktu,, biarkan lenteramu menyinari dan menentramkan raga ini
Jambi, 30-11-2018
Erni EkawatiNov 30, 2018 5:22:23 PM
Si Comel Cantiiiik :heart_eyes::kissing_heart::
Tugas 3
Puisi Imperialisme
Gerimis
Oleh : Si Comel Cantiiik
Rintik gerimis menemani petualanganku pagi ini
Tetes airnya menyapu derai air mata yang tak sengaja jatuh saat mengingatmu
Selimut kelabu dari langit semakin kelam merasuk menyelimuti tirai kalbuku
Seribu tanya menyerbuku
Seribu rindu menghujamku
Remahan perasaan berkecamuk
Mengamuk darah panas mengalir di tengah dingin yang menyergap
Wahai engkau yang di sana
Masihkah takdir untuk kita
Masihkah ada kesempatan bersama
Masihkah ada canda tawa antara kita
Seperti saat sebelum kita saling mengenal
Menggenggam tanya tak terjawab
Gemas meremas kenangan
Membuatku meringis
di tengah gerimis yang mengawal langkah
dalam kidung kerinduan yang teramat
Untukmu
Gunungkidul, 30 November 2018 @17.19 WIB
Ira IndiraNov 30, 2018 5:29:59 PM
Puisi Ekspresionisme
Secangkir Kopi Rindu
Oleh : Ira Indira
Selamat pagi Rindu
Pagi yang cerah ditemani
secangkir kopi beraroma Rindu terbayang wajah kecilmu bermain-main di ruang hatiku dan mengucapkan “ibu… aku rindu”
“Sayangku….Ibu juga rindu”
Tapi Kita harus bertahan
Demi cita-citamu
Demi segenggam ilmu
Sebagai bekal hidupmu
Karena cerita tentang Dunia Fana dan hiruk-pikuk penghuninya
Membangun cerita baru
Pengenalan terhadap Sang Kuasa ketaatan, keikhlasan dan shalehahmu jauh lebih penting dari apapun didunia ini dan
Semoga menjadi perhiasanmu sebagai mutiara yang berkilau yang tak bisa dinilai dengan apapun di dunia ini
putri kecilku…
Semangat dan teguhlah dijalanmu
Siapkan masa depan indahmu
Taqwamu dan harga dirimu
Rengat, 271018
Sri YuliatiNov 30, 2018 6:51:09 PM
Sapaan Rindu
Oleh: Sri Yuliati
Dipenghujung hari.yang hampir hilang
Ku tetap menggenggam rasaku
Tanpa memiliki kesimpulan tentang rasamu
Ku hanya mampu ratapi rasaku
Dan mendoakan munculnya rasamu
Ini kesimpulan tentang hatiku
Tentang rasa yang begitu hebat
Tentang rindu yang menggeliat
Tentang dirimu..
Yang semakin berat kupikat
Tanks…rinduku…
Senja biarkan merangkul malam
Karena waktu tak kan mampu menyapu rinduku
Tapi kamu…
Kamu tujuan rinduku berlabuh
Purbalingga, 30 November 2018
Ihah ParihahNov 30, 2018 8:30:56 PM
Tugas 3
Terik, dan matahari terasa membakar bumi
Panas,
terik……
kegundahan semakin memuncak,
mendidihkan otak….
dengar…
matahari mengganas bumi terbakar
menghanguskan kulit ari,,
dan dalam terik aku terlalu keras berfikir….
tentang hidup yang belum dilakoni…
lalu hati kecil berbisik.,
tak perlu gundah,tak perlu gelisah…
yakini dan hayati…
karena aku tak mati disini.,
hari ini ,
di sini,
dalam terik,
aku tak perlu menjerit…
Ihah Parihah
Tangerang, 30 November 2018
Puisi Ekspresionisme
ANTILOGI PEMBERONTAKAN
Ini tentang pemberontakan
Pada hati dipenuhi rasa bersalah
Sungguh keliaranku terikat dalam raga yang tersakiti
simpan energimu untuk kelak mengalahkan dunia
berkata mengenyahkan kemunafikan
seperti katamu
ini bukan kuat atau tidak aku memetik dawai indah alam raya
bukan hanya deru angin dan sambaran halilintar yang tak lagi membuatku takut
yang kutakutkan adalah memburunya cinta yang menghanyutkan dan memabukkan
dan ini bukan tentang benar atau salah
atau menjadi pembenaran belenggu doktrin
hingga aku tak perlu merasa bersalah dan menyalahkanmu
tak perlu pergi karena aku bukan pecundang
hadapi yang mampu aku hadapi
dan ketika aku tiba pada satu titik dimana aku tak sanggup lagi
aku akan mati dalam kemenangan
Ihah Parihah
Tangerang, 30 Nov 2018
Hakikat Cinta
Alunan lagu menghanyutkan
melayang angan ke negri khayal
Perempuan tertegun dalam lamunan
menggenggam cinta yang seakan ragu untuk menikmatinya
begitu indah
biru menghanyutkan
lembut menyapa
lirih berbisik
laki laki dengan cinta yang maha dahsya
”aku jatuh cinta..”
sapa laki laki menggetarkan bumi yang di pijaknya
seketika alam raya mengharu biru
hujan meluluhlantakan hati meradang…
petir mengiris luka terdalam…
perempuan tertegun dalam bimbang….
terbelenggu dalam kebisuan ..
atau berjalan mengikuti alur…
membangun nyali seakan mati….
memupuk keberanian menatap ke depan
bagaimana hidup dalam jiwa bak terhempas badai…
perempuan bersimpuh dalam tangis dini hari…
mencari jawaban dari teriak doa….
meradang dalam dendam rindu menggebu…
engkau menyebutnya cinta….
mengapa panasnya menghanguskan…
dinginnya menggigilkan
perempuan tengadah mengusir rapuh menyambut indah raga berharap….
mengikuti alurmu….
mencipta bahagia menyapa…
merajut mimpi
mengalunkan lagu syahdu…
melepas belenggu….
merdekalah cinta …
tegar menghalau badai menerjang….
perempuan tersenyum…
takut atau tidak maut tetap kan menghampiri……
Ihah Parihah
Tangerang, 30 Nov 2018
ENDAN RATNAWATIDec 2, 2018 9:45:05 AM
ENDAN RATNAWATI:
GURU
Oleh : Hj.R.A Endan Ratnawati, S.Pd, M.Si
Guru …
Sosok perkasa
Berjuang, berkarya demi anak bangsa
Tak kenal kata putus asa
Mendedikasikan ilmu dan karsa
Tak kenal hilang upaya
Kendati kian bertambah usia
Asa dan harapan membara di dada
Mencerdaskan generasi muda
Penerus bangsa abad milenia
Guru …
Sosok terpuji
Kadangkala masih menerima caci
mendapat perlakuan semena dan keji
Karena kesalahan manusiawi
yang tak sanggup dihindari
Hatinya tersakiti
Bathinnya terlukai
Kadang berakhir di balik jeruji
Gurat senyumnya tetap menghiasi
Ampun dan maaf rela ia beri
Guru …
Sosok istimewa
Tetap ceria meski dalam duka
Tetap gembira, seolah bahagia
di balik senyum terpaksa
Tampak kokoh, tegar perkasa
Berbagi tanpa berharap jasa
Berkarya tanpa meminta lencana
Berharap hanya pada yang Kuasa
Berharap bahagia bukan hanya di dunia
Berharap ridho beserta syurga-Nya
Guru …
Sosok perkasa
Guru …
Sosok terpuji
Guru …
Sosok istimewa
Guru …
Namamu abadi
Air Molek, 25 November 2018
BUNDA
Oleh : HJ.R.A Endan Ratnawati. S.Pd, M.Si
Kalau saja masih ada waktu tersisa
kembali ingin ku ulang kebersamaan kita
Kalau saja ada yang tertinggal, itulah asa
Kenangan yang tak pernah sirna
Masa indah saat kita bersama
Mengisi hari penuh tawa
Mengisi waktu penuh canda
Masa itu selalu menggoda
Ada kalanya kesedihan menyapa
Ada saatnya kecewa menerpa
Ada waktunya kegagalan menghujam dada
Engkau bunda, tempat bercerita
Engkau yang menghalau duka
Engkau yang membalut kecewa
Engkau yang membangkitkan asa
Engkau bunda selalu ada
Kini sedih itu kembali menyeruak
Kini kekecewaan itu kembali menghentak
Kini kegagalan itu kembali menghenyak
Tapi, jantungmu tak lagi berdetak
Selamat jalan bundaku tercinta
Biarkan duka, gagal dan kecewa
jadi hiasan dunia
pada saatnya semua akan sirna jua
Guru sejati adalah bunda
Tempat berbakti, kepada bunda
Tempat bahagia, doa bunda
Syurga Ilahi, di kaki bunda
Air Molek, 25 November 2018
BERITA ALAM
Oleh : Hj.R.A Endan Ratnawati, S.Pd, M.Si
Halilintar menggelegar
Daun-daun melayang gugur
Langit biru, menghilang
Burung camar pulang ke sarang
Rintik hujan turun berjatuhan
Payung-payung terkembang dikenakan
Pohon tercabut dari akarnya,tumbang
Awan hitam luas mengembang
Langkah kaki berjalan laju
Menuju cakrawala beku
Gapai harapan mimpi indah
Meraih cita di bangku sekolah
Kupetik senar dawai gitarku
Nyanyikan tra-la-la syair lagu
Merah putih berkibar kusam warna
Burung garuda entah terbang ke mana
Pancasila tak lagi terpatri
Indonesiaku suram. hilang seri
Embun datanglah, hentak gersang
Hujan. turunlah surami kerontang
Mentari, terbitlah ubah suram
Negeri ini … malam ini …
Milik kami … punya kami …
Jangan renggut … jangan rebut
Air Molek. 29 November 2018
HARTINI DEWI SPdDec 2, 2018 6:59:00 PM
HARTINI DEWI SPd:
HARTINI DEWI SPd:
HARTINI DEWI SPd:
Perempuan Dalam Perjuangan
oleh Hartini Dewi S.Pd
Perempuan…
Empunya tuan
Dalam perjuangan
Tak hirau jika harus kehilangan
Tetap andil dalam pertempuran
Tahun sembilan belas empat lima
Di Gedung Agung Yogyakarta
Ngaisya dan Oemiya
Naik ke atap dan turunkan bendera
Tanda Nipon Jepang dirobeknya
Ganti bendera Indonesia
Tak ragu meski nyawa taruhannya
Nipon sudah kalah
Tapi mengapa bendera terus dikibar disana?
Aksi september sembilan belas empat lima
Picu puncak demonstrasi massa
Tuntut jepang enyah
Dari negri kota Yogyakarta
Ganti Sang Saka dwi warna
Berkibar di langit kemenangan Indonesia
Bukan sebuah hadiah
Apalagi sebuah pemberian belaka
Tetapi sebagai usaha anak bangsa
Yang ingin mengatur negara
Menjadi merdeka raya
Perempuan dalam perjuangan
Sadap berita lawan
Lewat kode yang kau terjemahkan
Transfer komunikasi lewat perantaraan
Para pedagang jajan
Di Pasar Beringharjo, saksi bisu perlawanan
Para pedagang perempuan
Penyampai pesan
Antara gerilyawan
Saat pasang siasat perang
Perempuan dalam perjuangan
Menyamar sebagai pedagang
Agar tak curiga tentara Jepang
Dalam siasat adu perang
Perempuan dalam perang
Perjuangkan kemerdekaan
Wasimah suster pejuang
Mati ditembak jepang
Kala ketahuan menyuplai obat-obatan
Mati ditembak didepan
kantor pos besar markas jepang
Perempuan dalam perjuangan
Tak surut oleh kenangan
Resiko nyawa melayang
Dalam revolusi perang
Tak surutkan perjuangan
Dalam rebut dan pertahankan kemerdekaan
Terimakasih pahlawan
Kini ku teruskan perjuangan
Melawan kemalasan
Melawan kebodohan
Dalam kemerdekaan
Tumpang ketiak Semeru, 2 Desember 2018
HARTINI DEWI SPd:
Cinta Sang Putra Fajar
By Hartini Dewi S.Pd
Cinta…
Itulah yang membuat Sang Putra Mentari
Rela menduakan Fatmawati
Yang telah memberi
Lima putra dan putri
Dan berpaling ke ibu Hartini
“Aku bertemu Hartini
Aku jatuh cinta sampai mati”
Ujar mu lirih
Dan kau tulis itu dengan tinta di hati
Percintaan mu begitu romantisi
Tapi tak seperti Romeo dan Yuli
Karena kau selalu berganti
Saat cinta menguak diri
Dan kau akan mabuk kepayang lagi
Kala kau ke luar negri
Tak satu istri
Yang kau ajak pergi
Sehingga disana pun menanti
Cinta yang lain lagi
Ada Ratna Sari Dewi
Dengan binar senyum mentari
Ada Manoppo Kartini
Dengan tatapan lembut pemikat hati
Ada Haryati
Dengan tubuh semampai aduhai
Ada Yurike Sanger Sang Jelitawati
Ada Heldy Djafar yang kau kagumi
Semua menawan dan menarik hati
Dari sekian banyak istri
Hanya kau ibu Hartini
Yang mendampingi
Dengan tekun setia melayani
Di masa-masa keruntuhan memori
Di detik-detik redupnya Sang Mentari
Ada garis panjang dihidupnya
Yang tak kenal lelah dalam pelariannya
Mencari keabadian cinta
Meski meraba-raba
Akhirnya kau temui jua
Tidurlah dalam damai
Hai Sang Srihana kini
Dalam kekekalan abadi
Tumpang, 1 Desember 2018
Mengenang Pemboman di Sabang
Oleh Hartini Dewi S.Pd
Hari ini tujuh puluh empat tahun yang lalu
Sabang luluh lantak oleh bombardir Sekutu
Operasi bersandi Cockpit kala itu
Permintaan angkatan laut Amerika
Alihkan operasi Jayapura
Agar tak terjamah
Oleh Dai Nipon Jepang yang akan masuk ke Selat Malaka
Laksamana James Somerville
Rancang operasi pengalihan lawan
Tahan Jepang masuk selat Malaka
Sabang menjadi pengalihan
Serangan fajar tak terelakan
Kapal niaga tenggelam
Kapal pengawal terbakar
Pesawat tempur dan torpedo jadi korban
Semua adalah milik jepang
Tapi bumi Sabang menjadi saksi bisu kebrutalan
Tujuh puluh empat tahun silam
Sabang mengenang memori kelam
Kedurjanaan dan keserakahan
Hempas rasa kemanusiaan
Kini semua menjadi kenangan
Kebrutalan peperangan
Sabang pulau terkanan
Kini lengang
Tanpa sentuhan pembangunan
Sarat kenangan kelam
Malang, 10 November 2018
Erni EkawatiDec 2, 2018 8:34:11 PM
Tugas 1
Sahabat Sejati
oleh : Winarti
Sahabat takkan pergi
Tak berlalu dan berpaling
Walau rintangan silih berganti
Walau caci maki menghujani
Walau duniapun kadang membenci
Bersama suka duka
Saling menguatkan
Saat hati dalam bimbang
Saat rapuh gundah menyerang
Saat hilang arah melangkah
Sahabat sejati selalu ada
Dekap erat lepaskan duka
Bangkit asa menguat jiwa
Melangkah bersama di hari tua
Berbagi cerita indah bersama
Kenangan sepanjang masa
Balikpapan, 02122018
Tugas 2
Belenggu
oleh Winarti
Mengapa begitu sulit
Tuk ucap sepatah kata
Mengapa begitu sulit
Menuangkan kalimat sebait saja
Entah mengapa
Terasa kaku
Terasa kelu
beribu ide hanya menari dalam hayalku
Tak tertuang
membisu terpaku beku
Hati berontak untuk maju
Pikiran bergumul
Tak ingin ragu
Tapi mengapa
Ku tetap tak mampu
Balikpapan, 02122018
Tugas 3
Pagi
oleh : Winarti
Pijar mentari pagi
Warnai langit merah keemasan
Indah membias celah pepohonan
Di kejauhan Sang dewi tersenyum
Samar berpamit keperaduan
Kokok jantan teriakan pagi telah menjelang
Embun bak permata berkelip
Menghias pucuk dedaunan
Hembusan angin lembut
Suarakan kedamaian
Lembut menyapa pucuk pepohonan
Sesaat menggangguk lembut
Sesaat menari meliuk
Mengikuti irama alam
Kicau burung pun bersahut riang
Sambut kembali pagi
Cerah bermandi sinar mentari
Gunung menjulang menggigil kedinginan
Berselimut kabut tebal
Hilang tersapu sang mentari
Duduk berhampar permadani hijau
Menatap alam terang perlahan
Indah ….
Teramat indah tak terlukiskan
Begitulah alam berjalan
Bersahabat pada setiap insan
Balikpapan, 02122018
Heru SukamtoDec 3, 2018 8:14:26 AM
*Angin Pinjami Aku Cinta*
Karya: Heru Sukamto
Duhai angin,
Dalam kemelut hatiku
Dalam sengkarut hidupku
Lemah langkahku
Bawalah segala bebanan ini
Penat untuk melangkah
Sungguh kau halus
Namun kau lebih tangguh
Duhai angin,
Pinjami kehalusanmu agar ketenangan itu kumiliki
Pinjamkan aku sedikit cinta
Agar kutemukan rasa itu Kekuatanmu mampu menembus segalanya
Duhai angin,
Pinjamkan aku sedikit sayang
Agar bisa kubiaskan
Pada juwita pilihanku
Yang bersaji segumpal hati suci
Tebo, 03-12-2018.08:11
Asri WidjayaDec 3, 2018 4:10:52 PM
Puisi 3,imperialisme
Penyesalan
Hanyalah selembar daun yang tertiup angin
Bergerak,melayang mengikuti angin
Berharap angin berhenti bertiup
Karena tubuh telah menguning,mengering,dan menyusut
Padahal dulu dia berharap
Terpisah dari pohonnya maka kebebasan kan didapat
Berkelana ,bebas,lepas dan….bahagia
Ternyata tak begitu adanya
Kini dia berharap,sang angin berbalik arah
Mengantarnya kembali pada pohonnya
Meski seandainya tak lagi diterima
Cukuplah dia berlindung dalam rimbunnya
Beristirahat tenang dalam teduhnya
Karena tubuh sudah merapuh
Keindahan hijaunya telah menghilang
Hanyalah kering tiada bersinar
Asri wijaya
Banyuwangi,3 des 18
Sri YuliatiDec 3, 2018 5:12:25 PM
Grimis di Senja Hari
Oleh: Sri Yuliati
Rinai grimis mulai turun
Suara berpadu seirama
Dari balik jendela
Air mengguyur bumiku
Bermain meloncat riang
Lincah beradu menginjak bumi
Jatuh meresap segarkan tulang ranting yang terkoyak
Dari musim kemarau panjang
Segar hingga menggeliat
Kehidupan baru terasa
Sejuk…
Hamparan hijau telah kau tawarkan
Hingga tak mampu kedipkan mata
Bak permadani yang menyegarkan pandang
Kuncup-kuncup terhapar hijau
Disemua sudut kotaku
Seakan menuturkan
Aku hidup kembali
Untuk bumi ku ..untuk kotaku.
Pelangi indah penghias cakrawala.
Syahdu…
Nafas kehidupan baru.
Purbalingga, 3 November 2018
ROSEDec 3, 2018 7:57:18 PM
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak’kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis.
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, Dik Narti,
dengan pakaian pengantin yang anggun
bung-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan.
Aku melamarmu.
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
daripada yang lain
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis.
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuat
bagai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jarring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyung
tawananku.
Putri duyung dengan suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai, Putri Duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
karena langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya.
Wahai, Dik Narti,
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!
(Empat Kumpulan Sajak, 1969).
HARTINI DEWI SPdDec 3, 2018 8:11:59 PM
Sang Srihana
Oleh Hartini Dewi , S.Pd
Sepucuk surat datang tanpa perangko
Di kirim oleh Sang Srihana
Buat yang tercinta adinda
Warna kertas merah jingga
Ku pilih untuk sang kanda
Kerinduan mengalir di hilir
Saat roman manis hadir
Di kelok kesunyian takdir
“Hartini, aku cintai sampai mati”
Ujar mu lirih menempa hati
Aku mengerti
Walau ternyata dibelakang hari
Kau masih mencari
Tambatan hati
Yang lain lagi
Aku tak peduli
Walau kau terus berlari
Mencari cinta di pinggiran nurani
Aku tetap menanti
Sampai kau kembali
Karena hanya kau yang ku miliki
Dalam sepenggal hidup sepi
Aku tetap melayani
Di detik detik terakhir memori
Sang Putra Fajar kembali
Ke hari baan pertiwi
Selamat jalan Sang Srihana
Surat warna jingga
Kan ku kenang selamanya
Sebagai peringatan tertanda
Kau pernah ada
Dalam kenangan sepanjang masa
Dalam sejarah Indonesia
Tumpang ketiak Semeru, 3 Desember 2018
Neneng putryDec 3, 2018 8:12:19 PM
Kekasih jauh
oleh : Neneng putri
jarak tak mampu memeluk raga.
namun izinkan setia menerjemahkan rasa.
waktu memang tak mampu mereguk rindu.
namun kepercayaan selalu mendekap dalam doa.
ketika ingin ku sanding nakalmu.
ketika ingin ku raih manjamu.
tak bisa ku makna kan betapa merindu.
padamu kekasih jauhku.
sukabumi 03’12’2018
HARTINI DEWI SPdDec 3, 2018 8:19:41 PM
HARTINI DEWI SPd:
HARTINI DEWI SPd:
Cinta Sang Putra Fajar
By Hartini Dewi S.Pd
Cinta…
Itulah yang membuat Sang Putra Mentari
Rela menduakan Fatmawati
Yang telah memberi
Lima putra dan putri
Dan berpaling ke ibu Hartini
“Aku bertemu Hartini
Aku jatuh cinta sampai mati”
Ujar mu lirih
Dan kau tulis itu dengan tinta di hati
Percintaan mu begitu romantisi
Tapi tak seperti Romeo dan Yuli
Karena kau selalu berganti
Saat cinta menguak diri
Dan kau akan mabuk kepayang lagi
Kala kau ke luar negri
Tak satu istri
Yang kau ajak pergi
Sehingga disana pun menanti
Cinta yang lain lagi
Ada Ratna Sari Dewi
Dengan binar senyum mentari
Ada Manoppo Kartini
Dengan tatapan lembut pemikat hati
Ada Haryati
Dengan tubuh semampai aduhai
Ada Yurike Sanger Sang Jelitawati
Ada Heldy Djafar yang kau kagumi
Semua menawan dan menarik hati
Dari sekian banyak istri
Hanya kau ibu Hartini
Yang mendampingi
Dengan tekun setia melayani
Di masa-masa keruntuhan memori
Di detik-detik redupnya Sang Mentari
Ada garis panjang dihidupnya
Yang tak kenal lelah dalam pelariannya
Mencari keabadian cinta
Meski meraba-raba
Akhirnya kau temui jua
Tidurlah dalam damai
Hai Sang Srihana kini
Dalam kekekalan abadi
Tumpang, 1 Desember 2018
Onyah JhDec 3, 2018 8:20:59 PM
Inilah Cinta
Karya Noni Rahmadaniah
Ada masa, ketika rasa tak lagi sama
Itu nyata…
Tak terpungkiri…
Dosakah?
Tidak Sayang…
Aku mengerti …
Ini tentang hati …
Inilah cinta …
Jangan takut sayang…
kenangan manis kan menjerat
Sebuah rasa, sebuah cinta
Kembali kepada hati kita
15 tahun sayang…
Ada banyak kenangan
Ada banyak langkah
Sebanyak rasa telah terlewatkan
Kita ukir mimpi kita…
Meraih meski tertatih
Bertahan meski tergoda
Bersabar walau mengiris
Bertahanlah sayang…
Meski hampir menyerah
Genggam tanganku, iringi langkahku
Peluk aku, jadikan kokoh bahumu
Tersenyumlah… bahagialah
Tengoklah aku, jika ingin melangkah pergi
Maka akan kau lihat sosokku berdiri menanti
Yakinlah, aku selalu ada untukmu
Seruyan, 3 desember 2018
Dhaniez JaberDec 3, 2018 8:22:45 PM
Arjuna
Oleh : Daniasih
Di kejauhan kulihat engkau
Jalan perlahan penuh wibawa
Tiap satu langkahmu seakan bermakna
Bahwa engkau adalah Arjuna
Tegap badannya seiring lambaian tangannya
Memantabkan tiap laku langkahnya
Sorot mata bening nan teduh
Memancarkan jiwanya yang tenang
Hidung mancungmu dan rapi putih gigimu
Menambah ketampanmu
Senyum yang selalu mengembang Menambah sempurna ragamu
Arjuna santun yang memikat banyak hati
Ada satu hati yang kini memiliki
Tuk hidup bersama dan setia
Gadis bernama Srikandi kini ada
Namun yang tercantik pasti ada
Dia Sembadra nan jelita
Molek wajahnya penuh cinta
Berdamping bersama merajut bahagia
Berebut tempat menangkan hati
Meski semua ada di hati
Santun menyanyangi dan tulus mencintai
Jadikan kunci diatas cinta yang suci
Karanganyar, 2 Desember 2018
Bunda laminiDec 3, 2018 8:31:11 PM
Rindu
By:lamini
Mengapa lidah terasa kelu
Tuk ucap sepatah kata rindu
Entah mengapa terasa kelu
Bila di hadapan kamu
Semua yang ada di benakku
Tak bisa tertuang untuk kamu
Antara hati dan fikiran tak bisa bersatu
Tapi mengapa….
Ku tak mampu
Membendung rasa rindu di kalbu
Nganjuk-jawa timur,3 desember 2018
Nano SuwarnoDec 3, 2018 8:34:37 PM
Jejak Rindu
Dekap
Erat
Dimana Kau mengikat
Serpihan rasa yang entah dimana
Lalumu ada dibenak
Garis bibirmu susah ditebak
Sejenak dalam tatapan
Berkesan sangat dalam
Bias rasa kembali ada
Ketka garis bibirmu kembali menggoda
Sejenak ilusi kembali nyata
Dan lalumu selalu membawa rasa
Bogor, 3 Desember 2018
:rose::rose::rose:Sasri Ahyuni:rainbow::rainbow::rainbow::rainbow:Dec 3, 2018 8:40:32 PM
Kabut Biru Sutra
Lembayung ungu melambai
Dibawah sinar surya
Seakan hendak memeluk
Sepoinya angin gunung
Berhamburan dalam tawa canda
Alam nan elok
Kulihat dia pujaan hatiku
Sedang berpelukan dengan suasana hati yang sedang memar
Menahan dentuman angin cinta yang kukirimkan lewat surat cinta berukirkan tinta emas
Sebagai tanda nilai cinta yang teramat dalam untuk kekasih hatiku.
Kekasihku…
Rindukah dirimu dengan angin cinta yang kukirimkan
Dengan angin surga telah membahana mengisi relung kalbumu
Kabut sutra ungu
Akan slalu ada dalam rongga relung hatimu
Semoga engkau slalu ingat kepadaku
Kabut sutra ungu.
Solok Selatan, 01 Desember 2018
ROSEDec 3, 2018 8:45:37 PM
Rinduku
Oleh : Hartini Hamzah
Rintik-rintik air
hinggap di dedaunan
Mampir sekejap
Lalu jatuh ke tanah
Berserakan
Meresap
Hilang
Tinggal bekas
Hari ini engkau datang lagi
Tampa mampu menepisnya
Sekian lama pergi tampa berita
Kini hadir tiada terhalau angin
Senja hadir merona merah
Di upuk barat cakrawala
Menghias langit warna jingga
Penuh pesona indah bertahta
Semua hanya khayal di mata
Penuh cerita tampa kata
Mulut terkatup tampa makna
Senyum samar hilang sirna
Tertelan waktu yang berlalu
Berganti malam gelap
Hitam pekat tak berbayang
Sirna entah kemana
Melayang nun jauh di sana
Tak mampu teraih jemari
Walau terulur ingin menggenggam
Ant ꦏꦻꦴꦪꦁꦠꦼꦂꦆꦟ꧀ꦝꦃDec 3, 2018 8:46:35 PM
Teruntuk yang Tidak Dapat Kusebut Namanya
oleh Anto
sepertinya aku tidak akan mampu
tidak kuasa untuk selalu dekatmu
melupakanmu bukan kemauanku
mengingatmu pun bukan janjiku
perjalanan waktulah yang nanti kan tahu
dengan lembaran-lembaran warna hidup ini
sungguh…
tidak akan kutulis namamu di hamparan pasir laut
tidak juga kulukis di langit biru berhiaskan mega nan indah
tidak pula akan kupahat di kerasnya batu padas
yang ku bisa hanya menyisihkan sebagian ruang ini
untuk bisa lebih mengenalmu
untuk selalu bisa di dekatmu
Pemalang, 03122018
Min RosminiDec 3, 2018 9:03:01 PM
menjadi udara
karya : Min Rosmini
aku tak ingin serupa garis edar rembulan
kadang waktu dengan bumi berdekatan
sebelum kelak tiba waktu berjauhan
aku tak ingin serupa musim dan cuaca
membadai dan deras di waktu tertentu saja
sebelum akhirnya berlalu berganti kerontang
mendatangkan kekeringan dan kemarau panjang
aku tak ingin menjadi wajah bintang di pelayaranmu
karena tak bisa kuikuti selalu ke mana arahmu
ketika kapalmu makin jauh ke mana entah
sedang aku kian kecil dan lemah
aku tak ingin menjadi air apapun itu
meski katanya air bisa menyesuaikan selalu
bisa membasuh segala duka dan pilu
bisa menyirami segala tawa dan haru
namun, sesekali aku bisa menguap
meninggalkanmu dalam dahaga senyap
aku ingin dan lebih memilih jadi udara
hidup dalam setiap sela dan rongga
menghidupi juga menjaga
tiada berbatas apa-apa
maka engkau pun takkan berpikir meninggalkanku
pun aku, tak pernah beranjak dari setiap denyutmu
mendoakanmu dalam setiap hela ke lain hirup
mendekapmu dalam setiap jejak ke lain degup
Jakarta, 3 Desember 2018
Pujarsono AhmadDec 4, 2018 1:51:47 AM
Seluruh Rinduku
Oleh:Pujarsono
Tanpa hadirmu
Awan menggumpal kelabu
Tersapu angin menggigilkan kalbu
Air kesepian mulai berjatuhan satu per satu
Menyerupaa hujan yang kian membelenggu
Rindu padamu semakin menderaku
Menyiksaku dalam ruang pilu
Gelap sepi tanpa lampu
Air mata membasahi relung hati
Merindumu setengah mati
Seluruh rinduku tersimpan di sini
Menunggu hadirmu hingga hujan berhenti
Kulon Progo, 3 Desember 2018
🦋Mr Barta :blossom:Dec 4, 2018 1:56:38 AM
Putri Benua
Oleh : Bariudin Talib
Putri Benua
Begitulah aku menyapamu
Tutur katamu amat mempesona
Cahaya merona menghias wajahmu
Kita tak pernah jumpa
Kita hanya ada di dunia maya
Namun sapamu amat mengena
Seolah menusuk ragaku
Membuat sejuk peraduan hatiku
Putri Benua
Ini adalah panggilan sayang untukmu
Untukmu yang jauh di sana
Yang selalu menyemangatiku
Mengalihkan suasana hati
Melintasi pancarona dunia
Putri Benua
Sapamu menuntunku
Memberi harapan dan energi
Hadirmu terngiang di pikiranku
Engkaulah yang selama ini kunanti
Tanjung Selor, 3 Des 2018
Pujarsono AhmadDec 4, 2018 2:37:51 AM
Sedap Malam
Oleh: Pujarsono
Hari merangkak bersama senja
Malam menyapa menyandang gulita
Mentari menyepi menyendiri
Meninggalkan hiruk pikuk urusan duniawi
Rembulan enggan menampakkan diri
Menunggu giliran kapan harus menghampiri
Erat kupeluk harap
Tertawan resah dalam penantian
Gulana mendera tiada tara
Gemuruh rindu kian menderu
Tak tahan hati menanggung beban
Kapan kau datang menguntai sayang?
Angin juga belum menghembus beritamu
Awan juga belum mengabarkan keberadaanmu
Hanya bintang selalu berkedip manja
Menghalau rindu yang meraja
Sementara gelisah mulai meresah
Terus menanti kapan kau kembali?
Kekasih, bunga sedap malam darimu
Mulai kuyu dan layu
Dalam jambangan rindu yang berpadu
Setangkup asaku mulai memudar
Bersama aroma yang mulai samar
Apakah cintamu masih setia berpendar?
Kulon Progo, 3 Desember 2018
HARTINI DEWI SPdDec 4, 2018 7:31:21 AM
Cinta Pudar di Myanmar
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Pedang memburu pedang
Saat kepahitan datang
Deru geru sangkakala perang
Mereka kaki telanjang
Susuri sepanjang siang
Berjalan para pengungsi hilang
Hindari pembinasa keji datang
Kelam wajah Rohingya
Gelap kulit renta
Larilah ! Selamatkan nyawa
Sebar jiwa kepenjuru raya
Ungsi diri ke Filipina
Ungsi diri ke Singapura
Ungsi diri ke Malaysia
Ungsi diri ke Indonesia
Jokowi tangan terbuka
Hindari genosida
Dua ribu tujuh belas tiba
Jejak kaki di daratan Sumatra
Mencari suaka nyawa
Dalam pedih, lara dan derita
Kapan Myanmar berhenti mencari mangsa
Berhenti memburu saudaranya
Tebar cinta kasihnya
Hentikan bunyi sangkakala
Ganti sorak gembira
Rangkul perbedaan sara
Dalam dekap peluk mesra
Cinta ya cinta
Tebarkan di dada
Agar kau bisa ungkap rasa
Bahwa keragaman itu indah
Tumpang ketiak Semeru, 4 Desember 2018
Heru SukamtoDec 4, 2018 9:12:49 AM
*Pesan untuk Dik Narti*
Karya: Heru Sukamto
Duh Dik Narti,
Ingatkah pesanku padamu ?
Yang kita rasakan saat ini
Tentang carut marut negeri
Saling hujat, saling caci
Tiada lagi toleransi
Dari jelata hingga elit negeri
Dari tukang sapu hingga politisi
Ada apa negeri ini ?
Begitu kronisnya penyakit hati
Duh Dik Narti,
Haruskah terus kita ratapi?
Gaduhnya bangsa ini
Rakyat bingung setengah mati
Sungguh pilu rasa hati
Duh Dik Narti,
Inikah tuntunan para politisi?
Saling lapor pada polisi
Mana yang benar kutak mengerti
Bukankah mereka telah berjanji
Kan selalu jaga NKRI
Duh Dik Narti,
Kuatkan batinmu
Sabarkan hatimu
Urusi anak-anakmu
Didiklah mereka
Dengan ilmu agama
Agar punya ahlak mulia
Cinta pada sesama
Agar kelak pimpin bangsa dan negara
Duh Dik Narti,
Sampai di sini dulu
Curhatku padamu
Doakan mereka agar bersatu
Bangun negeri demi anak cucu.
Tebo, 04-12-2018.08:16
KayunDec 4, 2018 10:43:48 AM
(Romantisme)
BIAR
Oleh: Ika Kayun
Kalau kamu menjelma
menjadi kabut
Maka kurelakan kacamataku berembun karenamu
Tak kan kuhapus
Hingga kubuta karenamu
Lalu mereka akan menghakimi
Seenak mereka sendiri
Katanya ‘itu bukan cinta, itu derita’
Aku katakan pada mereka
Sekalipun derita
Cinta tetap cinta
Bukan pula urusanmu
Sejati atau semu
Mereka itu tetap sikukuh
Mengejar bahkan mungkin
Rela bersimpuh-simpuh
‘cintamu itu buta’
Ah biarlah
Terserah mereka
Terserah aku
Terserah kamu
Terserah kita
(Geblog, 04122018, 10:43)
HARTINI DEWI SPdDec 4, 2018 10:45:41 AM
HARTINI DEWI SPd:
HARTINI DEWI SPd:
Membelah Laut Bimbang
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Bimbang dan kekuatiran
Menggelora hempas kemenangan
Menggulung kesuksesan
Dalam deru debu masa depan
Kala bangun kesombongan
Dan kau menjadi budak bagian
Berjalan dipimpin siang
Dalam Tangan yang dinaikkan
Dikejar oleh pasukan petang
Sengaja baal beri rintangan
Agar kau tak keluar kandang
Mereka leluasa hancurkan
Harkat martabat pecundang
Gapai segala ketamakan
Raup kerakusan tak berimbang
Atas nama ambisi perang
Himpit tekan kemanusiaan tak bimbang
Dalam berani
Ada keselamatan diri
Bimbang hancurkan masa depan
Tuhan akan berperang
Kita hanya diam
Dan beroleh kemenangan
Tumpang ketiak Semeru, 4 Desember 2018
Sri YuliatiDec 4, 2018 10:54:30 AM
BERBINGKAI RASA
Oleh : Sri Yuliati
Telaga hati kian tak sempurna..
Sarat dengan arah yang tak mampu terlukis
Rasa kian lunglai tanpa tegur sapamu..
Kemana kau…diamana kau..
Hati merenda rindu
Kau tak lagi nyanyikan kidung asmaramu
Hati kian gelisah..
Rasa tak lagi mampu menapak
Bayang dirimu kian sempurna
Namun kau tak lagi ada
Sirna ditelan masa
Kau tak lagi peduli…
Hilang kontakmu
Hilang juga rasa hatiku..
Tak lagi berpaut membayang asa
Dunia kita maya
Seiring waktu kau torehkan cerita
Dari sepucuk harap
Walau tak tersemat dalam lukisan kanvas
Setidaknya memori berbingkai rasa.
Purbalingga, 5 November 2018
SMK N 1 USMANDec 4, 2018 11:42:14 PM
Tugas 4
Menolak Rindu
Oleh Usman
Masih melekat kuat dalam rasa
Bagaimana rindu pernah meliputi hati yang terpaut
Masih teringat kuat bagaimana rindu menguncang
Jiwa yang satu dari dua raga yang berjarak
Kamu dan aku tahu bagaimana rindu pernah menyiksa
Kamu dan aku bukan lah Qais dan Layla
Kamu dan aku bukan Qais dan Layla yang jatuh cinta pada rindu
Kamu dan aku bukan Qais dan Layla yang menyatu dengan rindu
Aku tak mau cahaya matamu meredup
Aku tak mau rona pipimu memudar
Aku tak mau dirimu diliputi resah
Tatap mataku
Dan kau pun kan tahu
Arti sendu, kelabu, dan merindu
Masih melekat kuat dalam rasa
Di tepi telaga itu, tanpa harta janji hati terpatri
Di tepi telaga itu, tanpa tahta janji hati terukir
Lalu, kita bersama berlayar di samudra kehidupan
Bukan harta, apalagi tahta pengikat hati kita
Bukan harta, apalagi tahta yang melebur rindu
Jadi, abaikan saja tahta itu bila ia membuat kita berjarak
Aku tak mau tahta itu kembali merenda rindu
Jujur kuakui
Memang aku lemah tanpamu
Berau, 2018
Yosra DiniDec 5, 2018 12:05:04 AM
Tugas 4
Pusara Rindu
Oleh Yosra Dini
Ingin kukejar bayanganmu
Tetapi kau semakin menjauh
Ingin kudengar suaramu
Namun terdengar begitu sayup
Kangen akan candaanmu, senyumanmu, belaianmu, dan nasehatmu yang bijak
Namun kemana harus kucari semua itu..
Rindu ini semakin mencekam dan tak berujung
Masih jelas terlintas dalam ingatanku betapa hadirmu begitu terasa dekat
Namun kini rindu ini tak tahu mau ku alamatkan..
Rindu ini terasa begitu berat ketika ku sadar bahwa dirimu sudah tiada
wahai angin haruskah kupusarakan rindu ini, agar hati ini tidak lagi dicekam kerinduan akanmu..
Sijunjung, Sumbar, 2018
HARTINI DEWI SPdDec 5, 2018 10:06:19 AM
HARTINI DEWI SPd:
Rasa Hidup Ku
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Pena bisa berukir kata
Mulai hari ini aku akan terus bahagia
Karena aku memiliki karsa
Untuk terus bersuka
Tak peduli apa kata dunia
Bahwa aku harus pertahankan rasa
Bahagia itu indah
Bahagia limit mendekati Surga
Sedih duka lara nestapa
Adalah sebuah pilihan semata
Tapi ku pilih bahagia
Jalani hidup di dunia
Bersama bayu awan mentari
Ku ajak kelilingi negri
Terus menikmati
Anugrah diri
Berseri bersama jalani janji
Jika kau tak mau serta
Aku akan beri mu ulasan kata
Lewat pena ungkapkan sukma
Ku kan terus beria
Lepas penat lelah diri
Bergulir hilangkan sepi
Tepis semua sedih hati
Ganti tawa rupa berseri
Kan ku nikmati mentari
Hangat kuliti raga ini
Buai sejuk semiliri
Angin hembusi
Raga jelita diri
ketika ku kembali
Kan ku labuhkan hati
Di dermaga cinta suci
Bersama nikmati
Indah surgawi
Di sisi sebelah nadi
Tumpang lembah Semeru,
5 Desember 2018
Diana DianaDec 5, 2018 11:51:52 AM
Puisi 4
Romantisme
Cahya Di Ufuk Senja
Berbinar tatapmu kala itu
Menyingkap sendu
Hati bertalu-talu
Jantung berdegup
Tak menentu
Tak mampu kuasai diri
Resah melanda
Gelisah menerpa
Menggunung Rasa
Nyaris tumpah
Tanpa arah
Jarak berlalu lari
Lama sudah kudendam sunyi
Kupeluk hari tiada henti
Menunggu sepi
Menjauh pergi
Onak duri kulalui
Ku junjung tinggi
Singasana hati
Tak perduli
Gejolak menghantui
datang dan pergi
Tapi aku tetap sendiri
Bergelut mimpi
Penantian dalam selimut rindu
Menepi di bibir senja merona
Kusibakkan khayalan semu
Fatamorgana
Pesonamu gagah perkasa
kalahkan asa
Merontah-ronta
Jemu rasa bersalah
Terus ku pegang teguh
Janji pertaruhkan nyawa
Demi kasih-Mu
Menuju Ilahi Robi.
Diana Yuwinda
Bogor, 5 December 2018
NazariahDec 5, 2018 2:05:11 PM
Puisi 4 Romantisme
Tengku Nazariah
Rindu
Lama tak kujumpai rautmu
Hingga kerap melepuhkan hasratku
Pada senyum hangatmu yang mampu menenangkan jiwaku atas gelisah semu yang tak kutahu asbabnya
Lama kunantikan hadirmu
Yang kuharap kan membawa sejuta rindu untukku
Hingga mampu mengeringkan luka asmara
Dari kembara panjang pada lembah duka
Laranya menganak sungai
Lelahku tiada tara
Lama kutorehkan impiku
Pada hembusan angin lalu
Yang membelai daun-daun layu,
melepasnya terbang menuju tanah basah
Meruarkan aroma yang mencumbu rindu
Kau masih jauh
Lama kutitipkan rindu
Pada awan-awan putih yang kerap menemani
Kuharap geraknya kan menyampaikan asaku padamu
Hingga membawamu segera berlabuh dalam kabut rinduku
Dan mengurai keluh kesahku
Lama ku disini
Menanti dalam asa diri
*Warung Mbok Ijem, 28-04-2018*
HARTINI DEWI SPdDec 5, 2018 7:07:40 PM
Kasih
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Kasih di mana kau gerangan
Sedang apa kau di angan
Mengapa kau selalu terbayang
Dalam pola rupa mu yang menawan
Kasih ke arah mana bayu menggelayut
Sedang aku di sini masih tersangkut
Bersama deras sungai terhanyut
Dalam rindu dendam yang kian memagut
Kasih tau kah diri mu
Bahwa aku selalu menggapai mu
Dalam hayal dan angan sendu
Berharap kau datang bawa setangkup rindu
Untuk ku kala bayu mendayu
Kasih aku masih inginkan diri mu
Memadu rasa cinta nan merdu
Bersama menggelepar dekat tumbuhan perdu
Saat mentari temaram di lembah Semeru
Tempat pertama kita beradu
Dalam dingin derai hujan di Ranu Kumbolo kala itu
Kau selimuti hatiku dengan senyum mu
Hangati cinta ini dengan alunan merdu
Semilir bayu gugah rasa tuk menyatu
Dalam mahligai kupu-kupu
Di sana angan kita menyatu
Dalam biduk cinta penuh rayu
Sampai nafas tersengal memburu kalbu
Menanti menit detik lelehan salju
Dalam erangan jerit sembilu
Dan kita berhenti sampai di situ
Tumpang bentang selimut awan,
5 Desember 2018
Dara Jelita
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Bulu mata lentik
Pesona elegan nan cantik
Rambut lembut tergerai antik
Dengan satu tanda berbintik
Jelita mu tawan hati rupawan
Berharap dapat satu ciuman
Dalih sebuah persahabatan
Panggang hati bentrok kawan
Ada hati yang arogan
Inginkan cinta gulingkan lawan
Hasrat berkasih malah tertawan
Jelita di antara wanita
Kemana kan kau bawa sukma
Ketika tertikam cinta di dada
Jangan hanya diam terpanah
Hapus sendu pilu terarah
Pada batin yang terluka mengangah
Usap derita perih bernanah
Ganti dengan wajah bersuka
Nikmati rupa anugrah
Sebagai tanda
Kau jatuh cinta
Tumpang lembah Semeru, 5 Desember 2018
Wanita Misteri
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Mata sipit
Rambut lurus terjepit
Cermin belakang terapit
Jubah putih berjuntai apik
Foto terpampang
Di hotel tugu kota Malang
Dingin aroma ruang
Berbau wangi kembang
Oui Quilan asal Semarang
Putri pemilik pabrik gula
Roh mu hidup bergentayang
Entah kau masih cinta dunia
Hingga sukma mu melayang
Harusnya kau ke alam baka
Tapi kenapa kau tak mau pulang
Hawa dingin cekam ruangan
Kau masuki mimpi wisatawan
Komunikasi terbatas ilusi
Dalam percakapan abstraksi
Penuh aksi gelisah diri
Apa yang kau nanti
Dalam keabadian mu kini
Tenanglah kau menghadap Ilahi
Tidurlah kini dalam abadi
Tumpang Splendid in, 5 Desember 2018
Kenangan Sejarah Suatu Bangsa
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Aku merancang kedurjanaan
Merencanakan kejahatan
Eksekusi tak ragu ku lakukan
Ku rampas ladang-ladang milik orang tak berdaya
Ku serobot rumah-rumah saat aku menginginkannya
Ku tindas manusia dan milik pusakanya
Dan aku berkuasa atas kejahatan yang merajalela
Kala tiba waktuNya
Tak kusangka-sangka
Aku di timpa kemalangan besar
Banyak sindiran yang terlontar
Banyak ratapan yang ku dengar
Semua yang ku dapat dihancurluluhkan
Warisan bangsa diserobot orang
Ladang-ladang dikembalikan ulang
Aku ditawan, diperbudak jahanam
Aku tak dapat berjalan dengan pongah
Leher ku dililit tali dan aku digelandang
Aku tak punya tempat perhentian
Karena kedegilan, kebebalan dan kenajisan
Maka aku dibinasakan dan tak terpulihkan
Kengerian dan kehinaan
Kebencian dan cercaan
Sepanjang sejarah sampai sekarang
Tapi kemurahanNya masih berlimpah
Belas kasihannya masih ku rasa
Dilimpahkan pada generasi yang tersisa
Seribu sembilan ratus empat puluh delapan merdeka
Di tengah himpitan bangsa
Yang membenci luar biasa
Dengan kuasaNya
Aku masih berada
Hingga kini sampai selamanya
Tumpang terkenang,
6 Desember 2018
Jaman Tri Milenial
Oleh Hartini Dewi, S.Pd
Tri milenium menanti
Gunung rumah Ilahi
Akan terpuncak menjulang tinggi
Dari sana akan ada pengajaran bijaksana
Akan ada hakim diantara banyak bangsa
Muncul wasit diantara suku besar dunia
Mereka tak belajar perang lagi
Mata pedang ditempa menjadi bajak bergigi
Tombak menjadi pisau belati
Mereka akan duduk di bawah pohon anggur berdahan
Dengan perasaan damai tanpa kejutan
Yang pincang akan menjadi pangkal keturunan
Yang terpencar akan dihimpunkan
Bangkit dan iriklah tuaiannya
Tanduk mu akan dibuat seperti baja
Kuku mu seperti tembaga
Mampu hancurkan banyak bangsa
Rampasan kau khususkan untuk Raja
Bilamanakah ini terlaksana
Nanti dijaman tri milenial asa
Tumpang, 6 Desember 2018
Yosra DiniDec 6, 2018 8:17:37 PM
Sejarah Mungkin Berulang
Karya: Yosra Dini
Dulu kita hidup dijaman penjajah
Yang semua kita harus ikut perintah
Dan menerima titah
Rasa takut terkungkung dalam jeruji
Enggan tuk melawan karena didepan siksa akan menanti
Namun kini masa itu telah berlalu
Hidup bukan lagi dalam era penjajahan yang selalu diliputi rasa takut
Mulut tidak lagi terkunci dalam diam
Suara tidak lagi harus bungkam
Semua kita berhak untuk berbicara
Semua kita berhak tuk berpendapat
Lalu kenapa, mengapa, apa yg bermasalah
Justru pada saat kita boleh bebas berpendapat, kenapa justru ditindas
Bukankah di era ini kita bebas bersuara, lalu kenapa kami harus dibungkam dan diperlakukan tak berdaya..
Sijunjung, 9 Desember 2018
Heru SukamtoDec 6, 2018 10:30:01 PM
*Sepenggal Rindu*
Karya: Heru Sukamto
Rindu ini kulayangkan
Bersama derasnya bayu malam
Walau hanya sepenggal
rindu ini jadi sepanjang kanal
yang melintas hingga ke ujung dunia
Pesona cintamu hampir tak kulupakan
semakin erat kasihmu indah bak gurindam
Butiran rindunya menular pada hati yang mendalam
Bahkan tak kuhirau prasangka orang
Yang bilang kugila alang kepayang
Barangkali mereka lupa
Cinta ini anugerah dari Yang Kuasa
Bukan aku merekayasa
Tetapi pinjaman Yang punya sukma
Rindu kan selalu menjelma
Bagai rindunya Adam dan Hawa
Yang menaburkan cinta serasi bak gurindam
Menyemai kasih sayang dalan cobaan
Ku yakin saat ini rindu itu pasti bertamu di relung hatimu, seperti aku
Walau cintaku belum sempurna
Tentu kusadari semua
kita manusia bukannya batu permata
Namun kuyakin masih ada karomah cinta mandraguna yang kan kuraih hakikatnya
Biarlah kini hanya upaya sebesar hama
Jelang esok kan bahagia
Saat ini hanya kuntai doa yang kupanjatkan dengan segenggam harapan
Semoga rambat rinduku datang padamu tanpa halangan
Demi impian semerbaknya kerinduan.
Tebo, 06-12-2018.22:24
Fitria LindaDec 7, 2018 11:39:53 AM
GEGURITAN ASRI
Oleh : Fitria Linda K.
Tetembangan titi wanti segara asmara
Menyebar sesaji suci sang dewa
Memetik pucuk seroja
Yaitu cinta
Duh gusti…
Hati membara menahan diri
Tertahan dalam bait-bait sunyi
Mengembara kosong tak berarti
Mengejawantah sukma kokoh sejati
Duh gusti…
Senyummu damaikan hati
Terperangkap birahi ikatan suci
Bergelayut rumbai-rumbai selendang dewi
Ingin kuusap raga disegara nirwana
Mencuci bersih jelaga asmara
Giwangkara cinta disukma
Senyap yang ada
Blitar, 07-12-2018
Joko SusiloDec 8, 2018 11:02:51 AM
Malam terindah
(Romantisme)
Oleh: Joko Susilo
Malam itu…
Penuh kegembiraan
Ketika mempelai berdua
Duduk di kursi sofa
Malam itu…
Penuh berkah
Ketika mempelai berdua
Duduk berdampingan
Malam itu…
Malam penuh kenangan
Ketika para tamu
Dah pada pulang
Malam itu…
Malam belaian tak terlupakan
Ketika mempelai berdua
Tidur dengan nyenyak
Solo, 8 Desember 2018
Heru SukamtoDec 8, 2018 11:37:09 AM
*Perempuan Lereng Semeru*
Karya: Heru Sukamto
Paras ayu pipi merona
Rambut terurai bak gerimis senja
Mata sipit alis mempesona
Hadir dalam pelukan mesra
Penentran jiwa raga
Penyejuk kala sukma dahaga
Pelipur dalam duka
Pelepas letih jiwa
Dikau perempuan itu
Lembah Semeru tanah leluhurmu
Di sana kita bertemu
Labuhkan kasih di bawah perdu
Bentangkan asa tuk bersatu
Duhai perempuanku !
Terimalah suntinganku
Kusanggup jadi sanggurdimu
Dengarlah !
Gemercik indah
Menambah kuat tekadku
Menambatkan sekeping hatiku
Pada kokoh hati kecilmu
Lihatlah !
Pucuk-pucuk perdu itu
Indah diterpa sinar mentari
Menambah rona ayu wajahmu
Duhai perempuanku…!
Tebo, 08-12-2018.11:25